By Christie Damayanti
                                                         Â
Sebelumnya :
"Saya ga mau ntar, ya! Cancel saja", Sangat Diskriminatif, Melihatku dengan Kursi Roda!
Ingat cerita tentang driver Grab yang DISKRIMINATIF ketika melihatku diatas kursi roda dan dia langsung tidak mau mengantarku dan mobilnya langsung pergi tanpa basa basi sedikitpun?
Cerita pun, berlanjut .....
Artkelku tentang driver Grab yang DISKRIMINATIF, aku tuliskan kemarin, hari Kamis tanggal 23 September 2021, dan aku posting jam 14.08.
Dan, sekitar jam 17.00, Bp Dika salah satu manajemen Grab, menelponku dan bicara dengan baik tentang kasusku. Karena, sejak aku melaporkan kasus ini hari Rabu tanggal 22 September 2021 lalu, tidak ada respon positif dan besoknya aku menuliskan ke Kompasiana, berharap ada respon.
Karena, ketika ada seseorang yang DISKRIMINATIF tentang apapun, terutama tentang disabilitas, aku akan bereaksi dengan tegas! Karena aku bagian dari disabilitas itu sendiri dan aku pejuang disabilitas!
Jelas, ketika seseorang "mengulik" aku tentang ini, aku akan terus kejar orang itu sampai aku mendapatkan jawaban tentan kepedulian dari orang tersebut!
Ketika aku sebagai disabilitas di aas kursi roda, dan seseorang melecehkan aku tanpa dia mau basa basi dengan aku dan tanpa alasan yang jelas tidak mau mengatar ku ke tujuanku, amarahku benar2 meluap!
Kupikir, itu wajar. Sangat wajar! Bukan aku sensitiff, tetapi justru aku ingin mereka tahu bahwa siapapun orang itu dan bagaimanapun keadaannya, adalah sama dimata hukum apalagi dimata Tuhan! Dan, sebagai warga Negara, kita semua punya hak dan kewajiban yang sama!
Itu jelas sekali!
Jadi, aku benar2 ingin si driver Grab itu melayani semua penumpang, tanpa kecuali! Jangan DISKRIMINATIF dan selalu ramah sebagai driver yang hidup dan bekerja di sector jasa dan pelayanan .....
Nah .....
Bp Dika menelponku dan meminta maaf sekali dengan respon yag sangat terlambat. Dan, beliau katakana bahwa si driver itu di tindak dengan teguran keras, suapend dan tidak boleh mencari penumpang, dan si driver dipanggil untuk di edukasi lagi serta disuruh menandatangani Surat Pernyataan.
                                                           Â
Jika terjadi lagi, si drivr akan ditindak lebih keras, bahkan bisa tidak boleh berada di Grab lagi.
Ya, minimal aku ingin si driver mengerti apa yang aku inginkan.
Aku bukan mau balas dendam bahkan tidak sebersitpun aku ingin si driver tidak bisa bekerja lagi. Tetapi, aku ingin si driver semakin mengerti banyak hal tentang pelayanan bagi masyarakat tanpa membeda2kan.
Sudah? Segitu saja?
Belum!
Hari ini, Jumat 24 Sptember 2021 jam 17.00 sore tadi, Bp Dika menelpon lagi dan menerangkan dan update apa yang terjadi hari ini, ketika si driver dipanggil ke Grab Office tentang kasus ini.
Si Driver datang jam 10.00 dan di training lagi tentang layanan dan SOP sebagai driver Grab. Seharian si driver harus benar2 mengerti tentang pelayanan dan jasa Grab untuk melayani masyrakat tanpa membedakan tentag semua hal.
Â
Dan setelah selesai training, si driver harus menandatangani Surat Pernyataan, bahwa dia harus melayani penumpang dengan baik, tanpa membeda2kan. Si driver pun harus tidak mengulanginya lagi, kepada siaaun dan dalam kondisi yang bagaimanapun.
Jika dia melanggar, aka nada sanksi2 yang lebih tegas, daripada hanya suspended! Bukan hanya sekedar :tidak boleh mencari penumpang atas nama Grab saja .....
Ok lah ......
Aku cukup puas dengan apa yang dilakukan oleh managemen Grab terhadap drivernya yang melanggar aturan. Dan, Bp Dika meminta ijin dariku untuk mencabut "hukuman" si driver untuk bisa mencari pelanggan lagi.
Aku "iya" kan, dan besok si driver sudah bia mencari penumpang lagi, tetapi dengan 1 syarat lagi selain Surat Pernyataan yang sudah ditandangani si driver.
Bahwa, Bp Dika sebagai salah satu managemen Grab harus mengamati si driver ini, supaya bisa benar2 yakin tidak mengulaninya lagi, entah bagaimana caranya dalam mengamatinya.
Karena, jika dia mengulanginya lagi kepada disabilitas2 lainnya, etapi disabilitas2 itu tidak punya keberanian untuk melapor dan vocal berbicara, alhasil disabilitas2 itu justru akan memendam pelecehan si driver, dan semakin terpuruk!
Karena juga, dalam 11 tahun aku sebagai disabilitas, yang aku tahu dari semua teman2ku sebagai disabilitas, mereka belum mampu mengatasi "ketakutan2" jika dilecehkan, yang membuat mereka mnjadi dan semakin terpuruk ......
Ya, sudahlah .....
Ini maksimal yang Grab lakukan tentang kasus ini, aku sudah cukup puas serta tidak memperpanjang lagi. Semoga, driver itu sadar dan tidak mengulang perbuatannya, dan semoga masalahku dengan Grab, selesai.
***
Pada dasarnya, dimanapun di dunia, disabilitas memang berada dalam nomor kesekian dalam kehidupan. Walaupun, pemerintah dimanapun sudah membuat aturan2 dan punya kepedulian tinggi tentang disabilitas, pada kenyataannya semuanya berpulang dari masing2 karakter manusianya.
Ketika pemerintah suatu Negara punya buku aturan tentang disabilitas setebal 20 cm pun, jika karakter manusianya yang memang tidak peduli karena disabilitas dianggap "tidak bisa apa2 dan merepotkan", tetap saja disabilitas berada di nomor sekian .....
Yang jelas, sebagai disabilitas termasuk aku, harus berani bersuara ketika disabilitas dilecehkan. Ketika disabilitas dinomor kesekiankan, atau ketika disabilitas penuh DISKRIMINASI.
Disabilitas harus terus berjuang untuk kehidupannya.
Tetapi, disabilitas pun jangan manja, ketika dilecehkan tetapi hanya mengais atau berteriak2 saja, tanpa berusaha berbuat sesuatu. Disabilitas pun, jangan hanya berbicara dibelakang tetapi harus bersuara lantang.
Karena, semuanya sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan, dan sesui dengan Rencana NYA .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H