By Christie Damayanti
Pengalamanku selama 6 tahun ini sebagai penggu taxi online, kemapaun dimanapun dan kapanpun di Jakarta, memberikan dampak cukup besar untukku sendiri. Mengapa?
Karena aku mulai lebih terbuka tentang kehidupan. Puji Tuahn, walau pandemic melanda sampai sekarang, aku tetap masih bisa bekerja di perusahaan yang sama sejak 17 tahun lalu. Puji Tuhan jga, DIA tetap memberikan berkat2 yang luar biasa dengan fasilitas2ku sebagai disabilitas.
Tetapi, realita kehidupan itu bukan hanya di kehidupanku saja, melainkan milyartan orang di seluruh dunia. Dan, ketika taxi online merupakan bagian dari kehidupanku sekarang ini, ternyata Tuhan memang mau lebih membuka mataku dan mta bantinku bahwa, aku memang harus terus bersyukur dengan apa yang aku miliki da aku alami, karena semuanya tidak lagi sama ......
Banyak orang2 menjadi driver online pun, tidak saja untuk mencari uang untuk keluarganya, tetapi ada juga yang menjadi driver taxi online, hanya karena iseng, dari pada nganggur atau untuk mencari tambahan uang karena mereka sambil kuliah.
Jadi, tidak heran ketika aku diantar jemput oleh driver taxi online pun, akan beraneka rgam dengan karakter dan latar belakangnya ......
Walau awalnya aku sering terbengong2 dengan cerita mereka yang dulunya menjadi direktur, manager, pengacara dan sebagainya dan sekarang mereka menjadi driver taxi online, tatpi ternayata sampai sekarang pun, aku bisa ttap ternganga, ketika aku melihat gelar mereka pada aku meerk, atau cerita kehidupan mereka .....
Seperti ketika suatu pagi, driver taxi online menjemptku dari rumah ke suatu tempat untuk bertemu dengan salah satu mitra kerjaku .....
Aku dijemput taxi online sekitar jam 10.00an. Seorang senior (kupikir umurnya diatas 60th), dan kulihat di aplikasi hp ku, namanya ada gelar, IR. Insinyur .....
Karena aku cerewet, dank arena ada gelar di namanya, aku menjadi penasaran untuk segera membuka percakapan. Karena, IR, mungkin bisa saja bukan insinyur, melainkan singkatan namanya, bukan?
"Bapak insinyur?", tanyaku
"Iya. Saya insinyur sipil", jawabnya
"Oooo, sempat kerja sebelum nge-taxol?", timpaku lagi.
"Saya sekarang tetap bekerja, bu", jawabnya lagi.
Akhirnya, kita ngobrol banyak ....
Dia banyak bercerita dan saling bercerita tentang hidupku, karena aku merasa kami pernah hidup di dunia yang sama, dunia keras, dunia konstruksi.
Dan, cerita2 kami pun saling mengisi, karena walau aku tidak bekerja di BUMN tersebut, karena bapakku almarhum pernah mempunyai sebuah konsultan dan kontraktor swasta PT Buana Archicom, yang mengerjakan jalan2 tol luar pulau, dan beberapa kali bekerjasama dengan BUMN ini, aku measa berada lingkup yang sama.
Kata beliau, tugas nya, adalah sebagai supervisi. Terakhir sebelum pandemi, tugasnya membangun tol di daerah Jawa Tengah ..... Ketika aku cerita tentang bapak almarhum dan tentang PT Buana Archicon yang memang sudah berdiri sejak sekitar tahun 1970an, ternyata pak Arise kenal perusahaan bapak dan ternyata juga, beliau kenal bapakku ......
Beliau berkata, bahwa bapakku adalah seorang senior dan perfek dibidangnya, dan ini membanggakan untukku!
Semakin semangatlah akuÂ
Akhirnya, pak Arise memang banyak tahu tentang dunia membangun jalan tol, yang aku juga tahu karena bapak selalu bercerita banyak tentang membangun jalan tol. Bahkan, aku pernah beberapa kali diajak ke proyek pembuatan jalan tol menuju Bandara Soekarno Hatta, dengan pondasi cakar yamnya .....
Aku jadi kangen sekali dengan bapak, karena pak Arise banyak cerita tentang dunia sipil, yang sama dengan bapakku , selain bercerita tentang jalan2 tol mana yang beliau kerjakan selama beliau bekerja.
By the way, Pak Arise terlihat diatas 60 tahun.Tetapi, aku lupa menanyakan berapa umr beliau karena ceritanya membuat aku terbengong tentang kenagan ku tenang bapakku. Wajahnya terlihat lelah, tetapi semangatnya itu, lho! Semangat membara, masih bisa menyetir mobil berputar2"mengukur jalanan" ibukota Jakarta sebagai driver taxi online.
Tetapi, ternyata, dia baru berusia 54 tahun, jauh dari perkiraan. Jadi jika belisu berumur 54 tahun adalah seumurku, dan bapakku patinya seumur bapak beliau. Jika beliau bekerja di BUMN itu, berarti setelah bapak pension, tetapi beliau kenal bapak benar2 sebagai senior yang tetap aktf di dunia insunyur sipil .....
Sepertinya, aku lupa bertanya, mengapa beliau berhenti bekerja full-time (sekarang beliau part-time dan menjadi driver taxi online). Karena, seharusnya, beliau tetap bekerja pada BUMN itu karena pembangunan jalan tol di Indonesia pasti akan terus terjadi, secara Indonesia adalah sebuah Negara yang sedang membangun. Entahlah .....
Anak2nya masih kecil. Yang besar baru klas 1 SMP. Yang kecil baru klas 4 SD. Waduh!
Dan, beliau nge-taxol untuk membiayai kebuthannya bersama keluarganya.
Yah, begitulah hidup ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H