Alasan kedua adalah, hari itu adalah hari terakhir aku bisa memakai JR Pass ku, pas 1 minggu sejak pertama kali tiket JR Pass ku kupergunakan. Artinya, jika aku menginap di Nara, dan baru besaok aku pulang ke Tokyo, aku harus beli tiket ketengan naik Shinkansen dari Kyoto ke Tokyo, seharga sekitar 15.000 Yen, jadi sekitar hampir 2 juta Rupiah!
Belum lagi, tentang kursi roda ajaibku untuk mencari posisi, karena besok akan terjadi chaos, dengan menumpuknya wisatawan di Nara, yang akan memakai Shinkansen dan tambahan wisatawan2 baru, selain kami!
Bisa dibayangkan? Aduh ......
Kepalaku berputar. Bingung. Dadaku bergetar, terus berdegub keras. Tensiku pasti naik. Bersyukur, aku sadar untuk tidak stress. Karena jika aku stress dengan keadaan kalut lingkungan seperti ini, aku bisa saja terserang stroke berulang!
Lalu, aku mundur teratur dari suasana chaos. Aku berputar dengan kursi roda ajaibku, dan mencari titik yang lebih sepi, untuk menenangkan diriku sambil berdoa .....
Hujan semakin lebat sementara petir meyambar2, saling bersahutan. Bdai Krosa sedang mengamuk .....
Aku berdoa. Tunduk kepala. Hatiku takut. Mataku berair. Memerah dan airmataku jatuh .....
Aku manusia biasa. Walau aku yakin, Tuhan akan menolongku, tetapi aku tetap manusia biasa. Aku ketakutan. Seorang perempuan ringkih, cacat diatas kursi roda, berada di tengah2 badai Krosa di Nara, jauh dari siapapun yang aku kenal, termasuk Michelle yang sedang bekerja di Tokyo!
Cukup lama aku berdiam diri dalam doa, sampai aku tidak tahu, harus bicara apa kepada Tuhanku. Karena, aku yakin, tanpa aku bicara panjang lebar, Tuhan ku pasti sudah tahu, bagaimana hatiku dan bagaimana aku menghadapi badai yang mengelilingiku!
Setelah aku agak tenang,Â
Aku membuka mataku dengan lambat. Dan, tiba2 seeorang perempuan memakai baju petugas kereta, berada tepat dihadapanku. Dia menyapaku dalam bahasa Inggris,