Malam itu, aku keluar dari kamar mandi dan melihat dia sedang berkutat dengan sesuatu, yang membuat mulutnya cemberut.
"Cel, ada apa? Koq kamu cemberut?", kutanya .....
"Ma, aku sedang coba menjahit sarung tanganku, nih. Mama bisa bantu, ga?", jawabnya dengan pertanyaan
Aku mendekatinya, dan ternyata dia sedang memasukan benang ke lobang jarum, untuk menjahit salah satu sarung tangannya yang 'dedel'.
Aku tersenyum melihat ini. Sejak di Jakarta, mana pernah aku melihat dia menjahit? Jika ada baju atau apapun yang deel, biasanya meminta bantuan aku waktu aku masih sehat, atau minta ibuku atau eyang nya untuk membetuljannya.
Atau, ya dikasihkan ke pembantu atau di buang jika memang barang tu sudah benar2 jelek atau terlalu parah sobeknya.
"Kenapa kamu ga buang saja, Cel? Lihat, 'dedel' nya cukup besar dan sekarang mama kan hanya 1 tangan, ji mama ga bisa bantu kamu", ujarku.
Sebenarnya, aku hanya mencoba nya. Karena, aku tidak pernah membuang barang2, apalagi yang dibeli Michelle, yang dibeli dengan uangnya sendiri dari hasil pekerjaanya. Kupikir, aku akan membawa pulang sarung tangan tersebut, dan minta tolong ibuku, dan jika aku menjenguk dia lagi aku akan membawanya.
"Ah, mama. Kan sayang klo dibuang. Aku beli ini dengan uangku seniri, lho. Masak dibuang?", katanya lagi.
Mataku berkaca2 .....
"Cel, mama bangga sekali denganmu".Â