Ah ......
Dari tasi aku mencari referensi tentang Chuhorigome Park dan Hall of Forest 21, di internet sama sekali tidak kutemukan. Padahal, taman kota itu begitu besar dip eta, dan ballroom itu pun sangat besar utuk even2 seni atau konferensi2 besar.
Bahkan, foto2 pun sama sekali tidak ada, bagaimana aku bisa mencari informasi tentang ini?
Ah, sudahlah. Aku akan coba untuk kutulis berdasarkan apa yang aku ingat dan apa yang aku tahu, ok?
Ketika kami sampai di Hall of Forest 21,untuk bersiap masuk, sebelum sedikit berfoto didepan. Matahari semakin bersinar dengan suhu 20 derajat celcius. Suasana Diana pagi iu masih sepi. Satu persatu mahasiswa2 yang akan diwisuda, datang.
Ada yang datang sendirian, atau bergerombol. Tetapi yang pasti, setelah kami duduk di kursi yang disediakan untuk kami sebagai orang tua, ternyata aku baru sadar bahwa seremoni wisuda mahasiswa2 internasional itu sama sekali tidak dihadiri oleh orang tuanya, kecuali aku dan ibu Wafi, teman angkatan Michelle dari Kalimantan.
Masuk kedalam, lobby hall terasa dingin, dengan permukaan lantai marmer putih, yang menjadikan suasana semakin dingin. Lobby itu besar sekali. Ya, karena ballroom itu memang terbuka untuk even2 besar. Tetapi sepertinya ballroom ini memang ditujukan untuk warga local Chiba atau sekitarnya.
Bagaimana tidak?
Bagaimana ballroom ini bisa disewa oleh internasional, walau itu akan sangat mungkin, karena desain keren dan modern dan besar nya serta terletak di kota Shuin Yahashira yang cantik, dan berseberangan dengan Chuhorigome Park?
Mahasiswa2 itu semakin banyak. Ini mahasiswa2 internasional, dari Asia. Indonesia dalam 1 angkatan Michelle hanya ada 4 orang dari 7 orang yang terdaftar dari 2 tahun lalu. Yang 3 orang, kembali ke Indonesia, entah mengapa.
Yang lain, sebagian besar dari Negara China. Lalu dari India, Bangladesh, Vietnam, Filipina, juga warga local Jepang.Beberapa ada ari Negara barat, dan Australia. Bercampur, belajar, bersaing secara sehat dan menjadi pemenang dalam wisuda ini .....
Ruang utama di ballroom ini ada sebuah ruang besar, memuat sekitar 1500 orang. Mengapa aku tahu, padahal tidak ada referensinya? Karena waktu berada disana, aku menghitung kursi2 yang ada.
Mahasiswa yang di wisuda saat itu sekitar 1200 orang. Dan dengan bangganya, Michelle baru menginformasikan dia akan duduk di paling depan karena dia harus naik ke panggung untuk menerima award atau penghargaan, sementara yang alin hanya berdiri dengan hormat, di depan masing2 kursinya .....
Oya, aku sangat tahu bahwa bangsa Jepang adalah bangsa yang sangat bangga dengagn negaranya. Sehingga, apa pun yang trjadi, mereka akan memangun secara fisik Negara dan secara mental warna negaranya, secara local.
Bahkan, meeka dengan bangga dengan bahasa jepangnya. Hampir semua warga Jepang tidak bisa (atau tidak mau?) berbahasa Inggris! Dan mereka sangat bangga karena nya!
Cerita tentang betapa bangganya aku sebagai seorang single parents dengan prestasi Michelle, sudah kutuliskan di sini, Seorang Putri Indonesia "Menaklukkan" Jepang dengan Mimpi dan Prestasinya
Aku ingin bercerita banyak tentang sebuah kenyatan yang membuat aku sering terbengong2 tentang warga Jepang, yang baru aku tahu setelah Michelle kuliah disana.
Ruang hall utama (pasti ada hall2 lain, karena Hall of Forest 21 ini sangat besar) ini dengan sekitar 1500 kursi, denan balkon mungkin sekitar separuhnya 750 kursi, serta balkon2 tei kanan dan kirinya, mungkin sekitar 250 kursi. Jadi, mungkin ada sekitar 2500 kursi. Dan, balkon yang samping, sebenarnya ditujukan untuk orang tua yang datang untuk menyaksikan anak2nya di wisuda. Dan, hanya aku dan mama Wafi lah yang datang ......
Interiornya, tidak terlalu rumit. Yang jelas akustiknya keres sekali! Ketika guru2 besar yang duduk di panggung serta mahasiswa2 duduk di masing2 kursinya dan mereka berdiri serentak sambil menyanyikan lagu kebangsaan mereka Ki Migayo, ya ampuuunnnnn ....... Bulu kudukku berdiri semua!
 Mahasiswa2 itu sebagian besar berpakaian jas resmi seragam mereka bewarna hitam, tetapi sebagian kecil, memakai baju2 adat mereka dari masing2 negara. Dan Michelle denan bangga nya memakai kebaya merah serta jarit batik coklat merah bergambar burung .....
Â
Sekitar 2 jam, kami hikmat dengan seremoni, walau kami tidak mengerti arti kata2 mereka. Tetapi yang jelas, mereka sangat resmi dan sangat mnghormati, entah apa. Yang jelas, menghormati Negara, sekolah, guru2 nya dengn selalu membungkukkan tubuhnya hampir 90 derajat!
Â
Suasana di dalam itu sangat hening, ketikaguru2 besar itu membacakan beberapa penghargaan kepada beberapa mahasiswa yang naik ke panggung. Hening sekali ..... dan mahasiswa2 itu selalu menghormat dengan membunggukkan tubuhnya hampir 90 derajat. Sepi. Diam. Hikmat ......Â
Setelah penghargaan2 iu dan setelah semua selesai, Michelle dan teman2nya yang naik kepanggung, lebih dahulu keluar dengan tepuk tangan yang tidak ada habis2nya sampai mereka keluar ruangan. Barulah, semua guru2 besarnya serta mahasiswa2 yang lain, keluar.
Lihatlah video ini, betapa aku merinding melihat anakku berjalan keluar dengan tepuk tangan membahana terus ... terus ... dan terus ......
https://www.facebook.com/christie.damayanti/videos/a.10218201304605523/10218252368762095/?type=3Â
Kemudian ......
Guru2 itu masuk kembali. Dan ak masih ada di balkon samping untuk menunggu Michelle menjemputku. Tahu tidak, apa yang guru2 itu lalukan?
Ketika semua mahasiswa itu keluar dan bergembira bersama dngan berfoto2, guru2 itu memunguti sampah2 yang ada di ruang utama itu! Tanpa malu
dan tanpa gengsi, guru2 itu dengan masih memakai suit resmi, mereka membungkuk dan memunguti sampah2 yang sedikit tertinggal! Astagaaaaa ......Â
Ketika semua mahasiswa sudah kluar dengan gembira dan berfoto2 diluar, guru2nya masuk lagi dan mulai membersihkan sampah2 kertas yang dihasilkan mahasiswa2nya ..... hmmmmm .....
Aku bertanya kepada Michelle, "Memang tidak ada petugas2untuk membersihkan?"
Jawabnya, "Ada, ma. Tetapi kan tenaga mereka mahal. Sehingga, sepertinya sekolahku menyew gedung ini dan tanpa petugas2 untuk membersihkannya".
Astaga lagiiiiii ......
Itulah bangsa Jepang, yang bangga kepada segala yang mereka punya, disiplin yang tingi serta kepedulian juga tentang banyak hal .....
Dan aku merasa bersyukur bahwa Tuhan mengirim Michelle untuk belajar di Jepang, dan tinggal disana serta menapaki kedewasaannya dengan keadaan yang luar biasa, bagi masa depannya .....
Hall of Forest 21, adalah tempat Michelle dikukuhkan dengan penghargaan karena prestasi2nya .....
Halleluyah, Puji Tuhan .....
Catatan :
Beberapa foto2 memorable setelah selesai semuanya .....
 Shin Yahashira, Kota Kecil Cantik di Perfecture Chiba
 Seorang Putri Indonesia "Menaklukkan" Jepang dengan Mimpi dan PrestasinyaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H