Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan ke Gotemba, Penumpang "Menghilang" Setelah Turun dari Bus

3 September 2018   12:10 Diperbarui: 3 September 2018   13:11 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi: Perjalanan ke Gotemba, dengan pemandangan alam Jepang yang sesungguhnya .....

Mungkin nama Gotemba tidak erlalu dikenal masyarakat dunia kecuali tempat Factory Outlet yang memjual berbagai merek terkenal intrnasional. Selebihnya, jarang ada wisatawan yang dtang ke Gotemba untuk berjalan2 dn mencari wisata2 Jepang terkenal.

Gotemba sendiri adalah kota di bagian timur Perfektur Shizouka, Jepang. Sebuah kota kecil. Tempat pemberhentian bagi wisatawan untuk ke kawasan wisata Hakone dan Gunung Fuji. Dan Gotemba sendiri berada di kaki Gunung Fuji, dengan suhu udara yang sejuk dan curah hujan tinggi.

Kota ini berada di ketinggian antara 250 sampai 600 meter di atas permukaan laut dengan kelembaban tinggi dan sering berkabut, termasuk di musim panas. Jadi, Gotemba memang sangat nyaman untuk wisatawan yang suka dengan kota sejuk dan nyaman.

Aku kesana naik bus. Sengaja, ingin mencoba ke lur kota naik bus. Ternyata, untukku bus agak ribet!

Kursi rodaku harus di simpan di bagasi dan aku harus naik tangga terjal untuk duduk di dalam bus. Walau bus nya nyaman, sungguh untukku sendiri kurang nyaman, karena lorong terlalu sempit, dimana kakiku harus ditahan untuk tidak "menyepak", hihihi .....

Lalu, untuk masuk dan keluar kursi pun agak sempit, seperti kursi pesawat local Indonesia kelas ekonomi biasa. Jendela bus memang besar dan bersih dan nyaman untuk berfoto2. Tetapi, jika aku kesana lahi lebih baik naik kereta saja .....

Perjalanan menuju Gotemba

Perjalanan ke Gotemba memang mengasikkan, bagi yang suka lingkungan. Dari Tokyo, dimana ibukota Jepang ini sangat sibuk sebagai kota Metropolitan. Apalagi, naik bus ini dari Shinjuku, salah satu kawasan Tokyo yang tersibuk, dan merupakan kawasan untuk perpindahan kereta dan bus dari dank e seluruk perfekture di Jepang!

Jadi, ketika kita perlahan keluar dari Shinjuku, lalu keluar dari Tokyo, kita serasa di "dunia yang berbeda". Jepang di luar kota, serasa kita menuju pedesaan di Pulau Jawa.

Apalagi jika kea rah Gotemba dimana arahnya sama menuju Gunung Fuji. Persis sama jika kita di Jawa Tengah menuju pegunungan. Sawah2 hijau dan pedesaan Jepang dengan rumah2 tradisional mereka yang dari kayu, dengan suasananya yang teduh dan nyaman, serasa tidak seperti di Jepang.

Dokumentasi pribadi: Pemandangan alam Jepang, tidak berbeda jauh dengan di Jawa Tengah. Pedesaan2 dengan rumah2 tradisional dari kayu, serta persawhan, walau tidak banyak. Jarak pedesaan 1 dengan yang lain pun, terlihat cukup jauh .....
Dokumentasi pribadi: Pemandangan alam Jepang, tidak berbeda jauh dengan di Jawa Tengah. Pedesaan2 dengan rumah2 tradisional dari kayu, serta persawhan, walau tidak banyak. Jarak pedesaan 1 dengan yang lain pun, terlihat cukup jauh .....
Dokumentasi pribadi: Pemandangan alam Jepang, tidak berbeda jauh dengan di Jawa Tengah. Pedesaan2 dengan rumah2 tradisional dari kayu, serta persawhan, walau tidak banyak. Jarak pedesaan 1 dengan yang lain pun, terlihat cukup jauh .....
Dokumentasi pribadi: Pemandangan alam Jepang, tidak berbeda jauh dengan di Jawa Tengah. Pedesaan2 dengan rumah2 tradisional dari kayu, serta persawhan, walau tidak banyak. Jarak pedesaan 1 dengan yang lain pun, terlihat cukup jauh .....
Pemandangan alam Jepang, tidak berbeda jauh dengan di Jawa Tengah. Pedesaan2 dengan rumah2 tradisional dari kayu, serta persawhan, walau tidak banyak. Jarak pedesaan 1 dengan yang lain pun, terlihat cukup jauh .....

***

Bedanya adalah, jalanan2 di Jepang, baik di dalam kota maupun di luar kota, sangat bersih dan rapih. Tidak ada smpah satu pun yang aku lihat, dengan marka2 jalan yang tegas dan jelas terlihat.

Di setiap titik tertentu di atas permukaan aspalnya, ada tulisan2 kanji, entah apa aartinya. Yang jelas, pasti ada maksudnya mengapa ada huruf2 kandi besar2 disana.

Bedanya lagi, kendaraan2 sangat tertib. Sangat memperhatikan rambu dan tidak terlihat yang ngebut! Di setiap pemberhentian lampu merah, jika ada yang mau menyeberang walau sudah merah untuk penyeberang, si pengemudi pun tetap berhati2. Bahkan di beberapa titik ada anak2 atau ibu2 dengan bayinya dalam stroller, walau lampu merah bagi penyeberang, si supir bus tetap menyilahkan mereka untuk menyeberang!

Dokumentasi pribadi: Transit ditengah jalan, untuk bus membeli bensin, sekitar separuh perjalanan. Jika diperhatikan, ada hal2 yang menarik di foto ini : Selalu ada tulisan kanji di beberapa titik di atas permukaan aspal dan Ada dinding penahan, ketika bus "turun" ke sebuah desa. Berarti, terlihat jalan raya utama, tepat diatas jalan lingkungan pedesaan.
Dokumentasi pribadi: Transit ditengah jalan, untuk bus membeli bensin, sekitar separuh perjalanan. Jika diperhatikan, ada hal2 yang menarik di foto ini : Selalu ada tulisan kanji di beberapa titik di atas permukaan aspal dan Ada dinding penahan, ketika bus "turun" ke sebuah desa. Berarti, terlihat jalan raya utama, tepat diatas jalan lingkungan pedesaan.
Bukan hanya si pengemudi bus saja, tetapi pengamatanku pun, semua pengemudi benar2 sangat berhati2 dan memberikan kenyamanan yang luar biasa bagi warga disana .....

Bus yang aku naiki ini bukan hanya bus khusus untuk ke Gotemba, sepertinya ternyata itu bus umum dimana yang naik pun bukan hanya ke Gotemba. Mereka ada yang berhenti di halte2 tujuan, sehingga ketika aku sampai ke Gotemba, mungkin tinggal separuh nya yang masih ada dalam bus.

Pemberhentian2 nya pun, agak "aneh" untukku. Mengapa aneh?

Suasana dari Tokyo ke Gotemba, memang benar2 "sepi". Dimana, dari bus aku hanya melihat pedesaan kecil yang cukup jauh dari jalan umum. Desa2 itupun terlihat tidak besar. 1 Desa cukup jauh dari desa yang lain, sehingga jika ada penumpang yang turun di 1 pemberhentian, aku yakin penumpang itu menuju sebuah desa yang dekat dengan pemberhentian tersebut.

Tetapi yang aku lihat, pemberhentian itu cukup jauh dengan desa tujuan. Dan pemberhentian nya seperti  bukan sebuah pemberhentian, krena tidak ada halte, bahkan ketika seorang penumpang turun, dan bus langsung melaju, dan aku melihat ke belakang, tiba2 aku tidak melihat penumpang yang turun itu!

Koq aneh, karena suasana sepi dan paati akan terlihat si penumpang itu ketika bus melaju!

Sehingga, setelah beberapa kali penumpang2 itu turun dan "menghilang", aku baru tahu! Ternyata, tepat si penumpang turun dari bus, di titik itu pula ada sebuah jalan turun yang tidak ketihatan dari luar, menuju permukaan jalan yang lebih rendah untuk menuju sebuah desa tujuan ......

Dan karena pintu masuk dan turun ke permukaan jalan yang lebih rendah itu, sangat tidak nyata terlihat. Juga, sepanjang jalan raya pun selalu di tutup dengan kaca atau akrilik atau "devider" atau penahan arah angin yang membawa suara kendaraan yang menderu, seperti di Eropa.

Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Dokumentasi pribadi: Beberapa bentuk devider, yang membatasi antara jalan raya dengan pedesaan. Ada pembatas tembok, ada aklirik tidak tembus pandang, ada tanaman2 khusus tebal yang memang untuk devider dan ada kaca atau akrilik tembus pandang. Masing2, aku rasa semuanya mempunyai fungsi sendiri.
Lihat tulisanku, Perjalananan dari Amsterdam ke Rotterdam

Jadi, dari bus aku hanya bisa melihat jalan raya yang cukup sepi arena luar kota, dengan tembok2 pembatas yang diatasnya ada devider kaca serta pepohonan nya, tidak terlihat jalan2 turun ke permukaan jalan yang lebih rendah!

Wah .....

Untukku ini adalah pengalaman yng berbeda. Karena, jika aku naik kereta, pemandangannya berbeda, Tidak aka nada terlihat yang aku lihat, penumpang yang "menghilang" setelah turun dari bus!

Hmmmmm ......

Ternyata ada juga gunanya kemarin aku naik bus ke Gotemba, bukan naik kereta. Aku mendapat pengalaman yang menaarik. Jika bukan seorang Christie yang iseng dan ingin tahu segalanya, mungkin orang lain tidak akan iseng2 ingin tahu tentang ini.

Nyatanya, ketika aku bertanya pada seorang teman yang bolak balik ke Gotemba dari Tokyo, dia pun tidak tahu dan tidak pernah memperhatikan tentang penumpang yang "menghilang" setelah turun dari bus.

Tokyo -- Gotemba ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam saja. Sama juga jika naik kereta sekitar 123 menit. Biayanya pun tidak jauh berbeda, sekitar 3000 Yen pulang pergi. Jadi, tidak ada yang berbeda secara umum. Bedanya adalah sebuah pengalaman baru .....

Dan sebagai wisatawn iseng, dari seorang arsitek, ku tetap akan melakukan seperti ini, dengan banyak pengalaman untuk semuah inspirasi dan motivasi, bagi pengalaman ku (minimal), dan bisa bercerita tentang ini bagi banyak orang, yang tertarik ......

Sebelumnya :

 Tulip itu Tumbuh Subur di Tempat yang Tidak Semestinya di Stasiun Gotemba

Gotemba Factory Outlet yang "Amerika Banget!"

Terminal Bus [Terbesar]Basuta Shinjuku, ada di Lantai 4F Stasiun Kereta Shinjuku! Canggih!

Stasiun Shinjuku Mempunyai Lebih dari 200  Pintu Keluar!

Perjalananan dari Amsterdam ke Rotterdam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun