By Christie Damayanti
Di zaman pandemic ini, mendesain perkotaan pada era "new normal", cukup spesifik untuk bersama menjaga kesehatan bersama.
Di ruang public perkotaan, apalagi Jakarta sebagai ibukota Negara yang harus memberi contoh bagi kota2 lainnya di Indonesia, sangat wajar dan harus mempunyai banyak tempat sampah serta tempat cuci tangan, dengan memperhatikan beberapa aspek.
Tempat sampah dan tempat cuci tangagn perkotaan, wajib dan harus berada di setiap jarak tertentu. Dimana berapa tempat cuci tangan dalam 1 titik, tergantung juga dengan Jumlah pngunjung, supaya tidak terjadi antrian.
Untuk tempat sampah, dalam merancang perkotaan, sudah harus ada, bukan karena era "new normal" saja. Karena tempat sampah sangat dibutuhkan untuk menjaga kebersihan perkotaan. Tempat2 sampah itu, harus dan selalu ada di jarak2 tertentu.
Logika saja,
Ketika kita menghasilkan sampah, misalnya botol air mineral yang sudah kosong, kita harus membuang di tempat sampah. Jika tdak tidak melihat tempah sampah, kita harus mencarinya.
Jarak yang akhirnya membuat kita malas untuk membawa botol kosong itu, menurutku sekitar 30 sampai 50 langkah, yang berarti sekitar 90 sampai 150 meter atau kurang. Kemungkinan besar, kita akan mencari2 tempat tersembunyi, untuk membuang botol bekas tersbut, jika kita tidak menemukan temat sampah .....
Mengapa?
Karena tangan kita ingin "bebas" tampa harus membawa2 botol bekas, atau tangan kita dibutuhkan unguk membawa barang2 kita yang lebih berguna, misalnya membawa tad atau membeli sesuatu di sekitar tempat yang kita lalui.
Kita tidak bisa seperti warga di banyak negar2 maju, yang mereka membawa plastic untuk tempat sampah di tas mereka.
Misalnya, jika kita makan pisang, tanpa mereka mencari tempat sampah, mereka memasukan kulit pisang mereka di kantong plastic dari tas mereka, dan akan membuangnya, jia mereka sampai di tempat tujuan mereka.
Ketika istri adikku yang tinggal di Dallas Amerika Serikat, membawa anjingnya jalan2 seputar rumah mereka, dan anjing itu pup, istri adikku memakai sarung tangan plastic khusus, mengambil pup anjing itu dan memasukkan ke plastic sampah dan menentengnya, sampai ada tempat sampah!
Padahal, mereka berjalan2 di ruang luar, dimana jika kita di Jakaarta, justru anjing2 kita yang berjalan2 di taman ruang public, dibiarkan untuk membuang hajatnya disana, sehingga pada beberapa titik tertentu, baunya akan menyengat, dibiarkan ampaikering .....
Di jepang apa lagi,
Selama bertahun2 belakang ini aku 3x setahun ke Jepang untuk menjenguk anakku yang bekerja dan kuliah disana, aku belum pernah atau jarang sekali melihat tempat sampah di pedestrian, dan semua perkotaan jepang, baik di perkotaan besar ataupun pedesaan disana, sangat bersih!
Aku sering melihat sendiri, mereka mengeluarkan kantong plastknya, ketika mereka menghasilkan sampah.
Dan akhirnya, aku pun ikut2an untuk selalu membawa kantong plastic untuk ku sendiri, jika ak menghasilkan sampah, dan membuahnya jika aku melihat tempat sampah ,,,,,,
Karena warga Indonesia masih jauh untuk misa melakukan hal tersebut diatas, perkotaan harus menyediakan banyak tempat sampah2 di setiap pojok kota! Disediakan saja, mereka tetap membuang sampah sembarangan, apalsgi tidak disediakan???
Itu adalah kenyataan! Sehingga, dalam era saat ini dimana pemerintah pusat dan pemprov DKI Jakarta sedang galak2nya mencanangkan konsep "revolusi mental", seharnya mereka harus menyediakan banak titik2 tempat sampah di ruang public!
Apalagi, di jalur2 protokol seperti di Jalan Sudirman -- Thamrin, yang aku sempat lakukan untuk berjalan2 dan chek-list tentang kebutuhan masiarakat serta untuk kaum disabilitas .....
Tetapi, apa yang aku lihat?
Titik tempat sampah sepanjang aku melangkah dari Hotel Meredien sampai depan Sarinah di jalan Thamrin, lalu berbalik kea rah depan Ratu Plaza di Senayan, hanya ada beberapa tempat sampah.
Itupun dengan jarak lebih dari 150 meter, bahkan, sangat jauh! Tempat sampah yang aku hitung sepanjang perjalananku, mungkin tidak lebih dari 10 titik! Atau aku yang tidak menghitung dengan baik?
Bagaimana dengan tempat cuci tangan?
Ternyata, sepanjang perjalananku saat itu, hanya ada 1 titik tempat cuci tangan, diarea menuju Budaran HI. Itupun, tidak proper, tidak layak untuk ditempatkan di jalur protocol Sudirman Jakarta, tanpa wastafel yang "tanpa sentuh" .....
Jika aku sedang berkesempatan berkeliling disana, pas hari kerja dan pandemic, dan aku melihat kebersihan yang memang sangat baik,
Apakah kita yakin, bahwa ketika pandemic berakhir atau di saat pandemic mereda serta banyak warga berjalan2 disana, kebersihan dan kesehatan warga tetap terjaga?
Sebaiknya, "sedia payung sebelum hujan", siapkan tempat sampah dan tempat cuci tangagn, sebelum sampah2 berserakan dan kesehatan warga pun semakin tidak terjaga .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H