Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kesetaraan? Antara Olimpiade dan Paralimpiade? Sungguh?

7 September 2021   10:09 Diperbarui: 7 September 2021   10:44 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Kesetaraan? Antara Olimpiade dan Paralimpiade? Sungguh?Ini bukan haya di Tokyo 2020 saja, ya! Antara Olimpiade danParalimpiade, sejak awal sampai sekarang .....

Paralimpiade memang bisa saja menjadi "motor penggerak" bagi disabilitas dunia, untuk mulai mensetarakan dirinya dengan berbagai cabang olahraga.

Paralimpiade memang bisa menjadi awal bagi dunia untuk melihat bagaimana disabilitas pun mampu untuk meraih impiannya dalam bisa olahraga.

Paralimpiade juga bisa menjadi sebuah momentum bagi dunia, bahwa ada "mereka" (disabilitas) disekitar kita, yang menjadi teman kita untuk bersama berjuang metaih imipian masing2.

Tetapi, benarkah demikian?

***

Seperti yang aku tuliskan diatas, Paralimpiade memang bisa saja menjadi awl terbaik bagi disabilitas. Apalagi, warisan Paralimpiade bagi tuan rumah dan bagi negara2 dunia, merupakan momentum sebuah kesetaraan bagi disabilitas.

Tetapi, apa yang aku dambakan itu, memang akan masih lama terjadi.

Dari beberapa artikelku sebelumnya tentang ini, dan dari bacaan2 referensi, aku melihat sebuah kenyatan yang sama sekali terbalik!

PERTAMA

Keberadaan Paralimpiade, aku tidak mengerti, mengapa tidak menjadi sorotan media, dimana jika media memblow-up even Paralimpiade ini SAMA DENGAN Olimpiade dan gembar gembor dengan siaran2 langungnya, di hampir semua Negara,

Sangat mungkin bahwa atlet2 disabilitas pada Paralimpiade, mendapatkan kesetaraan yang sama dengan atlet2 non-disabilitas pada Olimpiade.

Aku membaca banak artikel di Google bahwa, (mungkin) semua Negara yang mengirimkan atlet2 disabilitas mereka untuk berjuang di Paralimpiade, ternyata negara2 tersebut "memotong" atlet2 disabilitas dalam banyak hal.

Dana, waktu latihan, pelatih2 mereka, jumlah yang banyak dikurangi (ini bukan berhubungan dengan pandemic, ya! Tetapi saat2 Paralimpiade sebelum2nya), bahkan GAJI mereka di masing2 negara2, semuanya TIDAK SAMA dengan atlet2 Olimpiade.

Termasuk promosi2nya, yang akhirnya membuat even Paralimpiade sangat2 dikesampingkan.

Bahkan, selama 2 minggu even Paralimpiade 2020 kemarin, aku hanya bisa mendengar berita di Liputan6 saja, ketika Pak Jokowi mengaprsiasi semua atlet disabilitas Indonesia yang mendapat medali, serta beliau berjanji untuk memberikan HADIAH YANG SAMA dengan atlet2 non-disabilitas pada Olimpiade sebuan lalu.

Dan, berita juga dari Liputan6 tadi pagi, tenptang penyambutan Meteri Pemuda dan Olahraga di kloter terakhir dari Tokyo. Itu saja beritanya. Pun, tidak diulang2 seperti sewaktu Olimpiade .....

Ini jua termasuk di Jepang sebagai tuan rumah Paralimpiade, lho! Tidak ada gembar gembor sampai langit, dibanding denagn saat Olimpiade.

KEDUA

Bagi dunia sendiri, aku melihat bahwa Paralimpiade merupakan BENTUK LAIN dari sebuah diskriminasi! Itu sudah jelas terlihat, seperti yang aku tuliskan pada bagian pertama.

Semuanya, DIBEDAKAN. Tidak ada kata kesetaraan. Awalnya saja kesetaraan, dibungkus oleh even akbar, yang mengikuti Olimpiade. Tetapi pada kenyataannya, Paralimpiade justru sangat terlihat dibedakan!

Bahkan, beberapa media luar negeri mengatakan bahwa dana untuk mengadakan Paralimpiade pun memang berbeda. Bahkan, setiap Negara pun mempunyai dana yang berbeda dibandingkan dengan atlet2 yang akan bertanding di Olmpiade!

