Walaupun, tetap tidak semua desain universal menjadi acuan secara baku.
Misalnya,Â
Ketinggian manusia Asia berbeda dengan ketinggian manusia Eropa atau Amerika, itu membuat ukuran-ukuran barang untuk universal desain pun, bisa berbeda.
Kenyataannya juga, ketika sebuah hydrant di taman perkotan, semprotannya berkarat sehingga ketika ada orang memerlukannya justru kran airnya mati. Atau selangnya dicuri.
Desain oleh arsitek dan perencana yang jelas-jelas berharap mereka bisa mencari variasi zonasi untuk merancang ruang publik bagi disabilitas dan orang-orang yang mobilitasnya terbatas, tetapi justru mereka itu tidak bisa memakainya karena desain-desain yang salah tempat.
Hal itu banyak terjadi di lapangan.
Untungnya, sekarang ini semakin banyak arsitek, arsitek landscape, insinyur, perencana kota, dan desainer menciptakan ruang publik yang hangat dan ramah sambil merangkul desain universal sebagai elemen penting perkotaan.
Para Arsitek sekarang ini banyak memakai material-material yang taktis bagi disabilitas, dengan alur-alur sebagai penunjuk arah bagi disabilitas netra.
Banyak desainer-desainer membangun jalur pedestrian yang lebih menarik dibanding dengan pedestrian yang hanya lurus-lurus saja. Pedestrian itu di desain berkelok-kelok yang pada akhirnya adalah untuk membuat aksesibilitas yang terasa mudah sehingga seorang dapat menikmati landscape dengan cara yang sama.