Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Kesaksian tentang Disabilitas Jepang di Atas Kursi Roda

17 April 2020   18:28 Diperbarui: 17 April 2020   18:28 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi | Seorang gadis disabilitas Jepang, sendirian, dengan kursi rodanya .....

Aku benar2 takjub, dengan percaya dirinya, dan dengan kepedulian negeri ini ......

Dokumentasi pribadi | Ada lagi cerita tenang seorang anak muda disabilitas Jepang, di kereta yang berbeda dan hari yang juga berbeda. Anak muda ini memang ditemani oleh seseorang, meskipun dia bisa mengendalikan sendiri kursi roda elektiknya.
Dokumentasi pribadi | Ada lagi cerita tenang seorang anak muda disabilitas Jepang, di kereta yang berbeda dan hari yang juga berbeda. Anak muda ini memang ditemani oleh seseorang, meskipun dia bisa mengendalikan sendiri kursi roda elektiknya.
Setelah aku amati, ternyata anak muda disabilitas Jepang ini, benar2 tidak mampu untuk bergerak! Dia tidak mampu sama sekali untuk bergerak! Kaki dan tangannya diikat, karena mungkin anggota badannya lumpuh lunglai .....

Tetapi, jari2nya bisa bergerak bebas untuk mengendalikan kursi roda elektriknya, seperti punyaku. Dia memang bukan disabilitas mental seperti kasus diatas, tetapi dia meang cacat fisik, dan tubuhnya benar2 tidak mamou bergerak, dan seorang teman atau saudaranya, terus mengikuti kursi rodanya, kemanapun si anak muda itu bergerak.

Dokumentasi pribadi | Beda lagi dengan seorang anak muda Jepang juga, dengan cacat fisik berat, hampir sama dengan kasus kedua diatas. Bedanya adalah si anak muda di kasus ketga ini, masih bisa bergerak tanpa harus diikat tangan dan kakinya.
Dokumentasi pribadi | Beda lagi dengan seorang anak muda Jepang juga, dengan cacat fisik berat, hampir sama dengan kasus kedua diatas. Bedanya adalah si anak muda di kasus ketga ini, masih bisa bergerak tanpa harus diikat tangan dan kakinya.
Kursi roda elektriknya, mempunyai meja kecil di depannya. Ternyata, tangan kanannya lebih kecil, sehingga dia membutuhkan meja itu untuk meletakkan tangannya diatas meja. Dan, dia sendirian!

Kursi roda elektrinya, penuh dengan tas2 yang penuh dengan barang2 kebuuhannya, seperti di kasus kedua. Ya, kursi roda memang sebuah "rumah berjalan", bagi siapapun yang hidup diatasnya, termasuk aku jika aku travelling.

Anak mida ini, sangat aktif. Dia bergerak lincah, selincah kursi roda elektriknya, yang ukurannya mungil. Seperti mobil di perkotaan, yang disebut "city-car", mungkin kursi roda elektrik kepunyaannya, disebut "city-wheelchair", hihihi .....

Sebah kursi roda kecil yang akan menjadi kursi ruda yang lincah, untuk bergerak bebas di perkotaan.

 

Dokumentasi pribadi | Di ujung gerbong yang aku naiki, ada seorang anak sekolah (terlihat dari seragamnya) sedang termangu sedih (?). Entah apa yang dipikirkan, tetapi kursi rodanya bukan elektrik. Kupikir, dia seorang "disabilitas baru", yang belum biasa diatas kursi roda.
Dokumentasi pribadi | Di ujung gerbong yang aku naiki, ada seorang anak sekolah (terlihat dari seragamnya) sedang termangu sedih (?). Entah apa yang dipikirkan, tetapi kursi rodanya bukan elektrik. Kupikir, dia seorang "disabilitas baru", yang belum biasa diatas kursi roda.
Tetapi ketika kereta berhenti dan itu ternyata adalah tujuan dari si gadis itu, ternyata si gadis itu dengan lincah bergerak, mengayuh kursi roda manualnya, lewat rodanya yang besar.

Tenyata, dia sangat lincah bergerak, ketika dia dijemput petugas stasiun yang membawa "ramp mobile", untuk dia turun diatas kursi rodanya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun