Ketika fasilitas2 disabilitas itu tidak bisa dipakai oleh kaum disabilitas sendiri, lalu untuk apa fasilitas2 itu? Buang2 uang, buang2 tenaga dan memberi dampak buruk bagi instansi tersebut, bahkan memberi trauma bagi disabilitas yang sempat berada disana tetapi fasilitas2nya tidak bisa digunakan.
Disabilitas pun banyak dan beragam jenisnya. Dan ketika toilet disabilitas itu harus bisa digunakan oleh penggunanya, apalagi disabilitas yang berbeda2, buat apa ruang itu?
Hahaha ..... lebay, ya?
Ok lah. Mungkin bagi non-disabilitas, masalah ini sangat lebay. Cuma sekedar pintu saja, kami kesusahan untuk masuk, karena kursi roda. Lalu, Cuma beda ketinggian 1 cm saja, kami bisa jatuh. Atau Cuma railing atau grap bar untuk pegangan yang agak goyang, bisa membahayakan kami.
Terus lagi, bagi disabilitas paraplia pemakai kursi roda yang membutuhkan mengganti pampers, bagaimana untuk menggantinya? Tidak semua mampu membeli pampers celana, atau tidak semua mampu membeli pampers, hanyak sekedar kain tebal atau handuk yang diikat, tetaoi harus berbaring untuk mengikatnya, dan harus berbaring dimana?
Adakah yang tahu hal ini?
Adakah yang yang peduli tentang ini?
Adakah yang MAU TAHU untuk membantu?
Realitasnya, kembali lagi, jika ada yang tahu pun, tidak bisa menyediakannya dengan alasan dana. Atau, yang peduli pun, tidak berusaha berdiskusi dengan kaum disabilitas, lalu hanya sekedar membangun saja, tanpa "hati".
Apalagi yang TIDAK MAU TAHU. Aku hanya bisa berdoa, semoga yang tidak mau tahu ini selalu sehat dan keluarga serta handai tolan nya selalu diberkati Tuhan .....
Karena, selama seseorang belum merasakannya sendiri, atau selama orang tersebut tidak mempunyai keluarga kaum "prioritas" (prioritas = disabilitas, lansia), orang itu tetap tidak mau membangun dengan "hati" .....