Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesunyian Jepang dari Canda Tawa Anak-anak

25 Juli 2018   12:10 Diperbarui: 25 Juli 2018   12:46 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Musim gugur dengan pepohonan yang gugur srta dedaunan merah-orange, dan latar belakang kuil Yokoamicho, melambangkan kesunyian di sore itu ......

Ketika aku banyak membaca tentang Jepang setelah anakku tanggal disana, aku baru mengerti tentang "bahaya turun nya populasi" negara Marahari Terbit itu.

Ketika sejak beberapa tahun belakangan ini, terutama di Jakarta, sering digelar pameran2 budaya dan penjualan dan promosi tiket murah ke Jepang.

Dan ketika aku sebagai seorang ibu, yang anaknya tinggal di Jepang, menjadi serba diuntungkan, karena dengan promosi tiket pesawat murah, aku bisa 3 atau 4 kali terbang ke Jepang .....

Mau tahu, mengapa ini terjadi?

Berdasarkan data pencatatan sipil Jepang per 1 Januari 2017, jumlah populasi orang Jepang yang tercatat adalah 123.583.658 jiwa. Jumlah tersebut turun sebesar 308.084 dari tahun sebelumnya dan merupakan penurunan populasi berturut-turut selama delapan tahun terakhir.

(Pikiran Rakyat 7 Juli 2017).

Artinya apa?

Ketika beberapa negara, termasuk Indonesia, yang kebablasan tentang populasinya sehingga negara2 tersebut menjadi Negara dengan jumlah populasinya terpadat di dunia, Jepang justru menurun drastis! Jepang mulai mengalami defisit penduduk, dan jika mereka tidak mengubah konsep kehidupan negara tersebut menjadi lebih 'terbuka', suatu saat negara ini akan 'menghilang' dari dunia .....

Lebay? Tidak!

Sebelumnya, Jepang ternyata telah lama enggan menerima dengan terbuka terhadap imigrasi. Banyak orang Jepang membanggakan diri terhadap homogenitas budaya dan etnis mereka, bahkan seiring dengan bertambahnya usia para penduduknya dan angkatan kerjanya yang semakin menurun. Akhirnya, Jepang terus mengalami penurunan populasi. Dan ini ditandai dengan diagram Piramida Penduduk yang tidak sesuai dengan seharusnya.

Sumber : http://www.worldlifeexpectancy.com
Sumber : http://www.worldlifeexpectancy.com
Piramida Penduduk Jepang, prediksi tahun 2020 dan tahun 2050. Yang tebal adalah orang2 tua dan yang tipis adalah bayi sampai anak2 muda. Artinya, Jepang akan dihuni sebagian besar adalah orang tua, yang mungkin tidak mampu lagi untuk mengurus Negara .....

Sumbar : http://www.worldlifeexpectancy.com
Sumbar : http://www.worldlifeexpectancy.com
Sedangkan, Indonesia masih menjadi Negara potensial bagi Jepang, karena kaum mudanya masih lebih banyak (sekali) dibanding dengan kaum lansia. 

Dan potensi ini terus digali oleh Jepang, bukan hanya Indonesia ( sebagai Negara besar dengan jumlah peduduk besar), tetapi juga negara2 yang lain, lewat 'infrastruktur2' yang menjadi "poin of interest", untuk masyarakat dunia terpengarah oleh fasilitas2 yang dibangun oleh Negara Matahari Terbit ini .....

***

Nah, sekarang Jepang terus membuka diri. Promosi2 negara itu disebar ke seluruh dunia. Penjualan tiket2 pesawat murah, beasiswa2 untuk anak2 serta kemudahan2 lainnya, membuat Jepang sekarang menjadi sebuah negara yang diminati untuk dikunjungi, dan juga diminati untuk belajar, mengalahkan negara adi kuasa, Amerika!

Waktu jaman aku sekolah dan kuliah tahun 1980-1990an, bahkan sampai awal tahun 2000an, Amerika masih menjadi tujuan utama untuk bersekolah, atau setidaknya untuk berwisata. Tetapi ketika awal tahun 2000an, walau sudah mulai pudar, ketika negara2 lain mulai berbenah, terutama Asia, kami beramai2 berusaha untuk wisata dan sekolah ke Amerika.

Pertukaran pelajar pun ramai diminati. Dari yang beasiswa, sampai yang ngotot bayar sendiri walau mahal. Proyek2 sukses kaum muda di dunia entertainment serta artis2 top dunia sebagian besar produk Hollywood. Dan "Amerika minded" melanda dunia.

Tetapi, bagaimana dengan anak2 kelahiran milenial?

Seperti Michelle, sebagian besar mereka bermimpi untuk ke Jepang, setidaknya berwisata kesana! Aku banyak bertanya tentang itu, ketika jika aku iseng datang ke pameran2 wiaata di Jakarta.

Mereka lebih memilih Jepang dibanding Amerika, apalagi Eropa (ini destinasi utama kaum intelektual paruh baya sampai lansia), walau mereka anak orang berada!

Karena Jepang benar2 mempersiapkan diri mereka membangun infra-struktur kehidupan teknologinya untuk generasi baru milenial! Jika masyarakat seumurku mungkin tidak suka dengan manga, kartun atau teknologi, Jepang membenahi dengan destinasi2 wisata yang khas Jepang serta kuliner2nya yang sudah mendunia!

Jepang memang sebuah Negara yang sudah mempersiapkan segalanya, ketika Negara tersebut sadar tenatng sebuah bahaya dari semakin menurunnya tingkat populasi disana. Dan dengan kepiawaiannya lewat teknologi serta kepintarannya sebagai salah satu Negara paling kreatif di dunia untuk menciptakan berbagai cara untuk menarik minat dunia, supaya dunia beramai2 masuk ke Jepang ......

***

Aku pun mulai sadar setelah aku sudah beberapa kali kesana, ketika anakku sudah tinggal disana. Jika aku sudah 2x kesana sebelum anakku disana, aku hanya sekedar berwisata saja. Tanpa berusaha ingin tahu lebih banyak, kecali tentang lingkungan dan arsitekturnya.

Tetapi ketika aku bolak balik kesanan tanpa tahu 100% aku harus kemana lagi, karena aku kesana hanya sekedar menjenguk dan menemani anakku yang kuliah dan bekerja disana, barulah aku banyak merenung, mengamati bahkan sedikit riset dan tanya jawab dengan banyak orang, tentang apapun yang aku ingin tahu mengenai Jepang.

Salah satunya adalah ini. 

Bahwa fenomena saat ini, dunia berbondong2 masuk ke Jepang, bahkan ketika Jepang sering mengalami bencana (karena Jepang memang salah satu Negara gempa karena terletak di lempeng pecahan bumi utara-selatan), dan bencana tersebut menjadi viral di seluruh dunia. Dan wisatawan pun (terutama anak2 muda), tetap berbondong2 kesana ......

Beberapakali aku kesana, jika aku berjalan2 tanpa teman karena anakku sedang kuliah atau bekerja, aku akan sering bertanya2 jika ada yang bisa berbahasa Inggris. Jika pun tidak ada yang bisa berbahasa Inggris, aku lebih mengamati keadaan masyarakat disana sehari2.

Atau ketika aku berjalan2 dengan Michelle jika dia libur atau sedang off kerjanya, aku selalu minta tolong untuk menanyakan hal2 yang aku ingin tahu, dengan berbahasa Jepang. Karena Michelle sudah sangat fasih berbahasa Jepang .....

Memang, mereka bukan ahli tentang situasi dan keadaan Jepang, Negara mereka sendiri, tetapi dari jewaban2 mereka, aku bisa mengambil kesimpulan tentang "kesepiannya" masyarakat lansia Jepang, karena ditinggal cuunya merantau ke Negara lain, atau anak2nya yang tidak mau mempunyai anak.

Mengapa Jepang (atau negara2 yang lainnya) susah untuk mengembangkan masyarakatnya?Terutama Jepang, adalah salah satu Negara termahal di dunia, sehingga tidak heran jika masyarakat Jepang harus berpikir beberapa kali tentang "punya anak", sehingga angka kelahiran di Jepang terus mengalami kemunduran.Ketika Michelle anakku mengobrol dengan seorang nenek yang bersama2 dengan kami menunggu kereta di stasiun, dia menawarkan Michelle untuk sering bertandang ke ruahnya, karena dia sebatang kara setelah suaminya meninggal dan anaknya berada di Amerika, sementara dia tidak mempunyai cucu.Nenek itu katanya, mempunyai ruamh besar dan bingung, nantinya rumahnya mau untuk siapa karena anak2nya berada jauh di Amerika dan tidak mau kembali lagi ke Jepang .....

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Seorang nenek yang mengajak ngobrol Michelle, dan memberikan alamatnya untuk Michelle sekali2 menjenguknya, karena dia (sepertinya) kesepian ...... Lalu, ketika Michelle ngobrol dengan seorang eksekutif senior di salah satu perusahaan besar di Tokyo, dia cerita tentang warga Jepang muda, yang berpkir tentang mimpinya go-internasional. Mereka memang bangga dengan negaranya, tetapi mereka merasa tidak nyaman, ketika kehidupan Jepang sangat kondusif dengan persaingan yang sangat ketat!
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
 

Michelle mengobrol dengan seorang eksekutif senior di perusahaan besar di Tokyo, yang hanya berjalan2 sendirian di Yokoamicho Park, di suatu sore weekend Desember 2017 lalu, karena dia tidak menikah, dan .... Pasti dia kesepian ......

Bahkan kaum muda Jepang, banyak yang mengundurkan dirinya dari kancah persaingan dengan bunuh diri .....

Lain lagi, ketika Michelle bekerja di kasih salah satu minimart Seven Eleven di Shin Urayashu. Dengan pemiliknya seorang senior yang hanya hidup dengan istrinya, dan anaknya entah dimana.

 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

 


 

Aku sempat ngobrol dengan atasan Michelle, pemilik sebuah minimart Seven-Eleven di Urayashu, yang sedikit bisa berbahasa Inggris.

Michelle sering ditanya oleh pembeli2 dimana sebagian bear pembeliny adalah lansia. Dan lansia2 itu, "jatuh cinta" pada Michelle, yang dikatakannya,

"ada seorang anak muda dari Indonesia, mau belajar di Jepang dengan bahasaJepang yang fasih". Sepertinya, mereka bingung "koq mau, sementara warga Jepang malah mau keluar?" ... Hihihi ..... 

Dan mereka selalu memberikan alamat mereka untuk Michelle bisa datang ke rumah mereka .....

Lihat???

Betapa kesepiannya mereka ......

*** 

Masing2 negara memang mempunyai masalah sendiri2. Berbeda dengan Indonesia. Dan ketika Tuhan menempatkan kita berada dimanapun juga di dunia, itulah yang terbaik bagi kita.

Dan seharusnyalah, kita melakukannya yang terbaik bagi kita, dan bagi dunia ...... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun