Waktu itu, aku benar2 ingin pipis, sehingga aku minta tolong Umar untuk berjaga di tempatku menunggu, dan jika petugas itu datang dan aku belum keluar dari toilet, bilang saja "sebentar lagi aku selesai".
Beres?
Tentu tidak ..... hahaha .....
Memang, petugas itu belum datang. Tetapi, ketika aku sudah selesai dan mau flush closet, aku bingung, flush yang mana yang harus aku pencet ya?
Catatan :
Di semua toilet disabled, minimal selalu ada sebuah closet, 3 buah wastafel (besar, sedang dan kecil) yang aku tidak tahu persis untuk apa, serta tempat tidur yang bisa diangkat, untuk kaum prioriteas mengganti napkins.
Wastafel yang besar, seperti wastafel2 pada umumnya, dengan faucet atau kran2nya. Sedangkan wastafel yang sedang dan yang kecil, yang sungguh aku tidak tahu apa fungsinya, wastafel2 itu mempunyai flush khusus seperti flush untuk closet.
Dan, di toilet disabled di Jepang, flush2 itu termasuk beberapa tombol2 yang lainnya, bisa saja tidak berada di dekat wastafel2 itu. Bahkan, sepertinya dikumpulkan di titik terdekat dengan closet.
Aku pikir, itu untuk memudahkan disabilitas yang hanya duduk di closet atau terbatas pergerakannya, mudah menjangkau semua tombol2 yang ada.
Dan, karena stasiun Funabashi Hoten adalah sebuah stasun di village atau "desa" Funbashi Hoten. Dimana itu bukan area wisata yang sepertinya Jepang yang bangga dengan bahasanya, lebih memilih memberikan keterangan di masing2 tombol dengan tulisan kanji!
Yang ada, ketika aku yang Tinggal bersama denagn anakku Michelle di Funabashi Hoten, pada kenyataaanya agak susah untuk menemukan tulisan Bahasa Inggris. Dan, itu yang terjadi saat itu!