By Christie Damayanti
Masa2 aku di Jepang itu adalah masa2 yang sangat membuat aku bahagia!
Walaupun tidak bisa bertemu dan berjalan2 dengna Michelle, karena dia harus kuliah dan bekerja, bahkan sampai tengah malam, aku sudah sangat bersyukur dengan setiap pagi aku membuatkan susu hangat dan menyiapkan vitamin dan makan bersama.
Dan, hampir setiap malam aku menjemputnya dari pekerjaannya di Minimart Seven Eleven, di Shin Urayashu, dan setelah itu, pulang dan makan bersama di rumah.
Aku Cuma bisa benar2 bersama Mchelle anakku, hanya setiap hari Minggu saja, mulai bangun tidur, travelling, belanja atau makan bersama, sampai pulang dan tidur bersama ......
Masa2 itu adalah masa2 yang sangat luar biasa!
Masa2 seorang ibu yang bisa memberikan yang terbaik untuk anaknya, walau sangant terbatas .....
Jadi,Â
Aku akan sangat berusaha untuk terbang ke Jepang sesering mungkin. Setidaknya, aku bisa terbang ke Jepang untuk menjenguk anakku setiap 3 bulan sekali. Jika waktuku agak susah karena pekerjaanku di Jakarta, ya paling ga, 4 bulan sekali .....
Dan, setiap masa2 penantian setelah aku pulang dari Jepang untuk terbang lagi ke Jepang 3 bulan kemudian, aku pasti sibuk dengan barang2 yang akan aku bawa kesana, yang pastinya Michelle akan suka.
Dan, begitulah hidupku sekarang ....
Masa2 penantian, setiap 3 bulan akan bisa bertemu dan memeluk anaku di Jepang .....
***
Suatu saat di saat aku sedang berada di Jepang .....
Aku janjian dengan Michelle di Shibuya, entah mau apa aku lupa. Umar, salah satu sahabat Michelle dari Bogor, bersama denagnku, entah dari mana, dan bersama2 dengan aku untuk bertemu dengan Mihelle di Shibuya.
Di Stasiun Funabashi Hoten, kami menunggu petugas Stasiun untuk membawakan "ramp moile" untuk aku masuk ke dalam kereta. Jika aku bepergian denagn seseorang, Michelle atau sahabatnya, meeka akan ikut denganku.
Menunggu petugas stasiun membawakan "ramp mobile", dan menyertaiku di kereta khusus untuk disabilitas dan kaum prioritas. Michelle dan sahabat2ku, sabar denganku, itu juga yang membuat aku bahagia dengan ketulusan mereka mendampingiku.
Nah ....
Waktu itu kami berdua dengan Umar, sedang menunggu petugas stasiun. Ketika menunggu, tiba2 aku ingin pipis. Biasanya, aku tidak akan pipis di stasiun jika sedang menunggu "ramp mobile". Karena, jika aku seenaknya saja ke toilet sementara sedang menunggu, jika petugas stasiun itu datang dan aku tidak ada, bakalan aku ketinggalan kereta!
Dan jika aku ketingalan kereta, berarti ujung2nya yang menjemput di stasiun tujuan, pasti kelabakan karena aku tidak ada, dan akhirnya seperti yang lalu. Karena aku "lupa turun di stasiun yang bukan tujuanku" .....
Lihat tulisanku, Ketika Aku "Salah Turun" Stasiun Karena Lupa .....
Jadi, aku bela2in tidak akan ke toilet sampai aku tenang ke stasiun tujuan, baru bisa ke toilet.
Waktu itu, aku benar2 ingin pipis, sehingga aku minta tolong Umar untuk berjaga di tempatku menunggu, dan jika petugas itu datang dan aku belum keluar dari toilet, bilang saja "sebentar lagi aku selesai".
Beres?
Tentu tidak ..... hahaha .....
Memang, petugas itu belum datang. Tetapi, ketika aku sudah selesai dan mau flush closet, aku bingung, flush yang mana yang harus aku pencet ya?
Catatan :
Di semua toilet disabled, minimal selalu ada sebuah closet, 3 buah wastafel (besar, sedang dan kecil) yang aku tidak tahu persis untuk apa, serta tempat tidur yang bisa diangkat, untuk kaum prioriteas mengganti napkins.
Wastafel yang besar, seperti wastafel2 pada umumnya, dengan faucet atau kran2nya. Sedangkan wastafel yang sedang dan yang kecil, yang sungguh aku tidak tahu apa fungsinya, wastafel2 itu mempunyai flush khusus seperti flush untuk closet.
Dan, di toilet disabled di Jepang, flush2 itu termasuk beberapa tombol2 yang lainnya, bisa saja tidak berada di dekat wastafel2 itu. Bahkan, sepertinya dikumpulkan di titik terdekat dengan closet.
Aku pikir, itu untuk memudahkan disabilitas yang hanya duduk di closet atau terbatas pergerakannya, mudah menjangkau semua tombol2 yang ada.
Dan, karena stasiun Funabashi Hoten adalah sebuah stasun di village atau "desa" Funbashi Hoten. Dimana itu bukan area wisata yang sepertinya Jepang yang bangga dengan bahasanya, lebih memilih memberikan keterangan di masing2 tombol dengan tulisan kanji!
Yang ada, ketika aku yang Tinggal bersama denagn anakku Michelle di Funabashi Hoten, pada kenyataaanya agak susah untuk menemukan tulisan Bahasa Inggris. Dan, itu yang terjadi saat itu!
------------------------------------------------
Â
Saat itu, aku siap keluar dari toilet disabilitas, dan mau flush closet. Aku mencari tombol flush, tetapi aku bingung, tombolnya yang mana, ya?
Aku tekan salah satu tombol, ah .... Bukan! Itu tombol flush untuk wastafel yang kecil. Aku tekan lagi, ... bukan lagi, itu tombol flush untuk wastafel yang sedang.
Setelah itu, aku yskin, pasti tombol yang itu, yang akan aku tekan. Dan, setelah aku tekan .... Lho, koq ga ada apa2? Tidak meng-flush .....
Sewaktu aku benar bingung harus ngapain, karena aku tidak mau meninggaltoilet ini tanpa dibersihkan lewat flush, tiba2 .......
Pintu toilet digedor2, mungkin petugas stasiun. Dia teriak2, membuaat aku sedikit ketakutan!
Aku membuka pintunya, karena pintu toilet disabled akan terbuka hanya dari dalam toilet. Dan, begitu terbuka, si petugas terbata2 bicara denganku bhasa Jepang! Hahahaha ...... aku kan tidak mengerti!
Dia menunjuk2 di belakangku, dan dia berlari untuk menunjukkan tombol yang ku tekan!
Ternyata ......
Astagaaaaaa, hahahaha .......
Aku menekan tombol EMERGENCY, hahahahahaha .......
***
Cerita diluar toilet disabled, saat itu,
Umar yang sedang menunggu petugas stasiun untuk membawakan "ramp mobile" itu, tiba2 biungung,
"Mengapa petugas itu tidak membawa "ramp moble", dan mengapa dia berlari2 menuju toilet disabled? Jika dia kebelet pipis, mengapa dia tidak ke toilet umum disebelahnya? Mengapa ke toilet disabled?"
Itu yang Umar pikirkan!
Ternyata, dia menggedor2 pontu toilet disabled yang aku berada di dalamnya, karena aku menekan tombol emergency! Tombol emergency adalah untuk seseorang yang berada di ruang itu, yang membutuhkan pertolongagn darura, sehingga ketika tombol emergency itu ditekan, berarti ada yang drurat, dan membutuhkan pertolongan!
Hahahahahahaha .......
Ternyata, oooo ternyata ......
Aku memang menekan tomobol emergency itu, bukan membutuhkan pertolongan, tetapi salah pencet, karena keterangannya dengan tulisan kanji!
Hahahahahaha, sungguh!Â
Setelah itu, aku dan Umar ketawa sampai nangis, dan wajah si petugas stasiun itu, cemberut ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H