Sebuah survey tentang ini : Survey shows discrimination continues despite Paralympics

KETIGA

Paralimpiade memang seakan2 membawa atlet2 disabilitas berada diatas panggung seperti atlet2 non-disabilitas pada pertandinga2 di Olimpiade.

Paralimpiade seakan memberikan kesempatan pada atlet2 disabilitas membuktikan bahw mereka sama dengan atlet2 non-disabilitas.

Tetapi pada kenyatannya, Paralimpiade  adalah hanya EFORIA sesaat, dan hanya bergaung (padahal, gaungnya pun kecil sekali) selama 2 minggu tanpa gembar gembor berita, per-4 tahun sekali.

Paralimpiade tidak bersama dengan atlet2 disabilitas, sehari2an mereka. Dan, Paralimpiade tidak bisa terus menerus berada di sisi atlet disabilitas. Atlet2 disabilitas, justru membutuhkan dukungan dalam kehidupan mereka sehari2.

Ketika atlet2 itu sudah kembali dari pertandingan2nya, bagaimana kehidupan mereka, sebenarya?

Yang jelas, untuk negara2 yang belum ramah disabilitas, bagaimana mereka bisa survive degnan minimnya fasilitas2 untuk mereka?

Dan, bagaimana mereka bisa srvive dengan dukungan Negara mereka, yang pad kenyataannya sangat tidak masuk akal?

Seperti yang aku baca di https://sport.detik.com/

https://sport.detk.com
https://sport.detk.com
Masuk akal kan? Manusiawikah? Mau juga, dibedakan justru dalam arti positif karena mereka lebih banyak kebutuhan sebagai disabilitas! Tetapi, disabilitas tidak mau, koq. Disabilitas hanya membutuhkan kepedulian dan kesetaraan!

***

Sebenarnya, apa yang salah dengan disabilitas, sih?

Ketika kita hidup berdampingan dengan damai, kan lebih enak?

Toh, jika mau dilihat secara kasat mata, disabilitas "tidak akan melebihi" yang non-disabilitas?

Masing2 individu punya talenta. Tidak semua individu mau sadar bahwa talenta itulah yang akan "membedakan", bukan sekedar iri.

Ketika non-disabiitas punya talenta jadi chef luar biasa, dan disabilitas puya talenta untuk jadi berolahraga, kan enak jika mereka hidup berdampingan? Masing2 menghormati, dan masing2 menjaga untuk mereka saling menolong.

Masalah dimulai ketika, misalnya si chef merasa pendapatannya jauh lebih rendah dibanding si atlet disabilitas, karena chef bekerja di restoran kecil, dan si atlet disabilitas banyak memenangkan pertandingan2.

Mulailah sichaef membadingkan dan iri sampai akhirnya menjelek2an dan membully di atlet disabilitas. Dan, masalah buly membully akan menular sehingga si atlet menjadi bulan2an.

Yang semestinya di gaji, tetapi dipotong dengan alasan2 yang tidak masuk akal, seperti artikel diatas. Padahal jika mau pakai akal sehat, I chef carilah pelerjaan di restpran yang lebih besar atau berwiraswastalah.

Yang terpenting semuanya adalah, BERKARYA dan BERPRESTASI. Masyarakat akan melihatnya, koq! Bukan hanya iri, dengki dan membully!

Jika kita mau memakai akal sehat dan memakai otak kita dengan baik, sebenarnya Tuhan sudah memberikan apapun yang ita butuhkan. Masalahya adalah, banyak orang tidak mau sadar atas apa yang kita bisa untuk diolah menjadi modal untuk hidup  lebih baik.

Sebagian orang hanya malas2an dan mencari kesalahan2 orang lain, apalagi jika memang orang lain itu dianggap "sampah" masyarakat.

Padahal, Tuhan menciptakan kita semua denaggn maksud san tujuannya. Tidak mungkin, Tuhan menciptakan kita hanya iseng2 saja.

Jadi, keberadaan disabilitas itu Tuhan ciptakan dengan tujuan khusus, dan disabilitas itu bukan sebuah "produk rusak!" Tuhan punya rencana, walau kita tidak tahu, apa rencana NYA .....

Jadi,

Bagaimana penilaian mu tentang Paralimpiade?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun