Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Kesaksian tentang Disabilitas Jepang di Atas Kursi Roda

17 April 2020   18:28 Diperbarui: 17 April 2020   18:28 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi | Seorang gadis disabilitas Jepang, sendirian, dengan kursi rodanya .....

Sekali lagi, Jepang memang sangat terkenal dengan fasilitas2 yang "ramah disabilitas". Bukan hanya slogan saja, tetapi negeri ini sudah menerapkan semuanya, dimana kaum disabilitas dan prioritas sangat terbantu untuk bisa bergerak sebebas2nya, dengan cara mereka masing2.

Seperti aku, misalnya.

Aku sering ke Jepang, 3 bulan sekali untuk menjenguk anakku yang Tinggal disana. Dan aku juga seorang disabilitas dengan kursi roda ajaibku, yang benar2 melihat dan merasakan, betapa negeri cantik ini memberikan aku kesempatan untuk bisa travelling keliling jepang hanya aku sendirian ......

Awalnya, aku agak ragu ketika pertama kali aku kesana denagn kursi roda ajaibku, apakah aku benar2 mampu tanpa bantuan sama sekali dan tanpa teman?

Sangat ragu, ketika aku sadar bahwa aku hidup di sebuah negeri yang memang belum terlalu peduli dengan kesetaraan kehidupan bermasyarakat.

Tetapi, ternyata Jepang enar2 memberi aku kepedulian yang luar biasa, untuk kesejahteraan ku, meskipun aku hanya sekedar turis dan seorang ibu yang hanya berada selama 2 minggu di setiap kunjungan ......

Di setiap kunjunganku ke Jepang, aku selalu mngamati apapun di sekelilingku. Apapun! Apalagi dengan kenyataan tentang disabilitas (karena aku pun seorang disabilitas). Dimanapun jika aku melihat disabilitas, aku akan bersiap untuk memotret dengan caraku.

Karena, sebenarnya aku tidak boleh memotret mereka, itu menlanggar hak mereka. Tetapi, aku pun tetap memotret mereka lewat cara2ku, bukan untuk menertawakan, apalagi menghina. Justru, aku ingin menebarkan inspirasi dan motivasi untuk seluruh dunia!

Dokumentasi pribadi Suatu saat, aku naik kereta dengan gerbong khusus untuk disabilitas. Gerbong itu penuh, dan kursi roda ajaibku, berdempetan dengan kursi roda seorang disabilitas muda Jepang. Terlihat, sepertinya dia seorang disabilitas syndrome, bukan cacat fisik.
Dokumentasi pribadi Suatu saat, aku naik kereta dengan gerbong khusus untuk disabilitas. Gerbong itu penuh, dan kursi roda ajaibku, berdempetan dengan kursi roda seorang disabilitas muda Jepang. Terlihat, sepertinya dia seorang disabilitas syndrome, bukan cacat fisik.
Dia sendirian, dia masuk ke gerbong yang sama, juga bersamaan dengan aku. Petugas stasiun membawa "ramp mobile", untuk membantu aku dan dia, dan bersama2 nantinya di 1 gerbong, walau berlainan tujuannya.

Ketika di gerbong, sebenarnya aku ingin sekali ngobrol, tetapi sangat tidak mungkin karena aku yakin dia tidak bisa berbahasa Inggris. Apalagi, ketika aku mendengar dia berbicra dengan bahasa Jepang yang terpatah2 karena keterbatasannya, dengan petugas stasiun.

Ketika aku turun di tujuanku, dia masih di gerbong, tetapi dia mengerti bahwa dia haus bergesr untuk kursi roda ajaibku bisa lewat ke pintu keluar. Dengan keterbatasannya secara mental, dia pun mampu mandiri, bergerak sendiri, naik kereta sendiri tanpa teman.

Aku benar2 takjub, dengan percaya dirinya, dan dengan kepedulian negeri ini ......

Dokumentasi pribadi | Ada lagi cerita tenang seorang anak muda disabilitas Jepang, di kereta yang berbeda dan hari yang juga berbeda. Anak muda ini memang ditemani oleh seseorang, meskipun dia bisa mengendalikan sendiri kursi roda elektiknya.
Dokumentasi pribadi | Ada lagi cerita tenang seorang anak muda disabilitas Jepang, di kereta yang berbeda dan hari yang juga berbeda. Anak muda ini memang ditemani oleh seseorang, meskipun dia bisa mengendalikan sendiri kursi roda elektiknya.
Setelah aku amati, ternyata anak muda disabilitas Jepang ini, benar2 tidak mampu untuk bergerak! Dia tidak mampu sama sekali untuk bergerak! Kaki dan tangannya diikat, karena mungkin anggota badannya lumpuh lunglai .....

Tetapi, jari2nya bisa bergerak bebas untuk mengendalikan kursi roda elektriknya, seperti punyaku. Dia memang bukan disabilitas mental seperti kasus diatas, tetapi dia meang cacat fisik, dan tubuhnya benar2 tidak mamou bergerak, dan seorang teman atau saudaranya, terus mengikuti kursi rodanya, kemanapun si anak muda itu bergerak.

Dokumentasi pribadi | Beda lagi dengan seorang anak muda Jepang juga, dengan cacat fisik berat, hampir sama dengan kasus kedua diatas. Bedanya adalah si anak muda di kasus ketga ini, masih bisa bergerak tanpa harus diikat tangan dan kakinya.
Dokumentasi pribadi | Beda lagi dengan seorang anak muda Jepang juga, dengan cacat fisik berat, hampir sama dengan kasus kedua diatas. Bedanya adalah si anak muda di kasus ketga ini, masih bisa bergerak tanpa harus diikat tangan dan kakinya.
Kursi roda elektriknya, mempunyai meja kecil di depannya. Ternyata, tangan kanannya lebih kecil, sehingga dia membutuhkan meja itu untuk meletakkan tangannya diatas meja. Dan, dia sendirian!

Kursi roda elektrinya, penuh dengan tas2 yang penuh dengan barang2 kebuuhannya, seperti di kasus kedua. Ya, kursi roda memang sebuah "rumah berjalan", bagi siapapun yang hidup diatasnya, termasuk aku jika aku travelling.

Anak mida ini, sangat aktif. Dia bergerak lincah, selincah kursi roda elektriknya, yang ukurannya mungil. Seperti mobil di perkotaan, yang disebut "city-car", mungkin kursi roda elektrik kepunyaannya, disebut "city-wheelchair", hihihi .....

Sebah kursi roda kecil yang akan menjadi kursi ruda yang lincah, untuk bergerak bebas di perkotaan.

 

Dokumentasi pribadi | Di ujung gerbong yang aku naiki, ada seorang anak sekolah (terlihat dari seragamnya) sedang termangu sedih (?). Entah apa yang dipikirkan, tetapi kursi rodanya bukan elektrik. Kupikir, dia seorang "disabilitas baru", yang belum biasa diatas kursi roda.
Dokumentasi pribadi | Di ujung gerbong yang aku naiki, ada seorang anak sekolah (terlihat dari seragamnya) sedang termangu sedih (?). Entah apa yang dipikirkan, tetapi kursi rodanya bukan elektrik. Kupikir, dia seorang "disabilitas baru", yang belum biasa diatas kursi roda.
Tetapi ketika kereta berhenti dan itu ternyata adalah tujuan dari si gadis itu, ternyata si gadis itu dengan lincah bergerak, mengayuh kursi roda manualnya, lewat rodanya yang besar.

Tenyata, dia sangat lincah bergerak, ketika dia dijemput petugas stasiun yang membawa "ramp mobile", untuk dia turun diatas kursi rodanya.

***

Pengalaman aku melihat beberapa warga Jepang disabilitas itu pun, membuat aku semakin mengerti, betapa apapun yang ada pada kita kaum disabilitas, semua itu memang patut disyukuri. Bentuk cacat apapun yang Tuhan berikan pada kita, itu adalah yang terbaik untuk kita.

Dengan keadaan yang berbeda, Tuhan mau kita berusaha untuk tetap bisa hdup dengan cara kita masing2. Apa yang aku lihat dan ak amati, membuat aku lebih terus bersykur, bahwq keadaanku yang "Cuma" cacat lumpuh tubuh kanan, namun masih mamou untuk travelling!

Apapun yang Tuhan berikan pada kita, itu adalah yang terbaik untuk kita.

Ketika aku mampu bergerak lincah dengan kursi roda ajaibku, dan bisa travelling sendirian di Jepang, Tuhan mau menunjukkan aku, betapa DIA memberikan banyak kehidupan. Dan apa yang DIA berikan kepada masing2 umat NYA, kita harus tetap mensyukurinya ....

Sebuah kesaksian dan pengalaman bathin yang sangat luar biasa, tentang Kebesaran Tuhan ......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun