Pembuluh otak ku, saat itu th 2010
Aku, Pasca Stroke dengan keadaanku terserang "heavy stroke", tahun 2010 di San Francisco
Hari kelima aku di Rumah Sakit Katolik -- St Francis Hospital, San Francisco USA
Keadaan Otak Kiriku serta Belajar Minum dan Makan
Hari kelima saat itu, aku bangun dengan segar, sesegar suasana pagi itu, di suhu tetap hampir minus tetapi matahari bersinar cerah, masuk ke kamar perawatan baruku.
"Good morning, beautiful lady", sapa Dokter Gandhi. Dia datang pagi, dengan timnya.
Seingatku, Dokter Gandhi memang selalu menyapaku dengan sebutan "beautiful lady", dan beliau ramah sekali. Berusaha berkata2 dengan sederhana, seakan aku tidak mengerti artinnya.
Iya sih, benar sekali .....
Walaupun aku tetap mengerti bahasa Inggris itu, walaupun otak kiriku ku sudah cacat karena pada saat itu, darah segar masih menggenangi otak kiriku, aku tetap mengerti.
Dengan catatan, memang hanya sebagian saja yang aku mengerti.
Entah karena otak kiriku yang sudah bermasalah, atau memeng aku yang tidak mengerti sejak lama karena perbendaraan bahasa Inggrisku, kurang, hahaha .....
Menurut yang aku baca tentang otak kiri, setelah aku mampu membaca dan mempelajari serta bertanya2 kepada dokterku di Jakarta, fungsi otak kiri adalah,
Untuk berpikir secara sadar dan logika dan dituangkan dengan kata2. Juga, otak kiri itu memiliki kekuatan analisis yang tinggi, serta berpikir secara berurutan.Â
Otak kiri pun bertangung jawab dalam mengatur dan mengendalikan emosi, tertarik dengan informasi2 yang terstruktur.
Otak kiri pun sangat tertarik dan focus dengan internal tubuh serta mengayur secara runut dan detail.
Sehingga, aku sangat mengerti ketika dulu Dokter Gandhi, bahkan dokter2ku di Jakarta, sangat perlahan untuk menerangkan tentang banyak hal untukku, karena mereka berpikir, aku tidak mampu mengunyah pengertian dan kata2 yang aku dengar.
Ternyata juga dari banyak referensi yang aku baca, otak kiri benar2 berfungsi dan memiliki kekuatan analisis yang tinggi, sehingga jika seseorang mengalami permasalahan dengan otak kirinya, kekuatan analisis orng tersebut akan mengalami kemunduran.
Bukan saja analisis secara teknis saja, tetapi ternyata termasuk analisis2 tentang runutan tentang kehidupan .....
Dan, jika seseorang yang bermasalah dengan otak kiri, termasuk aku yang terserang stroke berat beberapa hari lalu saat itu, kemungkinan besar aku tidak bisa bekerja lagi, karena aku tidak anak mampu untuk berpikir secara runut, logis dan analitis.
Ya, bagaimana aku bisa bekerja, jika aku tidak mampu berpikir seperti seorang yang berpendidikan seperti aku yang dulu?
Sementara, otak kanan berfungsi untuk perekembangan emosional, seperti sosialisasi, komuniksi, interaksi dan pengendalian emosi. Pada otak kanan ini juga punya kemampuan merasakan dan memadukan ekspresi tubuh serta kreatifitas.
Hubungan otak kiri dan otak kanan, memang harus selaras, sesuai fungsi yang Tuhan berikan pada manusia. Tetapi kenyataannya, sebagian manusia justru mengandalkan otak kirinya, termasuk aku.
Karena disebabkan oleh pendidikan formal, lebih banyak mengasah kemampuan otak kiri, dan hanya sedikit mengndalkan otak kanan.
Dan, setelah aku terserang stroke berat itu, membuat otak kiriku menjadi cacat, dan puj Tuhan, otak kananku masih utuh sesuai yang ada.
Tidak heran, jika saat itu aku merasa Dokter Gandhi atau petugas2 rumah sakit itu, mengerti jika aku mungkin dianggap tidak mampu untuk nantinya bisa pulih, dan vonis dokterpun sudah jelas :
Aku hanya bisa berbaring saja, disisa hidupku, entah sampai kapan ......
Wajarlah, Dokter Gandhi dan dokter2ku di Jakarta beranggapan demikian. Sehingga saat aku sudah merasa tepat waktunya untuk bekerja lagi, saat itu, sekitar 6 bulan kemudian sejak saat aku di hari kelimat terserang stroke,
Aku harus di test "Fungsi Luhur" di RSCM, untuk mengetahui, apakah aku mamu untuk bekerja lagi dengan keadaanku yang otaknya memang sudah cacat .....
Sedangkan otak kananku, 100% berfungsi dengan baik, karena tidak ada darah yang merembes ke otak kananku .....
Puji Tuhan. Tetap bersyukur dengan segala keadannku .....
Dokter Gandhi mempersilahkan aku untuk menyendok sendiri, bubur untuk makan pagiku. Dia mau melihat, seberapa jauhkah tangan kiri ku yang sebernarnya tidak bermasalah, tetapi bisa saja bermasalah karena renbesan darah ke bagian otak kananku.
Aku mencoba mengambil sendok dan berusaha untuk menyendok bubur ....
Sendok jatuh. Dimabil yang lain, ooeh suster yang meamng berjaga. Aku coba lagi, bisa, tetapi ketika mencoba menyendok bubur, uh .... Susah!
Posisi sendok tidak bisa untuk menyendok, dan aku mulai sadar, bahwa aku harus benar2 bekerja keras untuk terapi, jia aku mau "hidup" lagi
Kucoba lagi, ku coba lagi dan kucoba lagi.
Pertama, meleset. Sendok yang kupakai untuk menyendok, membuat bubur malah berantakan. Bubur tercungkil dan terlempar, hahaha .....
Kedua, meleset lagi. Begtu seterusnya sampa yang kesekian kali, bubur bisa tersendok di dalam sendo, tapi sedikit sekali. Aku tersenyum menag, dan Dokter Gandhi bertepuk tangan. Aku tertawa.
Dengan kode, Dokter Gandhi meminta aku untuk memasukkan bubur itu ke mulutku dan menelan. Aku mencoba memasukkan bubur itu di dalam sendok. Meleset! Bubur dan sendok menyerempet ke pipi kanaku. Bubur tumpah!
Kuambil bubur lagi, terus berkali2 sampai bbur masuk ke sendok. Dan kumasukan ke mulutku. Berkali2 meleset dan bubur tumpah, sampai aku mulai putus asa .....
Dokter Gandhi terus menyemangati aku.
Sepertinya, dia memang sengaja datang pagi, untuk men-terapi ku. Seorang dokter yang benar2 mau membuat seorang pasca-stroke, bangkit dan semangat untuk sembuh .....
Sampai pada akhirnya, aku berhasil memasukan bubur itu kedalam mulutku, yang disambut oleh tepuk tangn DokterGandhi dengan tim nya. Dan aku tertawa lebar untuk kemenanganku. Pastinya, dengan suara bergumam layaknya suara alien .....
Aku bertambah semangat, ketika sesaat kemusian kedua orang tuaku masuk ke ruanganku. Doter Gandhi menyalami kedua orang tuaku, dan sedikit berdiskusi tentang keadaanku.
Dan aku terus berusaha yang diajarkan oleh Dokter Gandhi, menyuapkan berkali2 bubur ke mulutku, dengan banyak kesalahan, sehingga meja mobile di drpanku, termasuk di kasur dan selimut, menjadi berantakan dengan bubur .....
Ah, leganya!
Aku udh bisa makan sendiri, walau setelah makan pagi itu, suster selalu mengikatkan celemek besar dan lebar di leherku seperti bayi besar, untuk mengatasi bubur2 atau makanan2 yang kusendok, terbang melayang kemana2, hahaha .....
Terapi pertama sudah kulalui dengan baik dengan hasil yang memuaskan untuk seorang pasca-stroke, yang sebenarnya dianggap tidak bisa sembuh lagi.
Tetapi, terapi itu harus dilakukan setiap saat, karea sebenarnya konsep terapi itu hanya sebuah latihan.
Bahwa, aku sebenarnya sejak dulu sudah bisa menyendok, tetapi karena sekarang, saat itu, terserang stroke dan fungsi itu, menjadi "mati".
Dan, terapi adalah untuk melatih, fungsi awal berkali2, sehingga fungsi itu bisa tetap dilakukan.
Jika tidak dilatih lagi, lama2 fungsi itu pun terus "mati", sehingga sekana2 aku un akan "mati" sungguh secara fungsi kerja tubuh, sampai benar2 tidak bisa berungsi lagi.
Aku sadar sekali tentang hal itu, sehingga aku semakin bertekad untuk berusaha sekali untuk pulih, kalau bisa sembuh seperti aku yang dulu.
Ketika Dokter Gandhi keluar ruangku, sambil mengangkat tangannya untuk ku sambil tersenyum, aku langsung memamerkan kepada kedua orang tuaku, bahwa aku sudah bisa makan sendiri.
Orang tuaku, mengangkat jempol nya untukku, dan wajah mereka semakin bahagia melihat aku semangat dan bahagia dengan kemajuanku yang walaupun sangat perlahan.
Aku mempraktekan terus menyuap buburku, sendiri sampai 1 mangkok bubur kosong.
Dan, sampai makani siang pun, aku diminta untuk makan sendiri dengan mengikatkan celemek besar dan kaku di leherku untuk tidak terlalu berantakan.
Makan pagi, masih makan bubur, tetapi makan siang dan sore, sudah diberikan nasi dengan lauk pauknya. Makana sehat, dan ..... banyak terbuang karena aku menghamburkan nasinya. Karena aku masih baru belajar menyendok asi, hahaha .....
Hari ini, aku memenuhi semangat dalam dadaku.
Aku berceloteh dengan riang, tanpa peduli bapak dan ibuku mengerti dengan kata2ku. Aku hanya ingin mengeluarkan rasa semangatku yang begitu besar, untuk menyabarkan diriku, dalam pemulian.
Sampai siang hari seteah makan siang dan kedua orang tuaku makan bersama di ruanganku karena mreka sudah membeli makan dari luar, take-away .....
Pintu kamarku terbuka, dan seekor anjing Golden Retriver masuk, dituntun oleh seseorang petugas laki2 rumah sakit.
Aku terbelalak!
Si Golden itu mengibas2kan ekornya dan wajahnya seakan bahagia sekali. Lidahnya menjukur kekuardan terus bergerak, seakan ingin memelukku!
Aku membuka tangan kiriku, seraya membuka diriku untuk memeluknya. Posisiku sedang duduk tegak dengan bantal menahan tubuh kananku supaya tdak doyong. Seeketika si Golden itu menubruku sampai tubuhku benar2 doyong ke kanan!
Hahaha .....
Aku sengan sekali! Si Golden menjilat2 wajahku sampai aku berteriak2 gembira dan petugas itu hanya tertawa. Kedua orang tuaku pun, tetap terbengong2 tanpa tahu, sebenarnya apa yang terjadi! Mengapa ada seekor anjing masuk ke ruanganku dan menerjanga aku?
Sampai beberapa menit si Golden menjilat2 wajahku dan aku berusaha untuk mempertahankan posisi dudukku supaya aku tidak terjatuh ke sebelah kanan, si Golden ditarik untuk menjauh dariku oleh si petugas.
Si Golden menurut, dan menjauh.
Barulah si petugas menjelaskan kepada kedua orang tuaku.
Bahwa, konsep terapi pemulihan bagi pasien pasca-stroke itu banyak macamnya. Ternyata, si petugas ini adalah seorang therapist pasca-stroke.
Bahwa, pasien pasca-stroke, bukan hanya diterapi dari fisiknya saja. Pasien pasca-stroke memang membutuhkan terapi2 fisiknya karena pasti ada kelumpuhan di bagian2 tertentu tubuhnya.
Tetapi, pasien pasca-stroke justru lebih membutuhkan terapi psikologisnya. Karena, menurutnya pasien pasca-stroke jarang yang bisa menerima diri.
Mereka jarang yang mampu berdamai dengan dirinya sendiri, yang akhirnya berdampak lebih dalam lagi.
Menurutnya juga, terapi fisiknya seorang pasca-stroke relative lebih mudah dibandingka dengan terapi psikologisnya.
Sehingga, metoda2 terapi pasca-stroke di rumah sakit ini khususnya, sedikit berbeda dengan metda2 terapi pasca-stroke di rumah sakit yang lainnya.
Bermain dengan anjing, diyakini bisa membuat seorang pasien pasca stroke mampu menghalau keterpurukannya.
Bermain dengan anjing pun, diyakini dan diharapkan membuat seorang pasien pasca-stroke menjadi bahagia, karena seekor anjing memang bisa menjadi sahabat manusia.
Sehingga, rumah sakit ini menempatkan beberapa jenis anjing, untuk metoda terapi bagi pasien2 mereka pasca-stroke, seperti aku.
Begitu juga, kemarin di hari kesekian aku diterapi dengan music harpa, itu pun diyakini membuat pasien pasca-stroke mempunyai rasa lembut di hati untuk membuat semangat.
Dan, aku merasakannya sendiri, ketika si Golden itu melonjak2 memelukku sampai aku semakin doyong ke kanan tubuhku karena lumpuh. Aku tertawa2 gembira, dan si Golden semakin semangat untuk menjilat2 wajahku.
Kebahagiaan, walau sesaat, membuat hatiku semangat!
Dan, aku yakini jika terapi2 seperti ini selalu dilakukan oleh rumah sakit ini, rasa bahagiaku pasti terpelihara. Dan rasa bahagia adalah sebuah ssemangat. "Bahagia itu adalah obat", bukan?
Kedua orang tuaku, manggut2 setuju, apalagi aku! Karena, ak sendiri sanat sayang dengan hewan, terutama anjing. Aku pernah punya 16 ekor anjing, pada saat aku masih sekolah SMP da SMA.
Anjng2 itu memang seperti sahabat2ku, dengan aku yang seorang soliter, seseorang yang "tidak berteman".
Jadi, ketika si Golden itu menebrukku dan menjilat2 wajahku, kebahagiaanku tidak tertahankan.
Aku merasakan sebuah semangat yang luar biasa, setekah si Golden keuar dari ruangku. Si Golden menyalak pelan, ketika therapist itu membimbing si Golden ke arahku, untuk berpamitan.
Anjing memang adalah salah satu hewan yang paling banyak menjadi peliharaan, karena terkenal setia. Kedekatan pola perilaku seekor anjing dengan manusia, memang dapat dilatih untuk kebaikan manusia sendiri.
Dan, dengan si Golden ini, Tuhan memelihara semangatku .....
***
Aku tidur siang dengan nyenyak, ditemani orang tuaku yang menontn televisi. Aku bahagia dan nyaman dengan keberadaanku. Ak sudah berdamai dengan keadaaanku.
Bahwa, ya inlah aku. Seorang pasca-stroke, dengan lumpuh tubuh kanan karena serangan stroke berat.
Dengan keadaanku ini, aku benar2 mengerti jika aku mungkin tidak bisa sembuh 100% lagi, tetapi aku merasa nyaman dan damai, ketika Tuhan sudah menjaminku, untuk aku tetap bisa bekerja lagi, lewat komunikasi dengan atasa2ku, bahkan pemirik perusahaan tempat aku bekerja, kemarin.
Aku tidur dengan senyum.
Kedua orang tuaku membereskan semua barang2ku, karena kemarin belum sempat membereskannya. Karena, kita tidak tahu, berapa lama aku aka dirawat disini, sebelum aku bisa ditebangkan pulang ke Jakarta.
Memang, masih banyak PR ku untuk bisa sembuh.
Yang ada disini saja, aku baru di hari kelima. Bahkan, Dokter Gandhi pun mengatakan, otakku belum bisa beradaptasi.
Otakku harus tenang dulu, sebelum aku bisa mulai bergerak. Adaptasi otakku ini bisa berhari2 atau lebih lagi, sampai benar2 tenang.
Maka, diharapkan aku bisa cepat berdamai dengan keadaan, sehingga keberadan otakku pun cepat tenang .....
Niatku pun demikian.
Karena, aku merasaka jika aku mulai sedih atatu terpuruk jika ingat keadaanku, otakku berdenyut, sakit sekali. Denyutan itu membuat tubuhku oleng seperti vertigo. Dan, semakin lama denyutan otakku semakin berat, jika aku tidak berusaha untuk tenang.
Jika aku tenang, denyutan otakku pun berkurang. Tuhan sudah memberikan usaha untuk aku semakin pulih, yaitu salah satunya memberikan warning untuuk untuk bisa menenangkan diri supaya aku tidak semakin terpuruk .....
Sensasi kepala atau otakku yang berdenyut adalah merupakan kondisi medis, terutama untuk pasien pasca-stroke seperti aku.
Dengan berdenyut, sepertinya aliran darah di otakku ke daerah yan bermasalah disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah, yang merupakan upaya untuk meningkatkan aliran darah pada daerah2 yang bermasalah.
Aku yakini itu.
Bayangkan saja, dengan otak kiriku yang terendam darah segar. Tentu saja, syaraf2 dan pembuluh darah otak kiriku, beberapa akan tertutup karena rendaman darah itu. Denyutan itu memang mungkin justru bisa untuk memulihkan pembuluh darah otak kiriku.
Tetapi, denyutan itu membuat aku sungguh sengsara karena kesakitan2ku. Denyutan ini akan hilang jika aku tenang. Dan sensasi denytan ini akan datang lagi, selama aku terpuruk.
Pengelolaan emosi benar2 aku aku dalami, sehingga pasca-stroke yang aku alami tidak membuat aku terpuruk. Karena, sampai hari kelima ini, aku masih mempunyai tekanan kesediahan yang sungguh2 dengan keadaanku.
Masih ada hari2 selanjutnya. Ini masih hari kelima! Kesabaranku benar2 diuji ......
Bangun tidur, seorang suster masuk ke ruanganku.
Pertama kali sejak 5 hari ini, suster itu mau memandikanku. Bukan, bukan memandikan seperti mandi, tetapi hanya tubuhku di bersihkan di atas tempat tidur, karena aku belum mampu untuk bergerak.
Saat itu, suhu masih dingin, masih di musim dingin Amerika. Sehingga, tubuhkupun tidak merasa kotor, tetapi tetap harus dibersihjan di waktu2 tertentu.
Ketika tubuhku dibersihkan, aku merasa enak karena punggungku berbegark. Kaki dan tubuh kananku bisa bergerak, dan sedikit bernafas.
Dokter Gandhi, datang ke kamarku lagi setelah makan malam.
Dia berdiskusi dengan kedua orang tuaku tentang keadaan ku. Aku tidak tahu, apa yang mereka diskusikan. Tetapi, aku tahu, itu yang terbaik untukku.
Setelah selesai dan Dokter Gandhi keluar, bapak bercerita tentang asuransi perjalanan yang kami beli.
