Ini minimal kebutuhan luas ruang toilet disabled, untuk manuver-manuver kursi roda, dengan daun pintu geser/sliding, bukan pintu membuka ke luar apalagi ke dalam. Karena tidak mudah bagi pengguna kursi roda menjalankan maju atau mundur untuk membuka dan menutup pintu.
Di Jepang juga terdapat pilihan tombol untuk air panas, hangat dan dingin, keras atau pelan, dll. Dan selalu disediakan tisu lebih dari satu gulung.
Dekat kloset selalu terdapat wastafel kecil, supaya pengguna tidak harus cuci tangan di wastafel yang sebenarnya, melainkan bisa dilakukan di depan atau di dekat kloset
***
Kecuali di negara-negara besar yang ruang publiknya juga besar (termasuk Indonesia), mereka memilih ruang bayi atau toilet bayi berbeda dengan toilet disabled. Itu sah-sah saja. Tetapi yang penting, kebutuhan kaum disabilitas, termasuk bayi dan ibunya untuk menyusui, terpenuhi.
Memang bervariasi luas ruangnya, tetapi fasilitas mininalnya harus benar-benar lengkap. Fasilitas minimal adalah kloset (sering kali khusus) yang full lengkap dengan tombol-tombolnya. Untuk air panas, air dingin. Lalu ada wastafel, juga dengan air panas dan dingin. Lengkap juga dengan pegangan stainless steel di hampir setiap titik ruangan. Dengan ruang sekitar 2m x 3m.
Jika ruang semakin besar, di dalamnya ada bidet. Dan ruang bayi. Ada tempat tidur bayi yang bisa dibuka dan tutup. Wastafel tambahan serta toilet khusus yang dirancang untuk bayi yang digendong oleh ibunya. Dan kesemuanya itu, lengkap dengan pegangan-pegangannya, serta tombol untuk air panas, hangat dan dingin. Dan semua konsep ini memakai energi listrik.
Selama aku sebagai bagian dari disabled dunia selama 8,5 tahun ini, aku merasakan kenyamanan yang terbaik adalah di toilet disabled di Jepang. Dengan tombol-tombol yang sangat meringankan untuk kami, serta fasilitas-fasilitas yang nyata dan sangat mengerti bagi kami, toilet disabled benar-benar memberikan makna hidup yang luar biasa untuk kami.