Agak siang setelah makan siang, Dr Hophop, seorang dokter syaraf senior yang merawatku, datang. Berbicara santai dengan kami, aku dan kedua orang tuaku, dan Dr Hophop memberikan agenda untuk terapi2 ku.
Besok, di hari kedua, sebenarnya aku sudah bisa menjalani sesi tahap pertama terapi pasca-stroke. Tetapi, pak Seman, seorang terapi khusus untuk stroke, sedang flu, sehingga mungkin baru di hari ietiga atau hari keempat, sesi teapiku akan dimulai.
Aku sangat excited! Luar biasa excited!
Karena, aku sudah berada di Jakarta, aku merasa duniaku susah kembali, sehingga aku ingin sekali cepat2 bisa bergerak, berjalan bahkan ingin cepat bisa bekerja lagi!
Agendaku untuk terapi sangat padat!
Pagi2, setelah makan pagi aku akan mulai dengan terapi fisik. Aku belum bisa bergerak, sehingga aku akan mulai dengan belajar bergerak.
Siang setelah makan siang, aku akan memulai terapi bicara, dan dilanjutkan dengan terapi menulis dengan tangan kiri. Dan setelah mandi sore jam 4.00, akan dilanjtkan lagi dengan terapi fisik lagi, walau tidak setiap hari.
Karena aku pun membutuhkan istirahat total untuk memulihkan semua sendiri2 tubuhku yang sedikit "rusak" karena otakku tidak 100% mampu untuk memerintahkan anggota tubuhku bergerak.
Dokter Hophop dan kedua orang tuaku, berdiskusi agak lama tentang kodisiku. Bagaimana otak kiriku yang terendam darah dan bagaiamana cara aku bisa bekerja kembali nantinya.
Keadaanku yang saat itu sungguh tidak bsa bergerak sama sekali, pastinya membuat kedua orang tuaku sangat bersedih. Aku yakin itu. Apalagi, saat itu aku sudah sebagai single parent,yang mempunyai 2 orang anak yang masih kecil.
Kedua orang tuaku pasti memikirkan, bagaimana nasib kedua cucu2 mereka, dimana aku sebagai ibunya, kemungkinan besar tidak akan mampu berbuat apa2, seperti kata2 Dokter Gandhi di St Francis Hospital di sana Francisco.