Sebelumnya, Jepang ternyata telah lama enggan menerima dengan terbuka terhadap imigrasi. Banyak orang Jepang membanggakan diri terhadap homogenitas budaya dan etnis mereka, bahkan seiring dengan bertambahnya usia para penduduknya dan angkatan kerjanya yang semakin menurun. Akhirnya, Jepang terus mengalami penurunan populasi. Dan ini ditandai dengan diagram Piramida Penduduk yang tidak sesuai dengan seharusnya.
Dan potensi ini terus digali oleh Jepang, bukan hanya Indonesia ( sebagai Negara besar dengan jumlah peduduk besar), tetapi juga negara2 yang lain, lewat 'infrastruktur2' yang menjadi "poin of interest", untuk masyarakat dunia terpengarah oleh fasilitas2 yang dibangun oleh Negara Matahari Terbit ini .....
***
Nah, sekarang Jepang terus membuka diri. Promosi2 negara itu disebar ke seluruh dunia. Penjualan tiket2 pesawat murah, beasiswa2 untuk anak2 serta kemudahan2 lainnya, membuat Jepang sekarang menjadi sebuah negara yang diminati untuk dikunjungi, dan juga diminati untuk belajar, mengalahkan negara adi kuasa, Amerika!
Waktu jaman aku sekolah dan kuliah tahun 1980-1990an, bahkan sampai awal tahun 2000an, Amerika masih menjadi tujuan utama untuk bersekolah, atau setidaknya untuk berwisata. Tetapi ketika awal tahun 2000an, walau sudah mulai pudar, ketika negara2 lain mulai berbenah, terutama Asia, kami beramai2 berusaha untuk wisata dan sekolah ke Amerika.
Pertukaran pelajar pun ramai diminati. Dari yang beasiswa, sampai yang ngotot bayar sendiri walau mahal. Proyek2 sukses kaum muda di dunia entertainment serta artis2 top dunia sebagian besar produk Hollywood. Dan "Amerika minded" melanda dunia.
Tetapi, bagaimana dengan anak2 kelahiran milenial?
Seperti Michelle, sebagian besar mereka bermimpi untuk ke Jepang, setidaknya berwisata kesana! Aku banyak bertanya tentang itu, ketika jika aku iseng datang ke pameran2 wiaata di Jakarta.
Mereka lebih memilih Jepang dibanding Amerika, apalagi Eropa (ini destinasi utama kaum intelektual paruh baya sampai lansia), walau mereka anak orang berada!