Bahwa, ternyata asuransi yang mereka beli untuk kami, memberikan semua claim kami karena serangan stroke ku ini.
Kata Dokter Gandhi, bahwa kedua orang tuaku tidak hanrus mengeluarkan uang sendiri, semua akan diganti oleh AIG, sebuah perusahaan asuransi.
AIG adalah perusahaan asuransi perjalanan dari Amerika.
Dan, kedua orang tuaku tidak harus berpikir tentang biaya2 yang akan keluar selama aku di rumah sakit ini. Sehingga, mereka bisa focus dengan kesembuhanku.
Rumah sakit ini, akan berkoodinasi dengan AIG untuk pengelaran2 apapun untukku!
Aku hanya terbengeong, tidak terlalu mengerti pada saat itu. Yang aku tahu, bahwa kedua orang tuaku akan focus dengan penyembuhanku, dibanding dengan memikirkan biaya2 yang akan kelur karena aku dirawat disana.
Sementara, hanya demikian.
Cerita tentang asuransi dan claim2 nya, akan kuceritakan kemudian, sebuah kesaksian besar yang Tuhan berikan untuk keluargaku ......
Dan, hari kelima ini aku tutp dengan tidurku yang nyenyak. Karena, sebelum Dokter Gandhi keluar dari ruang ku tasi malam saat itu, dia berkata bahwa besok aku akan kedatangan seorang therapist untuk melatih aku berbicara.
Diharapkan, ketika aku sudah bisa diterbangkan pulang, aku sudah bisa sedikit berbicara, dan mampu membangun kepercayaan diriku, walau pasti belum sempurna dan sepenuhnya ......
Hari ini, hari kelima setelah serangan stroke berat saat itu, memang luar biasa untukku!
Dari cara Dokter Gandhi yang menterapi tangan kiri ku untuk mampu menyendok bubur dan memasukkan ke mulutku, dan ketika si Golden si anjing yang menubrukku dan mengibas2kan buntutnya, serta menjilat2 wajahku,
Sampai ketika tubuhku dibersihkan serta tubuh kananku bisa bergerak karena suster itu memang menggerakkan tubuhku, terakhir berita besar tentang asuransi AIG yang bersedia mengganti semua biaya2 perawatan selama aku di Amerika, tanpa kedua orang tuaku harus mengeluarkan uangnya sendiri dahulu,
Itu menambah sebuah kesaksian untukku, bahwa walaupun aku tahu bahwa serangan stroke berat ku ini merupakan kesalahan ku sendiri, tetapi Tuhan pun terus membimbingku, untuk aku bisa pulih dan sembuh.
Kenyataannya bahwa aku memang melakukan hal2 yang merupakan warning Tuhan sebelum pekerjaan ku selesai, dan aku bekerja keras sehingga melupakan kesehatanku, menjadikan aku terserang stroke, pada saat seharusnya aku berbahagia setelah mega proyekku selesai.
Keluarbiasaan Tuhan itu, aku rasakan sedemikian di hari kelima setelah aku terserang stroke, saat itu. Aku merasakan sebuah tangan ajaib Tuhan, yang mau membebaskanku dari keterpurukan2 ini.
Dengan cara yang mungkin absurt, dan jika aku tidak peka dari kasih Tuhan, aku tidak bisa bersyukur atas apa yang aku rasakan.
Bagaimana aku bisa bersykur dengan keberadaanku yang terserang stroke berat dan tubuh kananku yang lumpuh?
Bahkan, saat itu aku belum berpikir demikian, teatpi dari semangat dan wajahku yang riang, itu sudah menjadi bukti bahwa aku sangat bersyukur dengan keadaanku.
Dan aku semakin semangat dihari2 selanjutnya, karena kasih Tuhan itu, tetap terjaga dalam penyertaan NYA kepadaku.
Lewat keberadaan ku selama aku di rumah sakit itu .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H