Walau olimpiade ini sempat menunai banyak pro dan kontra, bahkan dari masyarakat Jepang sendiri, Olimpiade ini menghadirkan hambatan logistik dan medis yang tiada duanya, menawarkan percakapan serius tentang kesehatan mental, beberapa kontingen 206 negara.
Semua atlet benar2 dipisahkan dengan berbagai seremoni yang biasa. Medali2 yang dipakaikan sendiri oleh sang atlet, bahkan tidak ada tepuk tangan membahana yang biasanya merajai lingkaran olimpade.
Tetapi,
Ketekunan atlet menjadi cerita sentral. Kesehatan mental mereka tidak seperti mereka yang berjuang disaat2 pandemi. Perjuangan mereka sangat rentan dengan serangan2 virus, dan terkadang akan menyiksa .....
Closing Ceremony hari Minggu malam tanggal 8 Agustus 2021 kemarin, mencerminkan bahwa dan, kadang2 mendorong proses menuju kemegahan berakhir dengan sangat luar biasa!
Dengan teknologi, tanpa penonton, mereka berpesta kembang api, dengan parade atlet yang membawa bendera nasional, bangga dan bahagia.
Setelah itu,
Tokyo menyerahkan tongkat estafet kepada Paris untuk Olimpiade Musim Panasnya, tahun 2024, yang semoga pandemic sudah berakhir.
Dari televise tadi pagi, aku menyaksikan bahwa di Paris pada hari Minggu, orang2 berkumpul dekat Menara Eiffel, mengibarkan bendera Prancis kecil. Adegan itu kontras dengan Tokyo, di mana masyarakat Jepang hanya bisa menonton di layar televise saja, tanpa boleh berteriak2 semarak .....
Olimpiade Tokyo ini memang sudah selesai, sebuah even akbar pesat dunia, yang akan selalu dikenang, dengan berbagai masalahnya karena diselenggarakan di tengah2 pandemi.
Seperti gempa2 yang sering melanda Jepang, ketika atlet2 itu sudah pergi meninggalkan Jepang, semuanya akan berakhir, meninggalkan sisa2 kenangan bagi negeri Jepang sendirian, karena negara2 dunia itu akan kembali sibuk dengan rutinitas mereka masing2.