Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ribetnya Urusan Aku dan Kursi Rodaku untuk Melanglang Jepang, Naik Shinkansen

25 Maret 2020   11:38 Diperbarui: 25 Maret 2020   12:05 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

Hari itu, dimusim panas 2019 aku berencana pergi ke Nara. Sebuah kota cantik yang penuh dengan kijang2 totol, hidup berdampingan dengan warga kota.

Excited, tentu!

Tetapi, Nara itu cukup jauh, sekitar 4 jam lebih, naik shinkansen dari Tokyo, berlokasi sebelah timur selatan kota Osaka. Itupun, aku harus transit beberapa kali naik kereta local.

Dari apartemen Michelle di (stasiun) Funabashi Hoten, aku harus Stasiun Tokyo, selama 22 menit. Naik kereta commuter biasa. Baru, aku naik shnkansen dari Stasiun Tokyo ke Stasiun Kyoto ( 2 jam 12 menit). Dari Stasiun Kyoto, aku harus ganti kereta commuter local jalur Nara (46 menit), barulah sampai di kota Nara.  

Dan dari Stasiun Nara, barulah aku harus berkeliling naik Bus Hip-Hop keliling kita Nara, melhat2 titik2 wisata, termasuk hutan kota yang penuh dengan kijang2 totol cantik .....

Wow ....

Tahu, ga?

Jika aku sehat mungkin aku banyak nyasar, karena di Stasiun Tokyo sendiri ada puluhn pintu masuk dan keluar, yang seringkali akan membuat orang tersesat. Belum lagi, ketika ke Stasiun kereta shinkansen dan dari stasiun shinkansen di Kyoto ke stasiun kereta commuter jalir Nara. Kan, belum pernah?

Bisa saja, dari apartemen anakku sampai Nara bukan 4 jam lebih, tetapi lebih dari 5 jam karena tersesat di stasiun2, yang terlalu banyak p;atform2 atau peronnya, sehingga untuk ke 1 platform ke platform yang lain, kita harus naik turun lift.

Dan, jika salah platform, kita harus balik lagi naik turun lift. Bisa terlambat keretanya, atau bisa salah lagi, hahaha .....

Puji Tuhan, karena aku diatas kursi roda ajaibku, aku selalu harus mita tolong petgas stasiun kereta, untuk membawakan sloop atau "ramp mobile" untuk naik turun kereta. Dan, di stasiun tujuan aku akan dijemput oleh petugas stasiun dengan slooping atau "ramp mobile" nya.

87956808-2829249997162944-2267923580475932672-n-5e7adf41d541df3c4c1da123.jpg
87956808-2829249997162944-2267923580475932672-n-5e7adf41d541df3c4c1da123.jpg
Dokumentasi pribadi | Bagaimana petugas stasiun membawakan ramp mobile untuk aku naik kereta dan bagaimana petugas stasiun tujuanku menjemputku dengan ramp mobile nya .....
Dokumentasi pribadi | Bagaimana petugas stasiun membawakan ramp mobile untuk aku naik kereta dan bagaimana petugas stasiun tujuanku menjemputku dengan ramp mobile nya .....
Sehingga, aku tidak akan tersesat. Itulah berkat dari Tuhan. Dari sebuah kecacatan, tetapi ada berkat yang DIA sediakan untukku .....

Nahhhh .....

Beda lagi tentang bagaimana seorang Christie yang disabilitas harus melalang jepang sendirian ke banyak kota dengan kereta Shinkansen. Jika kereta comuter biasa, tidak susah. Karena, Tinggal mencaru tujuan, minta slooping antar jemput dan beli tiket atau isi ulang di SUICA.

Tetapi, dengan Shinkansen itu agak berlibet.

Shinkansen sudah kubeli dari Jakarta seharga 29.000 Yen, untuk 1 minggu. Sesampainya di Narita aku harus mengaktifkan tiket Shinkansen ini di kantor JR, kapan waku yang aku mau selama 1 minggu. Setelah itu, sku harus minta seat untuk posisi kursi rida ajaibku.

Jika aku sehat dan tanpa kursi roda, aku bisa saja tidak memesan kursi, dan aku bisa saja naik atau turun kereta dimana saja aku mau, selama jalur Shinkansen. Atau kereta commuter biasa di jalur JR. Atau, jika aku sehat pun, aku bisa saja tidak memesan kursi. Jika kursi yang aku duduki terpesan oleh penumpang lain, ya aku harus keluar dan berdiri sampai tujuanku.

Tetapi, tidak untuk kursi roda. Dan dalam 1 rangkaian Shinkansen (sekitar 10 sampai 20 gerbong tergantung musimnya libur), terdapat 1 atau 2 gerbong untuk khusus disabilitas. Dan, dalam 1 gerbong hanya ada 4 tempat untuk kursi roda.

Jadi, aku benar2 harus memesan tempat duduk untuk posisi kursi rodaku.

Dokumentasi dari sahabatku di Kobe, Hananto Baskoro | Posisi kursi roda ada 2 buah di belakang dan 2 buah di depan, dalam 1 gerbong Shinkansen
Dokumentasi dari sahabatku di Kobe, Hananto Baskoro | Posisi kursi roda ada 2 buah di belakang dan 2 buah di depan, dalam 1 gerbong Shinkansen
Dan, karena aku mau ke kota Nara perjalanan lebih dari 4 jam, aku harus berangkat sepagi mungkin, karena aku tidak pernah menginap. Pulang pergi dan bobo di apartmen Michelle.

Karena apa?

Karena aku sungguh butuh bantuan jika aku menginap di hotel sendirian. Aku bisa saja jatuh jika di kamar mandi. Butuh teman untuk bisa menolong jika aku jatuh atau memerlukan apa2. Membawa barang2 atau ketika aku mandi .....

Kereta commuter buka jam 6.00 pagi. Jadi maksimal aku harus berangkat jam 5.45 dari apartemen untuk naik kereta ke Stasiun Tokyo. Masalahnya adalah, karena Stasiun Funabashi Hoten adalah stasiun kecil di "desa" Funabashi Hoten juga, petugasnya hanya 1 orang berjaga pagi2.

Ketika 1 hari sebelumnya aku harus ke Stasiun yang lebih besar di Nishi Funabashi, untuk memesan posisi kursi roda untuk shinkansen ke Kyoto. Jam 7.00 karena dari Funabashi Hoten ke Stasiun Tokyo butuh waktu 22 menit dengan segala macam masalah atau mungkin terlambat.

Ternyata, petugas stasiun Funabashi Hoten bisa datang jam 6.15 pagi, sdangkan waktu kereta bisa jam 6.00. Tuh, kan? Ini salah satu permasalahannya .....

Ketika jam 6.15 aku siap di pintu stasiun Funabashi Hoten, dan petugas itu belum datang, aku mulai panic. Karena kursi roda ajaibku memang tidak bisa masuk ke pintu masuk stasiun. Harus lewat pintu khusus. Panik, karena jam 7.00 aku harus benar2 berangkat dari Stasiun Tokyo naik shinkansen.

Jika lewat, shinkansen tidak akan menunggu dan aku harus bersiap naik shinkansen berikutnya, sekitar jam 830. Masalahnya adalah, aku kan harus pulang pergi dan tidak menginap. Dan, au harus pulang dari Stasiun Kyoto naik Shinkansen jam 16.00. Jika terlambat, ya sama saja, harus nunggu shinkansen berikutnya!

Belum lagi, saat itu bulan Agustus 2019 lalu di Jepang ada badai Krosa, dan aku sedang berada di tengah2 badai, karena Badai Krosa memang sedang berpuat di wilayah Kansai, termasuk Nara .....

Benar2 ribet, kan?

Tetapi, apakah aku menyerah dengan berbagai hambatan karena keterbatasan-keterbatasanku?

Ya, TIDAK lah!!!

Jika aku menyerah, itu bukan Christie, hahaha .....

Tetapi, ada beberapa masalah besar yang aku dapatkan, ketika aku pulang dari Nara dan kereta jalur Nara tidak bisa beroperasi ke Stasiun Shinkansen Kyoto, karena Badai Krosa sedang mengamuk .....

Catatan :

Petugas JR di Stasiun Nishi Funabashi tempat aku memesan posisi kursi roda ajaibku mengatakan, bahwa aku HSRUS PULANG dibawah jam 17.00 karena setelah itu badai Krosa akan datang. Makanya, aku memesan shinkabsen jam 16.00

Dan, petugas stasiun Funabashi Hoten pun, akhirnya datang jam 6.20 terlambat 5 menit, tetapi karena masih pagi, kereta menunggu cukup lama dan aku bisa berangkat segera tanpa menunggu kereta berikutnya ......

Tunggu cerita2ku yang mengasyikkan di Nara dan bagaimana Tuhan Yrsus benar2 datang di depanku ketika aku tidak bisa ke Stasiun Kyoto yang mengantarku ke Tokyo, karena Badai Krosa mengamuk .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun