Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

"Lemari Pendeteksi" GU, Mendeteksi Barcode Bertumpuk dan Tertekuk dalam Detik

14 September 2019   22:01 Diperbarui: 14 September 2019   22:13 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keranjang dengan tumpukan baju dan barcode yang terselip, tetapi terdeteksi dengn cepat! (alamy.com)

Hahaha ......

Mungkin ini judul yang lebay atau aku sangat tertinggal di dunia yang super canggih ini? Tetapi, yang jelas sampai sekarang aku masih bingung, bagaimana mesin itu bisa mendeteksi dengan ceat, walau barcode2 itu bertumpuk dan tertekuk2 .....

G.U. adalah desainer, produsen dan pengecer pakaian kasual diskon Jepang, dengan 422 toko (per Mei 2019) di seluruh negeri. Ini sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan Fast Retailing, yang lebih dikenal sebagai pemilik rantai ritel Uniqlo. Namanya adalah kata dalam kata GU atau jiy (atau : gratis), yang berarti bebas dari pakaian mahal. Produk khasnya adalah celana jeans, yang harganya hanya 990 yen saja. Wikipedia.

Menarik, bukan?

GU ini bersodara dengan Uniqlo, barangnya hampir sama, kualitas Jepang.Tetapi justru mnurutku barang2 atau baju2 fashion di GU, lebih baik dan menarik dibandingkan dengan baju2 fashion dari Uniqlo.

Tokonya, biasanya hampir bersebelahan dengan Uniqlo. Jika dalam 1 mall, hanya berada dalam lantai yang berbeda. Jika berada dalam 1 daerah, bisa berada di mall yang berbeda. Yang jelas, kita bisa membedakan produk2 mana dari Uniqlo dan produk2 mana dari GU.

Di Jepang, terutama di kota2 besar apalagi ibukota Tokyo, barang2 fashion biasanya dipatok dengan label dan harga yang mahal, termasuk menurut masyarakat Jepang sendiri. Apalagi diihat dari wisatawan2 Asia, termasuk Indonesia, yang memang tingkat hidupnya berada di bawah Jepang.

Itu memang permasaahan utama bagi wisatawan asing, yang genar berbelanja. Bahwa, ungkapan "Jepang adalahsalah satu Negara mahal", itu adalah memang benar!

Masalah kedua adalah tidak tersedianya ukuran2 yang dibutuhkan.

Sebagai contoh,

Anakku Michelle, dengan tinggi 173 cm dan berat 40 kg, serta kuran sepatu 41 atau 42, sangat kesulitan mencari ukuran baju dan sepatu di Jepang. Karena perempuan2 Jepang adalaah mungil2 dan tidak tinggi. Sehingga, jika ukuran celana harusnya S ( karena Michelle kurus), tetapi pipa celananya kependekan. Jika mencoba ukuran L, pipa celana tidak bermasalah, tetapi pinggangnya kelonggaran!

Kata Michelle, dia belum pernah mendapatkan ukuran sepatu yang dia inginkan, karena ukurannya untuk perempuan Jepang hanya sampai 39 saja. Sehingga, dia hanya bisa membeli sepatu2 keds ukuran laki2, atau minta dibelikan di Jakarta dan aku bawakan ke Jepang ......

 

(Dokumentasi pribadi)
(Dokumentasi pribadi)
Suasana di sebuah toko GU, di Moana, Shin Urayasu, Chiba. Mirip dengan toko Uniqlo (Dokumentasi pribadi)
Suasana di sebuah toko GU, di Moana, Shin Urayasu, Chiba. Mirip dengan toko Uniqlo (Dokumentasi pribadi)
Ditambah, fashion Jepang sungguh tidak terlalu menonjolkan ukuran2 tubuh perempuan dengan bentuk tubuh yang menggiurkan, karena perempuan Jepang meang sangat simple! Mungil, kecil, sopan dan termasuk berdada kecil.

 Ceruk atau celah yang cukup kecil inilah, GU masuk! Konsep GU adalah "menawarkan fashion yang menyedangkan dengan harga yang sangat rendah!"

GU memproduksi ukuran2 dari XS sampal XXL dengan harga murah, membuat GU dilirik oleh kalangan muda. Desain2nya pun sangat modern dan "Jepang banget!"

Walau GU merupakan merk dagang murah Jepang, bukan berarti murahan, ya! GU bahkan ada di jejeran toko2 mahal di Ginza, Ikebukuro, Shinjuku atau Shibuya. Bersaing dengan merk2 mahal di lingkungan yang mahal, tidak menyurutkan GU untuk ikut bersaing.

***

Naaahhhh .....

Itu latar belakangnya. Dan, itu juga yang membuat aku sering ke GU. Bukan hanya berbelanja saja, tetapi lebih kepada mengamati harga2 dan desain fashion Jepang yang memang update di Asia, bahkan di dunia.

(Dokumentasi pribadi)
(Dokumentasi pribadi)
Mesin kasir tunggal, dengan lemari scanner dibawahnya, yang bisa mendeteksi barcode yang bertumpuk2 dengan waktu hanya beberapa detik saja. Tanpa alat scan manual, seperti biasa, membuat aku binging dan merasa 'bodoh', di negeri super canggih ini (Dokumentasi pribadi)
Mesin kasir tunggal, dengan lemari scanner dibawahnya, yang bisa mendeteksi barcode yang bertumpuk2 dengan waktu hanya beberapa detik saja. Tanpa alat scan manual, seperti biasa, membuat aku binging dan merasa 'bodoh', di negeri super canggih ini (Dokumentasi pribadi)
Keranjang dengan tumpukan baju dan barcode yang terselip, tetapi terdeteksi dengn cepat! (alamy.com)
Keranjang dengan tumpukan baju dan barcode yang terselip, tetapi terdeteksi dengn cepat! (alamy.com)
 Dan, pengamatanku lebih2 ketika pertama kali berbelanja di GU tahun lalu, ketika mau membayar, lah ..... koq tidak ada petugas sama sekali?

Deretan mesin2 kasir, bahkan 2 jalur, sama sekali tidak ada petugasnya. Mereka justru sibuk mondar mandir melayani pembeli, yang meminta ukuran atau membantu di ruang pengepasan.

Bingung ..... 

Mencari petugas juga tidak mudah waktu itu. Sampai akhirnya ada seorang petugas yang bisa aku ajak ke deretan kasir. Dengan bahasa tarzan aku minta tolong untuk bagaimana ak bisa membayar baju2 yang aku pilih.

Aku diminta memasukkan keranjang belanjaanku. Banyak, lho! Bertumpuk dan posisi baju2 itu berantakan sehabis dicoba. Baju2 itu tidak aku lipat dengan rapih. Jadi, keranjang belanjaanku memang penuh dan berantakan.

Tiap meja kasirnya, memang agak berbeda dengan meja kasir2 toko2 yang lain di Jepang, termasuk meja kasir Uniqlo. Di GU, meja kasir masing2 berdiri sendiri dengan lemari scan dibawahnya.

Keranjang belanjaanku diminta dimasukkan ke lemari scanner. Tanpa haus scan satu per-satu secara manual, lemari scanner itu mampu men-scan semua baju2 pilihanku, bahkan asesoris2nya!

Hanya berlangsung beberapa detik, semua harga sudah ter-scan, walau baju2 itu berantakan tidak karuan, dan barcode harga2 baju2 itu banyak terlipat.

Aku tahu, di Amerika banyak toko2 swa-bayar. Pembeli men-scan sendiri barang2 belnjaannya, membayar sendiri dan mengepack sendiri. Semua teratur. Semua jujur .....

Tetapi, semuanya harus di scan satu persatu, dengan barcode yang masih jelas dan tidak tertekuk. Beda dengagn di GU ini. Sampai sekarang, aku tidak habis pikir, bagaimana lemari scanner itu mampu mendeteksi barcode2 dengan bentuk yang sudak tertekuk dan berada di tumpukan2 baju ku itu.

Petugas GU yang membantuku, untuk men-scan barang2 pilihanku untuk kubayar (Dokumentasi pribadi)
Petugas GU yang membantuku, untuk men-scan barang2 pilihanku untuk kubayar (Dokumentasi pribadi)
Dan, waktu scan pun sangat cepat! Baru kumasukkan ke lemari scanner, kututup dan beberapa detik kemudian, si petugas membuka lemari scanner tadi dan di layar computer, sudah terpampang harga2 baju2 dan asesoris yang aku pilih, tanpa ada yang salah atau tertinggal!

Hmmmmm .....

Apakah aku yang salah dan tertinggal jaman, atau memang konsep "lemari scanner" GU memang tercanggih untuk ini?

Bahkan aku tidak menemukan alat pendeteksi scan manual, yang ada di toko2 swa-bayar yang lain. Semuanya dimasukkan lemari scanner dan seketka itu juga, semua harga terpampang di layar computer .....

Hihihi, kadang2 aku merasa terlalu 'oon', berada disebuah Negara super canggih ini. Dan seringkali aku merasa malu dengan kepedulian warga Jepang untuk membantuku, apapun yang aku butuhkan.

Itulah Jepang!

Negara super canggih, Negara impian Michelle anakku. Dan Negara keduaku sekarang ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun