Â
By Christie Damayanti
Sebuah lentera kertas merah raksasa, menghiasi pintu Gerbang Kaminarimon, menuju Kuil Sensoji di Asakusa. Lentera raksasa ini, menjadi icon segala macam yang berhubungan dengan Jepang .....
***
Setiap kuil atau temple di Jepang, selalu mempunyai gerbang. Dan setiap gerbang, mempunyai makna tersendiri. Ada ratusan kuil atau temple di Jepang, mulai dari yang besar dan terkenal, sampai kuil atau temple yang kecil dalam lingkungan tempat tinggal.
Karena Jepang sebagian besar adalah beragama Shinto dan sebagian lagi beragama Buddha, maka kuil atau temple di Jepang sebagian untuk agam Shinto dan sebagian lagi beragama Buddha. Sedangkan agama yang lain, hanya ada di beberapa tempat, sesuai dengan komunitasnya.
Di Kuil Sensoji di Asakusa, sangat terkenal, bersamaan dengan Nakamise Shopping Street, pusat perbelanjaan tertua di Jepang. Dan untuk memasuki Kuil Sebsoji ini, kita harus memasuki sebuah gerbang yang sangat terkenal dengan lentera kertas yang berwarna merah. Lentera kertas merah ini, menjadi icon Kuil Sensoji, juga menjadi icon Asakusa, bahkan duna akan melihat Jepang salah satunya dengan adanya lentera kertas merah nya ......
Gerbang itu bernama "The Kaminarimon Gate".
Gerbang Kaminarimon, adalah sebuah gerbang untuk menuju Kuil Sensoji, melalui Namamise Shopping Street. Gerbang ini berdimensi tinggi 11,7 meter dan lebar 11,4 meter, hamper bujursangkar, ternyata! Dibangun tahun 941 dan pernah terbakar tahun 1865, sehingga gerbang sekarang, saat ini berasal dari tahun 1960.
Konsep lentera dari kertas merah memang melambangkan sebuah kegembiraan, sebuah kebahagiaan, makanya ketika pada Tahun Baru Imlek, lentera merah merupakan rasa kebahagiaan di tahun baru. Tingginya 4 meter dan diameter lingkarannya 3,4 meter dan beratnya 670 kg.
Cerita tentang lentera kertas merah yang besar ini, bukan hanya sekedar lentera yang jika malam hari, cahaya kuning kemerahan nya akan berpendar sebagai sebuah "pusat bahagia" di Asakusa saja, tetapi ada makna2 yang tersembunyi nya.
Bagian depan lentera kertas merah, menampilkan nama gerbang, "Thr Kaminarimon". Dibagian belakangnya, berbunyi "Furaijinmon". Dan di bagian bawah lentera kertas, menjadi 'pondasi gantung' nya dengan material kayu, dan di bagian bawah ada sebuah ukiran kayu, yang melambangkan seekor naga! Cantik!
Ada 4 buah patung, di 4 sisi gerbang ini. Patung Dewa Fuijin atau dewa angin, Dewa Raijin atau dewa Guntur, ini dari agama Shinto. Ini dalam Gerbang Kaminarimon, masih 'baru'.
Sedangkan  dari agama Buddha ada Dewa Buddha Tenryu dan patung Dewi Kinryu. Berada dalam Gerbang Hozomon, gerbang asli yang dibangun dan terbakar.
Gerbang Hozomon adalah bagian dalam dari 2 buah gerbang menuju Kuil Sensoji. Tinggi 2 lantai 22,7 meter dan lebar 21 meter. Sekitar 2x besar dari Gerbang Kaminarimon.
Gerbang ini dibangun tahun 942, terbakar tahun 1631 dan dibangun kembali. Lalu terbakar lagi pada Perang Dunia II. Di gerbang ini, sudah menggunakan bahan tahan api, menyimpan harta karun Sensoji berupa sutra2 mahal, serta salinan sutra, koleksi kitab sui Buddha, yang ditetapkan sebagai Harta Nasional Jepang.
Konsepnya sama, dengan lentera raksasa dari kertas berwarna merah, tetapi untuk memasuki Kuil Sensoji, kita memang harus memasuki Gerbang Karinarimon, menyusuri Nakamisa-dori Shopping Street, lalu memasuki Gerbang Hozomon, baru setelaha itu, suasana semakin sepi menuju Kuil Sensoji.
Sebenarnya, secara konsep arsitektural dengan adanya lentera besar ini cukup mengganggu untuk pengunjung masuk ke gerbang ini.
Coba deh, mana ada sebuah lampu besar berada di tengah2 gerbang, sementara gerbang nya memang merupakan geerbang untuk pintu masuk?
Tetapi karena bergang ini sangat besar setinggi 11,7 meter dan lentera nya hanya setinggi 4 meter, dan kita masih bisa memasuki gerbang, bahkan bisa berjalan di bawah lentera, menjadikan lentra kertas merah ini justru menjadi icon cantik khas Jepang!
Jika sekedar melihat dari kejauhan, mungkin terlihat lentera itu justru menutupi jalan masuk. Tetapi jika kita benar2 berada di titik itu, justru kita akan terpengarah, betapa 'mulia' nya Gerbang Kaminarimon itu! Dengan lentera merahnya, semakin membuat gerbang ini patut menjadi icon Asakusa, bahkan icon Jepang!
Konsep 2 buah gerbang ini adalah sama. Tetapi memang lebih terkenal Gerbang Kaminarimon, karena gerbang ini merupakan satu2 nya pintu masuk. Untuk menuju Sensoji Temple.  Konsep Gerbang Hozomon merupakan gerbang utama, dan lentera kertas merah raksasa pun berada di gerbang ini juga. Dan yang paling menarik adalah bahwa lentera kertas merah raksasa ini merupakan hadiah dari Panasonic! Mengapa menarik?
Sebagai arsitek dan urban planner, aku melihatnya dari kaca mata antara arsitektural, tradisional dan modern. Ketika jaman sekarang Panasonic adalah sebuah perusahaan berpegang pada teknologi modern, bahkan semakin modern, mereka punya keinginan untuk membawa teknologi modern ini ke dalam dunia religious tradisional!
Ketika dimalam hari lampu2 kuning berpendar sampai ujung jalan Asakusa, teknologi itu membuat cahaya lentera kuning yang berbalut dengan kertas merah, menjadi sangat tradisional!
Bagaimana konsep modern berkolaborasi dengan tradisional, tentu mempunyai pemikiran2 tersendiri.Â
Bagaimana Panasonic membawa teknologi modern ke dalam alam religious tradisional pun, merupakan pokok permasalahan .....
***
Sering kali jaman sekarang ini, banyak anak muda merasa 'ga level' untuk sebuah dunia tradisional, dimanapun itu. Mereka sengaja tidak mau mengerti dan mempelajari tentang dunia ini. Bahkan di Indonesia pun, masih banyak yang tidak peduli dengagn kota2 tua nya, sehingga kota2 tua menjadi rusak, bahkan dihancurkan.
Ketika 2 buah gerbang menuju Kuil Sensoji ini, bahkan dihancurkan oleh api sampai luluh lantak, peerintah Jepang berusaha sekali untuk mengembalikan gerbang2 itu ke keadaan semua, walau tetapi ada yang tidak sesuai.
Dan ketika kedua gerbang tersebut semakin menjadi sebuah icon dan sebagai 'point of intererst' untuk Jepang, Justru perusahaan Panasonic lah yang membawa sebuah dunia modern ke dalam dunia religious tradisional, dan menjadi sebuah insporasi bagi dunia .....
Bahwa, sejarah merupakan awal dari sebuah bangsa. Sejarah akan menjadi dasar untuk memangun bangsa. Ketika sejarah ditinggalkan, karya2 sejarah yang dilupakan, bahkan termasuk sejarah kota2 tua, maka bangsa tersebut tidak solid.
Dan ketika bangsa itu menjadi lemah karena sejarah dilupakan dan dibuang, maka bangsa tersebut menjadi cerah berai dan luluh lantak ......
Bahwa sejarah pun bisa berkolaborasi dengagn dunia modern, sehingga sejarah menjadi sebuah nilai2 yang luar biasa untuk sebuah bangsa.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya ..... ****
Sebelumnya :
"Nakamise Shopping Street", Perbelanjaan Tertua di Jepang
Sumida River Membelah Asakusa Modern Baru, Modern 'Jadul', Tradisional dan ReligiusÂ
Distrik Tokyo Terkecil "Asakusa" dalam Dunia Tradisional dan Religiusnya
Mencoba "Omikuji", Antara Keberuntungan Baik dan Buruk di Kuil Senso-Ji
Kesiapan Jepang melayani Wisatawan Dunia di Nakamise-dori Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H