By Christie Damayanti
Saat itu, hari terakhir di Brussels, sebelum kami meninggalkan Belgia menuju ke Paris, dengan naik taksi.
Tugasku di Brussels sudah selesai. Semua sudah beres, dan siang itu aku sudah menyerahkan tanggung jawabku kepada supplyer material arsitektural di Brussles dan aku pun lega ......
Cape luar biasa, setelah seharian aku haus survey ke suatu pabrik besar, dan benar2 harus melihat qualitas2 nya, untuk kami pakai di sebuah proyek kmi di Jakarta.
Setelah selesai, laporan2 ku pun sudah aku kirimkan lewat email kepada tim ku di Jakarta,untuk segera ditindaklanjuti, dan aku benar2 harus beristirahat dahulu, sebelum besoknya aku kembali bertugas ke Paris .....
Aku tinggal di Hotel Holiday Inn Brussels City Center, sebuah hotel terkenal, kelas menengah, berada ditengah kota. Dekan dengan Grand Pkace, hanya berjalan kaki saja.
Awal musim semi, berderajat sekiyat 10 derajat Celcius, membuatku sedikit menggigil, jika aku membuka mantelku. Tetapi, aku harus membuka mantel, karena aku tidak bisa duduk dengan nyaman .....
Aku menyeruput susu hangat, sambil menunggu aku membuat roti selai yang dudah disediakan oleh staff hotel, untuk menyambut ku yang kecapean.
Pelayanan hotel itu sangat luar biasa.
Entah karena memang begitu pelayanannya, atau karena sekretarisku yang melayaniku lewat pesanan2nya dari Jakarta, aku tidak terlalu peduli. Yang penting, aku benar2 kecapean .....
Roti selai itu aku bakar lewat toaster dan aku menyantapnya dengan susu hangatku.
Enaknya .....
Sendirian aku di Brussels, membuat pikiranku melayang2. Saat itu tahun 2006, dimana aku sering bertugas di beberapa Negara Eropa, dan meninggalan keluargaku di Jakarta. Dennis (10 tahun) dan Michelle (7 tahun) masih kecil dan tidak mungkin aku bawa bertugas. Jadi, mereka harus di Jakarta dengan ayahnya.
Setelah sedikit kenyang, dan kupikir aku mau makan malam sejkiyar jam 8.00, sebelum tidur, aku mandi dan berendam air hangat .....
***
Aku merasa sangat segar, ketika aku berpikir untuk sekedar berjalan2 disekitar hotel ku ini. Aku memakai baju hangat dan membawa mantel besarku, sebelum keluar hotel. Aku bawa tas kecil, cukup untuk membawa dompet dan hp ku.
Setelah di lobby dari lantai 3 kamarku menginap, aku tersenyum senang ketika ada sebuah baby grand piano teronggok di tengah lobby.
Tengok kanan kiri, tamu2 hotel sibuk dengan urusan masing2, karena hitel ini memang pasarnya adalah "hotel bisnis", sehingga tamu2nya pun sibuk dengagn kerjaannya masing2.
Ada yang meeting berdua, denan laptop dan kertas2 dihadapannya.
Ada yang hanya sibuk dengan laptop sambil menyeruput koi hangat.
Ada juga yang sepertinya menunggu tamunya untuk meeting bersama.
Aku sudah selesai dengan meeting2 ku, dan aku hanya tersenyu kepada mereka karena mereka masih sibuk di sekitar jam 6 sore itu. Dan, aku berjalan santai mendekati baby grand piano tersebut .....
Piano itu, merk Eropa, bukan Yamaha, yang biasa aku temui di Jakarta.
Finishing nya sangat bagus, mulus dan di vernis ciamik, khas piano2 Eropa.
Aku buka ttup piano, dan menatap tuts2 mulus. Aku mencari petugas hotel yang bisa ditanya. Tidak ada. Sedikit sekali petugas hotel disana, dan aku maklum, dengan harga tenaga manusia yang memang mahal di Eropa.
"Ah, bodo deh. Aku mau coba main piano. Jika nanti dilarang, ya sudah ...."
Aku duduk di kursi piano. Tas kecil dan mantelku, kusimpan di kursi terdekat. Udara hangat karena berada dalam hotel, yang diselimuti oleh udara dari heater.
Â
"Ballade pour Adelaine", laguku pada permainan pianoku ku.
Lagu itu merupakan lagu pembukaan, yang membuat beberapa tamu hotel yang sedang meeting itu, menengok kepadaku, dan menatap aku dengan keheranan .....
Hahahaha .....
Aku sih, narsis saja dan percaya diri, karena aku memang sangat hafal dengagn lagu2 itu. Mungkin, mereka hanya heran, seorang perempuan mungil berwajah oriental, bisa bermain piano? Mungkin jereka berpikir, piano buka alat music Asia, kan?
Enthalah, aku tidak peduli ....
Dari lagu pertama itu, berturut2 aku memainkan lagu2 ala Richard Claiderman.
Nostalgy, Marriage D'Amour, Love Story, Hungarian Sonata, Souvenir D'Enfance, Lettre A Mamere, dan beberapa lagu ala Richard Claiderman, aku mainkan, membuat hatiku berbunga2, juga tamu2 hotel itu pun, terlihat sangat menikmatinya .....
Sekitar 1 jam aku bermain piano, dengan perasaan yang syahdu dan romantic,dan hatiku menjadi temtram. Aku teringat dengan keluargaku di Jakarta.
Aaaahhhhh .....
Seandainya keluargaku berada disisiku, pastilah lengkap kebahagiaan dan keromantisanku .....
Jari2ku sudah lelah, walau hatiku justru segar. Tangan2 ku pun sudah lunglai kecapean.
Tepuk tangan kecil, mengiringi senyumku. Aku bahagia .....
Bahkan, ketika aku berdiri untuk mengambil tas kecil serta mantel besarku, seorang manager datang menghampiriku. Menjabat tangagnku dan merangkulku.
Sedikit mengobrol, akhirnya dia menawarkan aku makan malam gratis di hotel itu, malam itu! Hihihihi ..... senangnyaaa .....
Padahal, aku sudah merencanakan makan malam di sebuah caf tidak jauh dari hotel itu, yang sudah aku titeni beberapa hari lalu. Pasti caf itu romantic.
Tetapi, bersyukurlah. Ada yang mau mentraktirku makan malam. Dinner di hotel itu. Walau tetap sendirian ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H