Dunia Jepang ketika di jaman keemasan Edo. Di Tokyo, tidak ada tempat atau ruang public yang seunik ini. Semua 23 distrik di Tokyo, menjabarkan sebuah kota metropolitan sebagai ibukota Negara Jepang. Kekayaan tradisional Jepang memang banyak di kota2 lain, terutama di Kyoto, sekitar 2 jam jika kita naik kereta cepat 'bullet train' Shinkansen.
Kuil2 Tokyo regius pun, banyak sampai pelosok Tokyo, tetapi hanya kecil saja. Hanya  untuk seputaran lingkungan saja. Berbeda dengan Asakusa, yang memang dibangun di jaman Edo, untuk bersembahyang bagi masyarakat Jepang di Tokyo.
Apakah mereka tetap mau 'berfoya2' di dunia modern metropolitan, ataukah mereka mau mundur selangkah, untuk menikmati dunia tradisional Jepang, atau bahkan mundur dua langkah lagi, untuk masuk di dunia religious mereka, itu terserah mereka!
Dunia tradisional sera religious Asakusa pun, jika kita melihat cara pandang seekor burung, kita bisa lebih bisa melihat sebuah dunia kecil di tengah2 dunia modern.
Jalan Nakamise-dori, dengan atap genteng berwarna hijau, dengan bentuk khas atapnya, dari Gerbang Kaminarimon sampai Kuil Sensoji, membbentuk deretan arsitektural tradisional, ditengah2 Tokyo modern.
Lalu, disekitaran kuilnya, terdapat Pagona 5 tingkat, sebagai tempat memuja arwah kepercayaan mereka, pun berada di belantara Tokyo Modern.
Â
Ketinggian Tokyo SkyTree ini, menjulang melebihi pepohonan, yang mampu menembus ke-tradisional-an Asakusa.