Jadi, perlu dipertimbangkan lagi, tentang memilih alternatf bagi pedestrian untuk menyeberang dengan konsep pelican crossing. Harus membuat studi dan riset juga, misalnya tentang perbandingan antara volume pejalan kaki dengang penggunaan kendaraan ....
Menurut yang aku baca dari beberapa referensi, serta menurut pengalamanky sendiri, berkeliling dan travelling di banyak Negara, pelican crossing akan sangat efektif jika pejalan kaki lebih banyak daripada kendaraan.
Konsep ini sungguh berbeda, dengan banyak sekali pejalan kaki dibanding dengan kendaraan peibadi atau kendaraan umum. Ini sangat efektif, dibanding jika pejalan kaki naik dan turun JPO, dan justru JPO akan berjubel .....
Karena, dengan lebih banyak pejalan kaki akan efektif dalam penggunaan pelican crossing. Jika pengendara berhenti di lampu merah pedestrian crossing, akan sangat enak melihat banyak pejalan kaki yang menyeberang. Dibanding yang menyeberang hanya 1 orang saja ......
Ini adalah efek psikologis. Ketika hanya 1 orang saja yangb menyeberang, lain kali si pengendara akan mengabaikan 1 orang saja yang menyeberang.
Walau, ini akan dipantau oleh CCTV di semua titik, tidak menutup kemungkinan ini akan terjadi, dengan tingkat kedisiplinan warga Jakaarta yang masih cukup rendah .....
Jadi,
Menurutku pembongkaran2 JPO sepanjang Jalur protocol jalan Thamrin yang (katanya) akan dilanjutkan di jalur protocol Jalan Sudirman, kurang tepat. Wakau sekarang ini, pembongkaran2 sudah dilakukan ......
Bagaimana berita tentang pelican crossing ini, saat ini?
Setelah artikel ini, akan kutuliskan tentang kenyataan2 yang ada di Jakaarta, berhunungan dengan pejalan kaki dan menyeberang, khususnya bagi kaum disabilitas .......