Menjadi icon Jepang, memang harus dengan latar belakang pemandangan hijau asrinya. Dan membuat wisatawan pun terpana serta bagi yang beragama Buddha pun akhirnya mereka bersembahyang disana.
Dari yang aku baca di beberapa referensi tentang ini, dahulu patung ini berlapis emas. Tetapi karena Jepang memang Negara gempa dan tsunami, ketika tsunami besar melanda di tahun 1492 lalu, tinggal jejak2 emas yang tersisa di sekitar telinga saja. Sisanya, tersapu oleh gelombang tsunami ......
Kami sengaja kesana bukan hanya untuk napak tilasku pertama kali aku ke Jepang bersama orang tua dan adik2ku tahun 1982 saja, tetapi aku ingin mengenang sebuah icon Jepang yang terus ada di pikiranku tentang sebuah negeri Jepang.
Masuk ke area patung, kami membayar donasi cuma 200 Yen saja. Dan, area itu memang benar2 penuh oleh wisatawan. Ketika aku berkeliling patung ini, ternyata di punggung patung terdapat 2 buah jendela. Yang artinya, di dalam patung itu ada ruang yang dipakai .....
Di dalam The Great Buddha Kamakura
Memang, tidak ada promosi disana untuk bisa masuk ke dalam patung. Tetapi yang aku baca dari beberapa referensi, di dalam patung itu memang hanya sebuah rongga kosong, tanpa ada funsinya. Sebuah ptng perunggu terbesar kedua di Jepang, yang spektaluler ......
Aku sendiri, agak susah naik ke permukaan patung karena bertangga2 serta pebuh wisatawan. Dan aku tidak punya pegangan. Artinya, mereka tidak menyediakan ramp untuk naik ke permukaan patung. Dan tidak ada railing untuk aku berpegangan jika ingin naik.
Tidak mengapa, aku cukup di depan dan berkeliling saja, untuk merasakan betapa "mewah" dan megahnya patung reaksasa ini.
Walaupun saat itu penuh wisatawan dan panas menyengat bersuhu diatas 35 derajat Celcius, suasana dan suara2 disana cukup hening.
Tidak ada suara tawa keras berkepanjangan.