Mereka berceloteh banyak. Bercerita tentang semalam ngapain saja, setelah mereka pamit dan meninggalkan ku sendirian disini. Mereka terlihat gembira, yang membuat aku semakin yakin, bahwa aku tidak mau membuat mereka kecewa.
Aku tertawa tanpa suara mendengar mereka vercerita. Orang tuaku sibuk membereskan barang2 yang mreka bawa untuk seharian di rumah sakit.
Sedangkan adik2ku dengan keluarganya pun bersiap untuk membereskan barang2 nya juga untuk di rumah sakit.
Ak selalu bahagia ditengah2 mereka. Dan, anak2ku terlihat tidak bosan walau hanya bermain di rumah sakit saja.
Aku disuapi makanbubur pagi, sambil mengobrol.
"Yanti, jika tidak keberatan, apakah kamu mengijinkan anak2 dengan keluarga Didit untuk travelling sesuai dengan rencana, ke Las Vegas? Supaya anak2 tidak bosan dan tidak stress", kata bapak ku.
"Dan, dari Las Vegas, mereka akan langsung ke Los Angeles, menginap eberapa hari dan plang keIndonesia, sesuai dengan rencana semula. Nanti, bapak dan ibu menyusul ke Lis Angeles dengan pewasat. Karena anak2mu harus ke sekolah, sudah 2 minggu bolos untuk liburan ini", lanjutnya".
"Bapak juga harus ulang mengurus pekerjaan bapak, dan mengurus kepulanganmu, walau belum tahu, kapan kamu bisa pulang ke Indonesia. Ibumu ikut bapak, nanti kamu akan ditemani oleh Didit",Â
"Nanti di Los Angles, bapak dn ibu dengan anak2mu terbang ke Jakarta, sedangkan Inka (istri Didit) dan Rama (anaknya) langsung terbang ke Bali, dan Didit sendiri akan kembali ke San Francisco naik pesawat, untuk menemani kmi sampai kamu pulang ke Jakarta", panjang lebar bapakku menerangkan rencananya untukku.
Didit memang tidak bekerja di kantor. Dia adalah seorang entrepreneur di bidang kuliner dan wisata, sehingga dia bebas menggunakan waktunya untuk berkegiatan.
Dia merelakan dirinya untuk menemaniku di rumah sakit di San Francisco, sampai aku pulang ke Jakarta, walau entah kapan bisa terlaksana .....