By Christie Damayanti
***
Sebenarnya, apa yang kita pahami dengan disabilitas?Â
Kecacatan bukan hanya keterbatasan bagi beberapa orang, sebenarnya itu adalah bagian dari kehidupan manusia yang akan dialami setiap orang pada suatu saat, untuk sementara atau selamanya.
Karena, kecacatan itu bukan hanya secara fisik yang dialami oleh sebagian manusia, tetapi seorang tua yang memaai tongkat atau walkrt, atau seorang perempuan hamil serta kekurga muda yang membawa bayi atau anak kecil yang memakai stroller, itu pun dikatakan kaum prioritas!
Lalu, kesamaan apa yang dimiliki disabilitas dengan penulisan arsitektur?Â
Bukankah arsitektur tentang kenyamanan manusia?Â
Dan, untuk apa Arsitektur & Desain untuk penyandang cacat?
Arsitektur adalah tentang menciptakan lingkungan bagi pengguna, untuk kehidupan yang aman dan nyaman, serta harus bisa dilakukan untuk semua orang, tanpa membedakan serta tanpa adanya diskriminasi.
Ada beberapa proyek atau bangunan di seluruh dunia, yang dilakukan oleh arsitek di seluruh dunia untuk orang-orang yang berbeda kemampuannya. Bisa dikatakan "orang-orang yang berbeda kemampuannya" adalah kaum disabilitas serta kaum prioritas.
Konvensi PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-hak Penyandang Disabilitas bertujuan untuk mempromosikan, melindungi, dan memastikan persamaan hak dan rasa hormat mereka.Â
Tetapi sudah berapa kali kita memperhatikan aksesibilitas untuk penyandang cacat, apakah kita sudah memikirkan aksesibilitas atau kemudahan perjalanan mereka?
Banyak sekali perkembangan di berbagai Negara untuk sarana transortasi umum mereka. Sebagian negara-negara maju, sangat memperhatikan kenyamanan dan kesejahteraan mereka. Kepedulian negara-negara itu, sangat membuat nyaman dan aman, bahkan tervelling sendirian saja, seperti aku selama ini .....
Jadi, apakah peran Arsitek terhadap kecacatan sebagian warga dunia?
Arsitek telah berusaha keras menciptakan kesadaran tentang disabilitas. Ada banyak arsitek yang mendukung para penyandang cacat. Salah satu karya tersebut adalah kediaman yang dirancang oleh arsitek Frank Lloyd Wright pada tahun 1952, berpuluh-puluh tahun lebih maju dari standar apa pun untuk penyandang cacat.
Meskipun itu adalah satu-satunya bangunan yang dibuat oleh arsitek untuk penyandang cacat, satu cerita rumah Usonian segera akan berubah menjadi museum.
"Usonian" biasanya merujuk pada sekelompok sekitar enam puluh rumah keluarga berpenghasilan menengah yang dirancang oleh Frank Lloyd Wright dimulai pada tahun 1934.
Biasanya berupa rumah kecil berlantai satu tanpa garasi atau banyak penyimpanan. Sering berbentuk L agar pas di sekitar teras taman di situs yang tidak biasa dan murah. Mereka dicirikan dengan material asli; atap datar dan overhang kantilever besar untuk pemanasan matahari pasif dan pendinginan alami; pencahayaan alami dengan jendela clerestory; dan pemanas lantai berseri-seri. Wikipedia.
Contoh sebuah rumah yang berorientasi untuk pengguna disabilitas di jaman itu.
Tetapi, bagaimana dengan konsep arsitektural di jaman sekarang, untuk kehidupan "ramah disabilitas?"
Bagaimana dengan desain-desain arsitektural secara universal bagi dunia?
Desain universal adalah paradigma yang relatif baru yang muncul dari "bebas hambatan" atau "desain yang dapat diakses" dan "teknologi bantu." Istilah lain untuk Desain Universal yang digunakan di seluruh dunia tersebut sebagai arsitektur untuk semua orang, inklusif dan tanpa diskriminasi.Â
Walaupun, konsep dan tujuan desainnya, berbeda antara negara-negara dunia.
Desain universal tidak memiliki standar atau persyaratan tetapi lebih untuk membahas masalah kegunaan seperti desain rumah yang dapat diakses untuk kaum disabilitas dan kaum prioritas.Â
Ketika para arsitek atau desainer menerapkan prinsip-prinsip desain universal, produk mereka akan memenuhi kebutuhan mereka, dengan berbagai karakteristik. Dan, cacat adalah hanya salah satu dari banyak karakteristik, yang mungkin dimiliki oleh beberapa orang saja.
Karena konsep desain universal memang merupakan tatanan desain bagi semua orang, tanpa perbedaan.
Desain bebas hambatan dan teknologi, membantu memberikan tingkat aksesibilitas bagi kaum disabilitas dan kaum prioritas, mereka juga sering menghasilkan solusi yang terpisah dari yang seharusnya.
Misalnya saja,Â
Desain ku untuk ramp di Unit Rawat Jalan di Rumah Sakit Cikini, sebenarnya tujuannya sama dengan pintu masuk utama menuju lobby utama. Tetapi ramp itu harus mengelilingi bangunan itu untuk naik ke lantai atas ke lobby utama.
Mengapa harus mengeliling bangunan?
Karena untuk naik ke lantai atas lewat amp, dengang standard perbanding sekitar 4 derajat, akan membutuhkan lahan yang luas, sehingga daripada lahan itu terambil oleh ramp, aku mendesain posisi ramp menempel bangunan utama, mengelilinginya, dan berakhir ke lanai atas di lobby utama nya .....
Desain universal berusaha menjadi solusi spektrum luas yang membantu semua orang, bukan hanya penyandang cacat.
Seiring pertambahan populasi dunia, permintaan akan rumah, renovasi, dan alat bantu yang sesuai untuk kaum prioritas. Dan, Desain universal juga dapat membantu untuk membangun kebutuhan semua bangunan-banguna pribadi seperti rumah atau fasilitas-fasilitas publik.
Dengan konsep Desain Universal, memang terbukti menjadi titik tolak untuk melahirkan konsep-konsep yang humanis serta ramah disabilitas, lewat fleksibitas dalam penggunaan, serta fungsi-fungsi yang memberikan rasa nyaman dan aman bagi pengguna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI