Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Hall of Forest 21", Tempat Anakku Dikukuhkan dengan Penghargaan Karena Prestasinya

14 April 2019   22:23 Diperbarui: 14 April 2019   22:46 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi | Hall of Forest 21 yang bersebreangan dengan Chuhorigome Park dan latar belakang ku dan Michelle

Ah ......

Dari tasi aku mencari referensi tentang Chuhorigome Park dan Hall of Forest 21, di internet sama sekali tidak kutemukan. Padahal, taman kota itu begitu besar dip eta, dan ballroom itu pun sangat besar utuk even2 seni atau konferensi2 besar.

Bahkan, foto2 pun sama sekali tidak ada, bagaimana aku bisa mencari informasi tentang ini?

Ah, sudahlah. Aku akan coba untuk kutulis berdasarkan apa yang aku ingat dan apa yang aku tahu, ok?

Ketika kami sampai di Hall of Forest 21,untuk bersiap masuk, sebelum sedikit berfoto didepan. Matahari semakin bersinar dengan suhu 20 derajat celcius. Suasana Diana pagi iu masih sepi. Satu persatu mahasiswa2 yang akan diwisuda, datang.

Dokumentasi pribadi | Lobby luar utama dari Hall of Forest 21, tempat wisuda anakku
Dokumentasi pribadi | Lobby luar utama dari Hall of Forest 21, tempat wisuda anakku
 

Ada yang datang sendirian, atau bergerombol. Tetapi yang pasti, setelah kami duduk di kursi yang disediakan untuk kami sebagai orang tua, ternyata aku baru sadar bahwa seremoni wisuda mahasiswa2 internasional itu sama sekali tidak dihadiri oleh orang tuanya, kecuali aku dan ibu Wafi, teman angkatan Michelle dari Kalimantan.

Masuk kedalam, lobby hall terasa dingin, dengan permukaan lantai marmer putih, yang menjadikan suasana semakin dingin. Lobby itu besar sekali. Ya, karena ballroom itu memang terbuka untuk even2 besar. Tetapi sepertinya ballroom ini memang ditujukan untuk warga local Chiba atau sekitarnya.

Bagaimana tidak?

Bagaimana ballroom ini bisa disewa oleh internasional, walau itu akan sangat mungkin, karena desain keren dan modern dan besar nya serta terletak di kota Shuin Yahashira yang cantik, dan berseberangan dengan Chuhorigome Park?

Dokumentasi pribadi | Hall of Forest 21 yang bersebreangan dengan Chuhorigome Park dan latar belakang ku dan Michelle
Dokumentasi pribadi | Hall of Forest 21 yang bersebreangan dengan Chuhorigome Park dan latar belakang ku dan Michelle
Dokumentasi pribadi | Hall of Forest 21 yang bersebreangan dengan Chuhorigome Park dan latar belakang ku dan Michelle
Dokumentasi pribadi | Hall of Forest 21 yang bersebreangan dengan Chuhorigome Park dan latar belakang ku dan Michelle
Bagaimana bisa dipromosikan secara internasional, bahkan kota kecil Shin Yahashira saja tidak ada referensinya. Begitu juga Chuhorigome Park dan Hall of Forest 21? Aku mendapatkan nama2 ini dari Michelle sera sedikit nama di map.

Mahasiswa2 itu semakin banyak. Ini mahasiswa2 internasional, dari Asia. Indonesia dalam 1 angkatan Michelle hanya ada 4 orang dari 7 orang yang terdaftar dari 2 tahun lalu. Yang 3 orang, kembali ke Indonesia, entah mengapa.

Yang lain, sebagian besar dari Negara China. Lalu dari India, Bangladesh, Vietnam, Filipina, juga warga local Jepang.Beberapa ada ari Negara barat, dan Australia. Bercampur, belajar, bersaing secara sehat dan menjadi pemenang dalam wisuda ini .....

Ruang utama di ballroom ini ada sebuah ruang besar, memuat sekitar 1500 orang. Mengapa aku tahu, padahal tidak ada referensinya? Karena waktu berada disana, aku menghitung kursi2 yang ada.

Mahasiswa yang di wisuda saat itu sekitar 1200 orang. Dan dengan bangganya, Michelle baru menginformasikan dia akan duduk di paling depan karena dia harus naik ke panggung untuk menerima award atau penghargaan, sementara yang alin hanya berdiri dengan hormat, di depan masing2 kursinya .....

Dokumentasi pribadi | Ruang utama dengan lebih dari 2000 kursi, di lantai dasar, balkon atas dan balkon kanan dan kiri
Dokumentasi pribadi | Ruang utama dengan lebih dari 2000 kursi, di lantai dasar, balkon atas dan balkon kanan dan kiri
Dokumentasi pribadi | Ruang utama dengan lebih dari 2000 kursi, di lantai dasar, balkon atas dan balkon kanan dan kiri
Dokumentasi pribadi | Ruang utama dengan lebih dari 2000 kursi, di lantai dasar, balkon atas dan balkon kanan dan kiri
Secara keseluruhan, ballroom itu sangat modern dengan sebagian besar faade dengan material kaca, permukaan lantai dan sebagian dinding interior dengan marmer putih, sejenis type carara tetapi khusus dari pegunungan di Jepang. Seprtinya, material2 di Hall of Forest ini, semuanya berasal dari Jepang sendiri .....

Oya, aku sangat tahu bahwa bangsa Jepang adalah bangsa yang sangat bangga dengagn negaranya. Sehingga, apa pun yang trjadi, mereka akan memangun secara fisik Negara dan secara mental warna negaranya, secara local.

Bahkan, meeka dengan bangga dengan bahasa jepangnya. Hampir semua warga Jepang tidak bisa (atau tidak mau?) berbahasa Inggris! Dan mereka sangat bangga karena nya!

Cerita tentang betapa bangganya aku sebagai seorang single parents dengan prestasi Michelle, sudah kutuliskan di sini, Seorang Putri Indonesia "Menaklukkan" Jepang dengan Mimpi dan Prestasinya

Aku ingin bercerita banyak tentang sebuah kenyatan yang membuat aku sering terbengong2 tentang warga Jepang, yang baru aku tahu setelah Michelle kuliah disana.

Ruang hall utama (pasti ada hall2 lain, karena Hall of Forest 21 ini sangat besar) ini dengan sekitar 1500 kursi, denan balkon mungkin sekitar separuhnya 750 kursi, serta balkon2 tei kanan dan kirinya, mungkin sekitar 250 kursi. Jadi, mungkin ada sekitar 2500 kursi. Dan, balkon yang samping, sebenarnya ditujukan untuk orang tua yang datang untuk menyaksikan anak2nya di wisuda. Dan, hanya aku dan mama Wafi lah yang datang ......

Interiornya, tidak terlalu rumit. Yang jelas akustiknya keres sekali! Ketika guru2 besar yang duduk di panggung serta mahasiswa2 duduk di masing2 kursinya dan mereka berdiri serentak sambil menyanyikan lagu kebangsaan mereka Ki Migayo, ya ampuuunnnnn ....... Bulu kudukku berdiri semua!

Dokumentasi pribadi | Panggung utama dengan guru2 besarnya, serta Michelle dengan 4 orang temannya yang naik kepanggung untuk menerima penghargaan masing2
Dokumentasi pribadi | Panggung utama dengan guru2 besarnya, serta Michelle dengan 4 orang temannya yang naik kepanggung untuk menerima penghargaan masing2
Dokumentasi pribadi | Panggung utama dengan guru2 besarnya, serta Michelle dengan 4 orang temannya yang naik kepanggung untuk menerima penghargaan masing2
Dokumentasi pribadi | Panggung utama dengan guru2 besarnya, serta Michelle dengan 4 orang temannya yang naik kepanggung untuk menerima penghargaan masing2
Latar panggung di desain sederhana, dengan nama college nya serta bendera Jepang, cukup memberikan warna dan tanda keberadaan mereka. Tanpa hiasan sama sekali .....

 Mahasiswa2 itu sebagian besar berpakaian jas resmi seragam mereka bewarna hitam, tetapi sebagian kecil, memakai baju2 adat mereka dari masing2 negara. Dan Michelle denan bangga nya memakai kebaya merah serta jarit batik coklat merah bergambar burung .....

 

Sekitar 2 jam, kami hikmat dengan seremoni, walau kami tidak mengerti arti kata2 mereka. Tetapi yang jelas, mereka sangat resmi dan sangat mnghormati, entah apa. Yang jelas, menghormati Negara, sekolah, guru2 nya dengn selalu membungkukkan tubuhnya hampir 90 derajat!

 

Suasana di dalam itu sangat hening, ketikaguru2 besar itu membacakan beberapa penghargaan kepada beberapa mahasiswa yang naik ke panggung. Hening sekali ..... dan mahasiswa2 itu selalu menghormat dengan membunggukkan tubuhnya hampir 90 derajat. Sepi. Diam. Hikmat ...... 

Setelah penghargaan2 iu dan setelah semua selesai, Michelle dan teman2nya yang naik kepanggung, lebih dahulu keluar dengan tepuk tangan yang tidak ada habis2nya sampai mereka keluar ruangan. Barulah, semua guru2 besarnya serta mahasiswa2 yang lain, keluar.

Lihatlah video ini, betapa aku merinding melihat anakku berjalan keluar dengan tepuk tangan membahana terus ... terus ... dan terus ......

https://www.facebook.com/christie.damayanti/videos/a.10218201304605523/10218252368762095/?type=3 

Kemudian ......

Guru2 itu masuk kembali. Dan ak masih ada di balkon samping untuk menunggu Michelle menjemputku. Tahu tidak, apa yang guru2 itu lalukan?

Ketika semua mahasiswa itu keluar dan bergembira bersama dngan berfoto2, guru2 itu memunguti sampah2 yang ada di ruang utama itu! Tanpa malu

dan tanpa gengsi, guru2 itu dengan masih memakai suit resmi, mereka membungkuk dan memunguti sampah2 yang sedikit tertinggal! Astagaaaaa ...... 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

 

Ketika semua mahasiswa sudah kluar dengan gembira dan berfoto2 diluar, guru2nya masuk lagi dan mulai membersihkan sampah2 kertas yang dihasilkan mahasiswa2nya ..... hmmmmm .....

Aku bertanya kepada Michelle, "Memang tidak ada petugas2untuk membersihkan?"

Jawabnya, "Ada, ma. Tetapi kan tenaga mereka mahal. Sehingga, sepertinya sekolahku menyew gedung ini dan tanpa petugas2 untuk membersihkannya".

Astaga lagiiiiii ......

Itulah bangsa Jepang, yang bangga kepada segala yang mereka punya, disiplin yang tingi serta kepedulian juga tentang banyak hal .....

Dan aku merasa bersyukur bahwa Tuhan mengirim Michelle untuk belajar di Jepang, dan tinggal disana serta menapaki kedewasaannya dengan keadaan yang luar biasa, bagi masa depannya .....

Hall of Forest 21, adalah tempat Michelle dikukuhkan dengan penghargaan karena prestasi2nya .....

Halleluyah, Puji Tuhan .....

Catatan :

Beberapa foto2 memorable setelah selesai semuanya .....

20190320-112253-5cb3501f95760e2af95ceeb2.jpg
20190320-112253-5cb3501f95760e2af95ceeb2.jpg

Dokumentasi pribadi | 4 mahasiswa Indonesia, dengan sebagian guru2 mereka. Aku dengan mama Wafi serta sahabat Michelle, Tenzin dari Bhutan.
Dokumentasi pribadi | 4 mahasiswa Indonesia, dengan sebagian guru2 mereka. Aku dengan mama Wafi serta sahabat Michelle, Tenzin dari Bhutan.
Dokumentasi pribadi | Suasana meriah dan membahagiakan setelah selesai seremoni kelulusan mereka .....
Dokumentasi pribadi | Suasana meriah dan membahagiakan setelah selesai seremoni kelulusan mereka .....

Dokumentasi pribadi | Suasana meriah dan membahagiakan setelah selesai seremoni kelulusan mereka .....
Dokumentasi pribadi | Suasana meriah dan membahagiakan setelah selesai seremoni kelulusan mereka .....
Dokumentasi pribadi | Suasana meriah dan membahagiakan setelah selesai seremoni kelulusan mereka .....
Dokumentasi pribadi | Suasana meriah dan membahagiakan setelah selesai seremoni kelulusan mereka .....
Dokumentasi pribadi | Suasana meriah dan membahagiakan setelah selesai seremoni kelulusan mereka .....
Dokumentasi pribadi | Suasana meriah dan membahagiakan setelah selesai seremoni kelulusan mereka .....
 Sebelumnya :

 Shin Yahashira, Kota Kecil Cantik di Perfecture Chiba

 Seorang Putri Indonesia "Menaklukkan" Jepang dengan Mimpi dan Prestasinya 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun