Hahaha ......
Mungkin ini judul yang lebay atau aku sangat tertinggal di dunia yang super canggih ini? Tetapi, yang jelas sampai sekarang aku masih bingung, bagaimana mesin itu bisa mendeteksi dengan ceat, walau barcode2 itu bertumpuk dan tertekuk2 .....
G.U. adalah desainer, produsen dan pengecer pakaian kasual diskon Jepang, dengan 422 toko (per Mei 2019) di seluruh negeri. Ini sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan Fast Retailing, yang lebih dikenal sebagai pemilik rantai ritel Uniqlo. Namanya adalah kata dalam kata GU atau jiy (atau : gratis), yang berarti bebas dari pakaian mahal. Produk khasnya adalah celana jeans, yang harganya hanya 990 yen saja. Wikipedia.
Menarik, bukan?
GU ini bersodara dengan Uniqlo, barangnya hampir sama, kualitas Jepang.Tetapi justru mnurutku barang2 atau baju2 fashion di GU, lebih baik dan menarik dibandingkan dengan baju2 fashion dari Uniqlo.
Tokonya, biasanya hampir bersebelahan dengan Uniqlo. Jika dalam 1 mall, hanya berada dalam lantai yang berbeda. Jika berada dalam 1 daerah, bisa berada di mall yang berbeda. Yang jelas, kita bisa membedakan produk2 mana dari Uniqlo dan produk2 mana dari GU.
Di Jepang, terutama di kota2 besar apalagi ibukota Tokyo, barang2 fashion biasanya dipatok dengan label dan harga yang mahal, termasuk menurut masyarakat Jepang sendiri. Apalagi diihat dari wisatawan2 Asia, termasuk Indonesia, yang memang tingkat hidupnya berada di bawah Jepang.
Itu memang permasaahan utama bagi wisatawan asing, yang genar berbelanja. Bahwa, ungkapan "Jepang adalahsalah satu Negara mahal", itu adalah memang benar!
Masalah kedua adalah tidak tersedianya ukuran2 yang dibutuhkan.
Sebagai contoh,
Anakku Michelle, dengan tinggi 173 cm dan berat 40 kg, serta kuran sepatu 41 atau 42, sangat kesulitan mencari ukuran baju dan sepatu di Jepang. Karena perempuan2 Jepang adalaah mungil2 dan tidak tinggi. Sehingga, jika ukuran celana harusnya S ( karena Michelle kurus), tetapi pipa celananya kependekan. Jika mencoba ukuran L, pipa celana tidak bermasalah, tetapi pinggangnya kelonggaran!
Kata Michelle, dia belum pernah mendapatkan ukuran sepatu yang dia inginkan, karena ukurannya untuk perempuan Jepang hanya sampai 39 saja. Sehingga, dia hanya bisa membeli sepatu2 keds ukuran laki2, atau minta dibelikan di Jakarta dan aku bawakan ke Jepang ......
Â
 Ceruk atau celah yang cukup kecil inilah, GU masuk! Konsep GU adalah "menawarkan fashion yang menyedangkan dengan harga yang sangat rendah!"
GU memproduksi ukuran2 dari XS sampal XXL dengan harga murah, membuat GU dilirik oleh kalangan muda. Desain2nya pun sangat modern dan "Jepang banget!"
Walau GU merupakan merk dagang murah Jepang, bukan berarti murahan, ya! GU bahkan ada di jejeran toko2 mahal di Ginza, Ikebukuro, Shinjuku atau Shibuya. Bersaing dengan merk2 mahal di lingkungan yang mahal, tidak menyurutkan GU untuk ikut bersaing.
***
Naaahhhh .....
Itu latar belakangnya. Dan, itu juga yang membuat aku sering ke GU. Bukan hanya berbelanja saja, tetapi lebih kepada mengamati harga2 dan desain fashion Jepang yang memang update di Asia, bahkan di dunia.
Deretan mesin2 kasir, bahkan 2 jalur, sama sekali tidak ada petugasnya. Mereka justru sibuk mondar mandir melayani pembeli, yang meminta ukuran atau membantu di ruang pengepasan.
Bingung .....Â
Mencari petugas juga tidak mudah waktu itu. Sampai akhirnya ada seorang petugas yang bisa aku ajak ke deretan kasir. Dengan bahasa tarzan aku minta tolong untuk bagaimana ak bisa membayar baju2 yang aku pilih.
Aku diminta memasukkan keranjang belanjaanku. Banyak, lho! Bertumpuk dan posisi baju2 itu berantakan sehabis dicoba. Baju2 itu tidak aku lipat dengan rapih. Jadi, keranjang belanjaanku memang penuh dan berantakan.
Tiap meja kasirnya, memang agak berbeda dengan meja kasir2 toko2 yang lain di Jepang, termasuk meja kasir Uniqlo. Di GU, meja kasir masing2 berdiri sendiri dengan lemari scan dibawahnya.
Keranjang belanjaanku diminta dimasukkan ke lemari scanner. Tanpa haus scan satu per-satu secara manual, lemari scanner itu mampu men-scan semua baju2 pilihanku, bahkan asesoris2nya!
Hanya berlangsung beberapa detik, semua harga sudah ter-scan, walau baju2 itu berantakan tidak karuan, dan barcode harga2 baju2 itu banyak terlipat.
Aku tahu, di Amerika banyak toko2 swa-bayar. Pembeli men-scan sendiri barang2 belnjaannya, membayar sendiri dan mengepack sendiri. Semua teratur. Semua jujur .....
Tetapi, semuanya harus di scan satu persatu, dengan barcode yang masih jelas dan tidak tertekuk. Beda dengagn di GU ini. Sampai sekarang, aku tidak habis pikir, bagaimana lemari scanner itu mampu mendeteksi barcode2 dengan bentuk yang sudak tertekuk dan berada di tumpukan2 baju ku itu.
Hmmmmm .....
Apakah aku yang salah dan tertinggal jaman, atau memang konsep "lemari scanner" GU memang tercanggih untuk ini?
Bahkan aku tidak menemukan alat pendeteksi scan manual, yang ada di toko2 swa-bayar yang lain. Semuanya dimasukkan lemari scanner dan seketka itu juga, semua harga terpampang di layar computer .....
Hihihi, kadang2 aku merasa terlalu 'oon', berada disebuah Negara super canggih ini. Dan seringkali aku merasa malu dengan kepedulian warga Jepang untuk membantuku, apapun yang aku butuhkan.
Itulah Jepang!
Negara super canggih, Negara impian Michelle anakku. Dan Negara keduaku sekarang ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H