Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan ke Gotemba, Penumpang "Menghilang" Setelah Turun dari Bus

3 September 2018   12:10 Diperbarui: 3 September 2018   13:11 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan karena pintu masuk dan turun ke permukaan jalan yang lebih rendah itu, sangat tidak nyata terlihat. Juga, sepanjang jalan raya pun selalu di tutup dengan kaca atau akrilik atau "devider" atau penahan arah angin yang membawa suara kendaraan yang menderu, seperti di Eropa.

Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Lihat tulisanku, Perjalananan dari Amsterdam ke Rotterdam

Jadi, dari bus aku hanya bisa melihat jalan raya yang cukup sepi arena luar kota, dengan tembok2 pembatas yang diatasnya ada devider kaca serta pepohonan nya, tidak terlihat jalan2 turun ke permukaan jalan yang lebih rendah!

Wah .....

Untukku ini adalah pengalaman yng berbeda. Karena, jika aku naik kereta, pemandangannya berbeda, Tidak aka nada terlihat yang aku lihat, penumpang yang "menghilang" setelah turun dari bus!

Hmmmmm ......

Ternyata ada juga gunanya kemarin aku naik bus ke Gotemba, bukan naik kereta. Aku mendapat pengalaman yang menaarik. Jika bukan seorang Christie yang iseng dan ingin tahu segalanya, mungkin orang lain tidak akan iseng2 ingin tahu tentang ini.

Nyatanya, ketika aku bertanya pada seorang teman yang bolak balik ke Gotemba dari Tokyo, dia pun tidak tahu dan tidak pernah memperhatikan tentang penumpang yang "menghilang" setelah turun dari bus.

Tokyo -- Gotemba ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam saja. Sama juga jika naik kereta sekitar 123 menit. Biayanya pun tidak jauh berbeda, sekitar 3000 Yen pulang pergi. Jadi, tidak ada yang berbeda secara umum. Bedanya adalah sebuah pengalaman baru .....

Dan sebagai wisatawn iseng, dari seorang arsitek, ku tetap akan melakukan seperti ini, dengan banyak pengalaman untuk semuah inspirasi dan motivasi, bagi pengalaman ku (minimal), dan bisa bercerita tentang ini bagi banyak orang, yang tertarik ......

Sebelumnya :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun