Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Toilet itu adalah "Sahabat" Kita. Heh, Lebay Banget!

14 Februari 2019   21:12 Diperbarui: 14 Februari 2019   22:29 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prolog

Toilet itu "sahabat" kita, tidak terkecuali, tanpa perbedaan!

Tahu ga, sih?
Toilet adalah "sahabat" kita
Klo untuk bobo atau makan, kita bis dimana saja, apakah toilet bisa dima saja? Ga, kan?
Jika bobo dan makan, kita berusaha di tempat yang bersih dn nyaman,
Kenapa toilet di Indonesia selalu jorok dan kotor, dan selala dibelakang?
Jika bobo dn makan, kita pingin ke tempat2 mahal,
Kenapa toilet kit mencari yng murah dan tidak higienis?
Toilet adalah kebutuhan kita, miniml 3 atau 4 kali sehari, kira ke toilet, dan TIDAK BISA DIWAKILKAN, kan?

Naaahhh .....
Toilet adalah kebutuhan,
Dan kebutuhan itu tidak mengenal perbedaan,
Termasuk disabilitas!
Karena, disabilitas punya hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara .....
Lalu, apa yang aku akan pebuat dengan kloset2 ini?
Toilet disabilitas itu dalah HAK disabilitas, dan KEWAJIBAN publik,
Kebutuhan disabiitas pun harus dipenuhi,
Tetapi jika ga ada toilet disabilitas, itu lah salah satu alasan disbilitas, untuk tidak suka keluar dari kepompong nya .....
Sekarang,
Ditunggu saja, apa yang akan aku dan TOTO berikan, untuk INDONESIA .....

Catatan :

Di negara2 maju, toilet itu bukan "urusan belakang",
Toilet itu di tempatkan prioritas,
Ruangannya bersih, rapi dan wangi,
Amenitis nya pun cantik!
Seperti rumah adikku di Irving, Dallas ...
Toiletnya wangi, bersih dan cantik,
Senang berlama2 disana,
Hihihi .....

Bahkan, di Jepang aku sabar dan santai 2 jam di toilet disabled,
Sambil ngecharge batere kursi roda ajaibku,
Karena luas, bersih dan wangiiiiii .....
Hahaha .....

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Ini cerita tentang toilet, sebuah tempat yang sekarang ini, khususnya di Indonesia dan di negara2 berkembang, yang masih meletakan toilet berada di "daerah belakang" tempat tinggal.

Prolog diatas jelas sekali, bahwa toilet itu adalah "sahabat" terbaik manusia, karena memang kita membutuhkan toilet setiap saat. Jika tidak lebih dari 3 atau 4 kali ke toilet minimal, justru kita harus waswas dan berhati2.

Nah, kampanye tentang toilet sebenarnya sudah lama di dengungkan oleh Asosiasi Toilet Indonesia (ATI) yang bekerjasama denan World Toilet Organization (WTO) dengan Bu Naning sebagai ketuanya.

Hahaha, sebenarnya aku sendiri baru tahu bahwa toilet yang sekarang masih berada di urutan buncit sebagai "ruang yang bersahabat", tetapi ternyata ada asosiasinya, bahkan ada induk organisasinya di dunia! Berarti, aku tidak salah tentang konsep toiet sebagai "sahabat" kita ......

Inspirasi tenatng toilet sebagai "sahabat" kita pun dari ibu Naning. Aku belum mendapatkan sebuah kata yang tepat tenang toilet. Tetapi yang jelas, aku memang sedang memperjuangkan sebuah toilet bagi disabilitas.

Eh, memang apa sih kelebihan sebuah toilet, Apalagi toilet disabilitas? Ada yang luar biasa kah?

Emang luar biasa! Karena toilet adalah seorang sahabat terbaik manusia, berarti semua manusia, kan? TErmasuk disabilitas, karena disabilitas mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga dunia!

Pada kenyataannya, sebagai disabilitas aku belum menemukan knyamanan berada di sebuah toilet di Indonesia, untuk bersih2 diri. Aku memang bisa seperti non-disabilitas, karena aku bisa berjalan. Walau harus dibantu, aku bisa ke toilet umum, dan kursi rodaku di luar. Bisa banget!

Tetapi, jika aku harus berada di dunia disabilitas, aku harus memikirkan bahwa fasilitas untukku sama sekali tidak bisa aku pakai. Walau sekarang hampir semua institusi di Jakarta meng-claim mempuyai fasilitas disabilitas, pada kenyataannya itu semua adalah basa basi saja!

Mengapa?

Karena fasilias2 disabilitas itu hanya dibangun sekedar memenuhi aturan tetapi tidak dibangun dengan "hati". Mengapa dengan hati?

Begini,

Ketika kita membangun sesuatu, tentu kita harus meriset apa yang dibutuhkan. Jika kita mau membangun bangunan "ramah disabilitas", ya kita harus membawa disabilitas untuk diskusi, simulasi dan  mencoba berkali2 jika sudah selesai, sampai semuanya sesuai dengan kebutuhkan.

Toilet, termasuk toilet disabled, itu bukan sebuah tempat yang cantik, dengan banyak pernak pernik arsitektural. Toilet, apalagi toilet disabled adalah sebuah ruang yang lebih fungsional, dibanding dengan dekoratifnya. Bahkan, justru toilet klo bisa cukup minimalis. Maksudnya, tidak usah banyak drtail yang justru membuat penggunanya menjadi sulit.

Ketika fasilitas2 disabilitas itu tidak bisa dipakai oleh kaum disabilitas sendiri, lalu untuk apa fasilitas2 itu? Buang2 uang, buang2 tenaga dan memberi dampak buruk bagi instansi tersebut, bahkan memberi trauma bagi disabilitas yang sempat berada disana tetapi fasilitas2nya tidak bisa digunakan.

Disabilitas pun banyak dan beragam jenisnya. Dan ketika toilet disabilitas itu harus bisa digunakan oleh penggunanya, apalagi disabilitas yang berbeda2, buat apa ruang itu?

Hahaha ..... lebay, ya?

Ok lah. Mungkin bagi non-disabilitas, masalah ini sangat lebay. Cuma sekedar pintu saja, kami kesusahan untuk masuk, karena kursi roda. Lalu, Cuma beda ketinggian 1 cm saja, kami bisa jatuh. Atau Cuma railing atau grap bar untuk pegangan yang agak goyang, bisa membahayakan kami.

Terus lagi, bagi disabilitas paraplia pemakai kursi roda yang membutuhkan mengganti pampers, bagaimana untuk menggantinya? Tidak semua mampu membeli pampers celana, atau tidak semua mampu membeli pampers, hanyak sekedar kain tebal atau handuk yang diikat, tetaoi harus berbaring untuk mengikatnya, dan harus berbaring dimana?

Adakah yang tahu hal ini?

Adakah yang yang peduli tentang ini?

Adakah yang MAU TAHU untuk membantu?

Realitasnya, kembali lagi, jika ada yang tahu pun, tidak bisa menyediakannya dengan alasan dana. Atau, yang peduli pun, tidak berusaha berdiskusi dengan kaum disabilitas, lalu hanya sekedar membangun saja, tanpa "hati".

Apalagi yang TIDAK MAU TAHU. Aku hanya bisa berdoa, semoga yang tidak mau tahu ini selalu sehat dan keluarga serta handai tolan nya selalu diberkati Tuhan .....

Karena, selama seseorang belum merasakannya sendiri, atau selama orang tersebut tidak mempunyai keluarga kaum "prioritas" (prioritas = disabilitas, lansia), orang itu tetap tidak mau membangun dengan "hati" .....

Baiklah,

Setelah artikel ini, aka nada banyak tulisan tentang toilet, terutama untuk toilet disabilitas.

Karena, toilet adalah "sahabat" kita .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun