Suatu hari Minggu, di musim pnas tahun 2017, kami santai sepulang Ibadah di Gereja dari Nishi Funabashi Chiba ke Asakusa di Tokyo. Kereta dengan belasan stasiun Kenzei dan berakhir di Stasiun Metro Tokyo Asakusa.
Tidak jauh berjalan kaki sekitar 5 menit saja, kami sampai ke Restoran Italia Banchina. Restorannya tidak besar, dan berdempetan dengan restoran2 Ramen disekitarnya. Kami masuk, duduk dan memesan beberapa makanan, sesuai dengan keinginan Michelle dan sahabatnya, Chintya, juga dari Jakarta.
Makaroni schotel nya pun lembut sekali. Makaroni dibumbi khas Italia, dengan cacahan wortel dan daging serta topping telur dan keju. Ketika dimakan, keju nya lumer dimulut, aahhhhh...Â
Hari itu, adalah Hari Minggu, dimana Asakusa adalah salah satu titik wisata terkenal dan terbanyak di Tokyo. Asakusa berdempetan dengan Sumida River, dan dengan berjalan kaki sekitar 20 menit atau naik kereta selama 1 stasiun, sampailah kita ke Tokyo SkyTower.
Sehingga, bisa dibayangkan betapa ramainya Asakusa di Hari Minggu. Restoran2 disana antri dengan ratusan bahkan ribuan wisatawan dunia yang "tumlek blek" disana. Demikian juga, Restauran Bachina yang kami tuju.
Kami menunggu antria sekitar 20 menit, baru kami mendapat tempat duduk. Pemesan nya pun memakan waktu lama. Maklum, pelayanannya Cuma 1 atau 2 orang saja. Karena tenaga kerja manusia di Jepang dan di banyak Negara di dunia, itu mahal.
Aku teringat, Michelle pun bekerja sebagai tenaga pramusaji di Ramen Ichiran, beberapa blok bedanya dari Restoran Banchina ini. Dan Michelle cerita berapa gajinya. Untuk ukuran mahasiswa perantauan dari Indonesia yang harga pekerja di Negara tercinta itu cukup murah.