Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Pertamaku dengan Taxi Online, 5 Tahun Lalu

31 Januari 2022   09:35 Diperbarui: 31 Januari 2022   10:24 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.kuttabdigital.com

By Christie Damayanti

Ketika aku masih mempunyai seorang supir, yang selalu melayaniku sejak anak2ku masih kecil, di akhir tahun 1999, aku merasa aman dan nyaman. Pak Emon, supirku ini sudah aku anggap teman dan sahabat. 15 tahun diatasku, beliau yang mengasuh, menjaga dan mengantar anak2ku bermain dan belajar, ke sekolah, ke rumah teman dan ke tempat2 les nya.

Aku membawa mobil sendiri, sampai aku terserang stroke tahun 2010, aku menjadi "asuhan" pak Emon. Setiap hari, pak Emon mengantar anak2ku ke sekolah, dan mengantarku ke kantor, dan menjemput anak2ku ke rumah atau ke tempat les, dan ak dijmput paling akhir sekitar jam 8.00 malam.

Begitu rutinitasnya, sampai pak Emon dipanggil Tuhan, di usia sekitar 60 tahun, dengan meninggalkan istri, anak dan seorang cucu. Sungguh, aku kehilangan sekali. Beliau tinggal di perkampungan belakang kompleks tempat tinggalku, dan membawa sepeda untuk ke rumahku.

Setelah itu, aku tidak mencari supir baru. Selain karena tidak ada yang tinggal dekat dengan rumahku, dan juga toh (calon) supir itu hanya melayani aku, karena anak2ku sudah dewasa. Dennis, 5 tahun lalu sudah hampir lulus S1 dan dia membawa mobil sendiri. Michelle sudah tinggal di Jepang, sebelum pak Emon meninggal.

Dan aku, hanya pulang pergi ke kantor tanpa grus hilir mudik dengan mobil, sehingga saat itu pak Emon pernah mengeluh bosa, ketika beliau harus menungguiku seharian di kantor/mall tempat aku bekerja ......

Mulai saat itu, 5 tahun lalu, aku beralih kepada taxi dan taol untuk mengantarku kemana2 ......

***

Awal mulanya, tidak gampang mengubah kebiaanku yang biasanya pak Emon membawakan barang dan task u sampai mejaku di kantorku di APL Tower lt.43 (waktu itu). Begitu pak Emon parkir, aku menggandeng beliau dan beliau membawa tas dan barang2ku, sampai mejaku. Dan, surenya beliau menjemputku, naik ke lt.43 membawa barang2 dan tasku dan aku menggandeng lagi tangan beliau masuk mobilku.

Jangan lupa, aku adalah seorang pasca stroke dengan tubuh lumpuh kanan, sehingga aku harus berpegangan orang lain (atau naik kursi roda) ......

Kenyamanan itu harus mulai kuubah, karena pak Emon sudah tidak ada lagi.

Pertama kali aku memesan taxol pun tidak mudah. Ketika taxi Blue Bird yang sejak dulu menjadi langgananku, pelayanannya semakin berkurang dengagn wakt antar jemput semakin tidak jelas (dulu belum ada Blue Bird masuk ke manajemen GoJek), aku benar2 mulai beralih ke taxol, baik Uber (dulu masih ada), GoCar maupun Grab.

Memencet2 hp untuk mengisi nama lamat dan berbagai pertanyaan2 seputak membuat akunku, tidak mudah dengan tangan kiri dan otakku yang memang sudah error, hihihi .....

Belum lagi, mencari mobilnya, alamat tujuannya dan sebagainya, sampai kemudia aku sangat mahir untuk mencari taxol. Dari Uber, GoCar dan Grab, aku mahir mencari dan berganti2 tenang waktu dan perbedaan harga. Dan, tahun itu sekitar 5 tahun lalu, mereka belum bekerjasama dengan sistim pembayaran non-tunai dari OVO atau GoPay. Jadi, aku selalu mebayar cash untuk mereka .....

Banyak pengalaman2 baru yang tidak akan kurasakan, ketika aku memakai jasa mereka, dan tidak akan kualami selama aku memakai jasa pak Emon, almarhum. Dan, aku adalah filer (seorang yang mem-file hidup lewat foto dan tulisan) dengan baik, sehingga pengalaman2 itu aku simpan lewat postingan2di medsosku, dan saat ini aku mulai membuka file2 lamaku dan kutulis menjadi sebuah cerita, (seperti) bersambung.

Ada pengalaman menarik, yang ternyata berkali2 pengalaman itu terjadi dalam masalah dengan taxol.

Hahaha ...... keledai saja tidak akan mengulangi masalah yang sama, tetapi aku justru mengulanginya berkali2, tanpa bisa aku hindari .....

Gini :

Aku ini adalah seorang pelupa, apalagi jika berhubungan dengan angka, termasuk uang! Itu sudah terjadi sejak aku muda, angka adalah "momok" untukku. Menghafal nomor telpon bahkan jumah Rupiah saja, aku sesaat akan lupa! Sehingga, aku sangat berhati2 dengan menyimpan uang.

Berarti juga, aku hanya mengambil uang dari ATM seperlunya saja. Aku akan bisa mengambil uang di ATM setiap hari, dibanding mengambil untuk 1 minggu, karena jika uang kebutuhan 1 minggu aku simpan di dompet, yang ada 1 atau 2 hari kemudian dompetku akan kosong tinggal recehan saja, hahaha .....

Nah, itu masalahku!

Ketika aku lupa menambil uang dari ATM dan di dompetku hanya ada 50 ribuan atau 20 ribuan atau recehan2 dibawah itu, aku tidak sadar bahwa jam pulang kantor sudah tiba. Aku diantar anak buahku sampai lobby dan menemaniku untuk mencari taxol. Begitu aku dijalan, aku belum sadar bahwa uangku di dompet hanya tinggal 20 ribu saja .....

Begitu sampai rumah, sebelum aku membuka dompetku, aku baru sadar bahwa aku tidak membawa uang lebih dari 20 ribu! Dan, mulai waswas "bagaimana aku harus membayar taxolku!"

Aku degdegan dan berpikir cepat, bagaimana bayarnya?

Beruntung, aku telpon ibuku (saat itu 5 tahun lalu, ibuku masih ada), dan beliau sedang ada di rumah. Karena, bsa saja beliau tidak di rumah, kan?

Aku meminta tolong ibu untuk membawa uang dari dompetnya, dan menjemput ku turun dari taxol, dan membayar taxol tersebut! Hahahaha ..... kurang ajarnya aku! Seorang anak, pinjam uang untuk bayar taxol, dan minta ibu menjepitnya, pulak! Hahahaha ..... maafkan aku, ya bu ...

Itu pertama kali aku bermasalah dengan pembayaran, karena di dompetku hanya ada uang selembar 20 ribuan, sementara dari dari kantorku di APL Tower Tanjung Duren sampai ke rumahku di Tebet, berbiaya sekitar 52 ribu sampai 55 ribu saat itu (dan terus naik seiring dengan kenaikan harga) .....

Masih ada cerita tentang "tidak bisa membayar taxol?" Hahaha ..... MASIH .....

Tunggu cerita berikutnya ......

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun