Aku hanya berdandan di sebuah sudut sedikit sepi. Dibantu Michelle, aku memakai Kimono biru miliknya. Sedikit dingin, aku memeluk jubah Kimono biru itu, sambil berjalan mencari sudut2 cantik berfoto.
Yang pertama, tentu saja, di "Gerbang Kaminarimon", sebuah gerbang utama menuju Kuil Sensoji, yang melewati deretan pertokoan shopping street tertua di Jepang, "Nakamise".
Â
Gerbang Kaminarimon, adalah gerbang utama menuju Kuil Sensoji, dimana dikedua sisinya terdapat Dewas pelindung dari material kayu. Aku, sebelum dan sesudah memakai Kimono biru dan Obi kuning .....Â
Dewa tersebut adalah Fujin (dewa angin) dan Raijin (dewa Guntur). Di tengah2 gernang ini, terdapat lentera kertas merah bertuliskan Kaminarimon (gerbang Guntur), dengan bagian bawah lentera kertas merah besar itu (Chochin)Â yang tingginya 4 meter dengan diameter lingkaran 3,4 meter dan berat 6,7 kg, Â adalah ukir2 kayu berbentuk naga tradisional Jepang.
Â
Dokumentasi pribadi
utup lentera kertas merah besar (Chochin), dengan ukiran kayu berbentuk naga tradisional Jepang
Gerbang aslinya, dibangun tahun 942, tetapi terbakar beberapa kali, sepanjang sejarah. Dan terakhir, Gerbang Kaminarimon ini direnovasi mulai tahun 1960, dibangun dan disumbang oleh seorang pengusaha Jepang, Konosuki Matsushita, pendiri Panasonic.