Ketika warga menggunakan MRT, dari stasiun mau naik ke jalan utama, lalu langsung menyeberang dengagn JPO, jadi, apa yang salah?
Aku tidak habis pikir, mengapa alasan merobohkan JPO tanpa ada analisa yang jelas, itu merupakan tindakan buang2 uang rakyat! Memangun JPO memakai uang rakyat, dan membongkar nya pun memakai uang rakyat!
Okelah, jika Pemprove Jakarta tidak mau menggunakan JPO, untuk ku sendiri bisa menggunakan jalur bawah tanah, SEKALIAN DENGAN JALUR STASIUN MRT!
Artinya,
Stasiun MRT, bisa menjadi jalur menyeberang Jalan protocol Jalan Sudirman dan Jalan Thamrin, dengan menambahkan lajur khusus di bawah tanah. Sehingga, tetap tidak menimbulkan masalah dengan "Pelican crossing", di permukaan jalan kendaraan .....
Deal, kan?
Jika Pemprove mau merobohkan JPO di sepanjang Jalan Thamrin -- Sudirman, coba dipikirkaan ulang untuk menyeberang di bawah tanah, sekalian naik turun tangga nya bersama dengan Sasiun MRT.
Fasilitas lift sudah tersedia bagi kaum disabilitas dan kaum prioritas, kan? Tidak buang2 uang, dan fasilitas2 sudah tersedia. Tinggal, membatasi lajur khusus untuk si penyeberang jalan .....
***
Jakarta adalah sebuah ibukota Indoneisa yang cantik dan kreatif. Kita bukan peniru dan kita pun bukan penjiplak. Studi2 banding ke negara2 maju, bukan kita harus mengikuti, tetapu diriset dan dicermati dan juga disesuaikan dengan Jakarta.
Aku mengerti, ketika pejabat2 Pemprove DKI Jakarta hijau matanya melihat keunikan "pelican crossing" di negara2 maju, dan ingin Jakarta secantik dan several itu. Tetapi, menurutku belum saatnya Jakarta melakukan hal tersbut.