Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Baaaaasssss ...", Teriakku sambil Melambaikan Tangan Kiriku

17 Februari 2020   10:56 Diperbarui: 17 Februari 2020   12:44 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena waktu itu adalah hari kerja (klo tidak salah, Hari Rabu), maka sebagian penumpang kereta ku memakai baju kantoran, yang artinya mereka ke kobe untuk bekerja atau berbisnis.

Turun pun sangat rapi. Sepi, tanpa grasa grusu. Diam dan santun. Mereka sbuk dengan gadgetnya, sementara mereka tetap antri turun. Tidak ada suara, hanya suara2 teriakan wisatawan di luar kereta yang excited seperti aku.

Ketika sudah sampai saatnya aku turun kereta, seperti biasa petugas2 kereta atau petugas2 stasiun membuka slooping atau 'ramp moblle' nya. Walau pada kenyatannya kereta Shinkansen memiliki keakuratan dan presisi yang sangat baik dengan posisi peron atau platormn nya, bukan berarti mereka membiarkan aku bergerak sendiri tanpa alas slooping.

Keakuratan dan presisi posisi antara kereta Shinkansen dan peron2 yang ada disana benar2 baik. Hampir tidak ada beda peil atau ketinggian, yang ada perbedaan jarak, yang itupun cukup dekat! Tetapi, tidak mungkin mereka menyetujui aku bergerak tanpa alas slooping yang mereka bawa.

Aku yakin, itu adalah SOP mereka. "Standard Operation Procedure" mereka. Bahwa, disabilitas harus dilayani dengan sangat baik, dan jika disabilitas memakai kursi roda, harus dipastikan untuk berada dalam penanganan yang terbaik lewat slooping atau ramp mobile.

Begitu aku turun dan menginjakkan peron Stasiun Shin Kobe, senyumku semakin lebar. Aku hirup urada kebebasan setelah 3 jam lamanya di dalam kereta tanpa udara luar. Dan aku semakin excited, ketika petugas2 stasiun mengiringiku untuk menuju jalan keluar, setelah aku tunjukkan tiket JR Pass ku.

Dan, aku sudah berada di luar stasiun, serta memasuki lobby utama stasiun, untuk mencari penjemputnya, teman kecilku, Baskoro ......

***

Aku sempat celingak celinguk untuk mencari Baskoro, karena aku merasa asing dengagn nya. Aku WA dia, ternyata dia sedang memarkir mobilnya, dan aku diminta menunggu di 1 lokasi dekat tempat brosur2 tentang Kobe.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Aku memandang keuar, Kota Kobe, menunggu Baskoro datang .....

Tentu saja aku tidak menolak, apalagi brosur2 itu menarik perhatianku. Kota Kobe yang berjarak 3 jam dari ibukota Tokyo, membuat aku juga excited, selalin bertemu dengan Baskoro. Aku mengambil banyak brosur. Selain untuk referensi2ku untuk menulis, brosur2 ini pun sangat berguna untuk pameran2 Jepang ku, bulan Oktober 2019 lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun