Makan siang, kedua orang tuaku dan adikku membawa makanan dan makan bersama di ruanganku dan ketika setelah selesai, Didit datang dari bandara, dari Los Angeles ......
Aku senang, melihatnya, tetapi aku pun menjadi sangat sedih, karena setelah itu, kedua orang tuaku bersiap untuk diantar Bagus ke bandara, untuk terbang ke Los Angeles.
Tangis ku meledak lagi.
Bayang2 mengerikan itu datang lagi! Pesawat yang meledak diketinggian puluhan ribu meter dari permukaan bumi, dan rangka pesawat itu meluncur dan jatuh berkeping menuju laut, dan menghilang .....
Bayangan mengerkan itu, sungguh nyata!
Sungguh, aku benar2 ketakutan sehingga aku menangis tak henti, bahkan setelah kedua orang tuanku dengan berat hanta meninggalkan aku dalam kedaan dropt seperti ini.
Adikku, Bagus, membimbing bapak dan ibuku untuk segera keluar dari ruanganku dengan membawa 2 buah koper besar yang akan dibawa pulang.
Aku sungguh terpuruk saat itu!
Dengan tidak lulasanya aku berbicara dan mencurahka hatiku, serta tidak mmpunya aku bergerak untuk ikut terbangnpulang ke Jakarta, keterpurukkan ku benar2 sebuah keterpurkkan yang tidak terbatas .....
Aku terus menangis.
Aku ingat betul, setelah kedua orang tuaku dengan adikku Bagus keluar ruangan, adikku Didit, memelukku. Mencoba menggantikan posisi bapakku. Dia memelukku dengan hangat, mengelus2 punggungku dalam tangisanku.