By Christie Damayanti
"Jalur Kuning" memang salah satu fasilitas bagi disabilitas netra. Siapa yang tidak tahu tentang "jalur kuning" serta konflik yang ada di dalamnya?
"Jalur kuning", namanya saja warna kuning, kadang kala membuat harmoni warna dalam sebuah area, akan rusak, bagi desainer, sehingga "jalur kuning" bisa saja beralih menjadi jalur abu2 di stasiun MRT Jakarta atau jalur perak, seperti di jalur pedestrian Malioboto.
Â
Belum lagi, masalah konflik ketika "jalur kuning" yang harusnya merupakan fasilitas disabilitas netra, beralih fungsi, ketika jalur ini ada di atas pedestrian di hampir semua tempat di Jakarta.
Karena, pedestrian2 yang ada, digunakan untuk berjualan dan tempat parkir motor, sehingga "jalir kuning" nya tidak berfungsi sama sekali.
Atau juga, ketika si kontraktor yang memasang jalur kuning itu, sama sekali tidak peduli, bahwa ujungnya berbenturan dengan pohon, tempat sampah atau masuk ke lubang got!
Â
Â
Mereka tidak mau mulai belajar peduli, apa lagi! Sampai kapankah Negara kita mendiskriminasikan disabilitas? Apakah harus ada yang menjadi disabilitas dulu, baru sadar?
***
Bicara tentang "jalur kuning" memang tidak aka nada habis2 nya. Silahkan membaca tentang ini, di tulisanku, "Pedestrian Baru" Jakarta, Hasilnya Apa? Nol Besar!
Aku hanya mengingatkan saja, ketika Indonesia memang mampu membangun yang hebat2 dan luar biasa, bagaimana dengan maintenance nya?
Pada kenyataannya, maintenance di negeri kita, sangat kurang, yang mengakibatkan bangunan2 yang indah iu, lebih cepat rusak karena maintenance nya kurang!
Ketika aku berkesempatan untuk berjalan2 di jalan protocol Sudirman -- Thamrin di atas kursi roda ajaibku, aku memang sengaja untuk seperti cek-list tentang "apa kata banyak orang", bahwa jalan ini "ramah disabilitas",
Yang masih banyak kursi roda ajaibku harus diturunkan secara manual. Karena tidak ada jalan yang landai, dan beberapa titik yang sangat krusial bagi sebuah kursi roda.
Aku juga mengamati tentang maintenance di beberapa titik.
Sangat disayangkan, ketika jalur protocol ii sebagai jalur kebanggaan Jakarta, yang relative masih baru untuk meningkatkan kenyamanan warga Jakarta, ada beberapa titik yang sudah rusak. Akan aku tuliskan, segera.
Di artikel ini, aku hanya menuliskan tentang "jalur kuning", dan ada beberapa "jalur kuning" yang seharusnya segera dirapihkan .....
Yang perama, jelas keramik atau sejenisnya, setebal kerakin atau material pedestrian itu, dan dipasang dengan selevel dengan permukaan.
Â
Ketika aku sempat berada di sebuah area di Chiba, Jepang, aku melihat sendiri beberapa orang datang setelah petugas area itu telp untuk menggantu "jaluir kuning" yang sudah tidak kunung lagi, karena kotor.
Ketika "Jalur kuning" yang sudah kopr dan tidak kuning lagi, Jepang bela2in membuat "jalir kuning" baru, untuk penyandang disabilitas low-vision!
Masakan kita justru mengubah "jalur kuning" menjadi jalur abu2 atau jalur perak? Aduh .....
***
Jadi,
Bagaimana kita menjadikan Jakarta "ramah disabi;itas", itu bukan tergantung pada pemerintah saja, tetapi tergantung kepada KEPEDULIAN KITA SEMUA!
Jika pemerintah sudah membuat aturan dan membangun fasilitas2 untuk disabilitas di ruang public, dibawahnya, seprti disainer, konsultan dan kontraktor yang ditunjuk oleh pemerintah, atau swasta, harus terus peduli!
Maintenance bukan menunggu perintah, tetapi buatlan jadwal per minggu untuk mengamati fasilitas2 itu, dan respon untuk memperbaiki nya juga harus SEGERA! CITO!
Kepedulian untuk membangun "kota ramah disabilitas" pun, untukku hanya bisa menuiskan sperti ini aja, serta menyebarkan keledulian ewat artikel ini kepada pihak2 yang berwenang, bahkan sampai ke Pak Jokowi.
Tetapi, masalanya adalah, aakah ada yang membaca dan langsung bisa bertindak untuk memperbaikinya?
Teriakan2 kepedulian ku ini, akan terus berlanjut. Karena memperjuangkan sebuah kepedulian, memang tidak cepat dan membawa respon pro dan kontra .....