Taman mugil di tengah permukiman warga di Shimosa Nakayama
Dekat dengan Stasin Shimosa Nakayama, terdapat City Hall. Sebenarnya, tidak ada yang menarik disini, sebuah City Hall derah kecil, dengan bangunan kecil dan mungkil, untuk berkumpulnya warga Jepang dan pendatang dari mancara Negara saja.
Tetapi yang menarik adalah, disebelahnya terdapat taman kota, yang jika gerbangnya ditutup, tidak menandakan adanya sebuah taman.
Taman ini tidak tercatat di map Google, dan tidak terekam, namanya apa. Bahkan, dari foto dibawah ini, nama taman ini pun tidak "terbaca" dengan huruf kanji yang sulit (kata anakku, dia tidak bisa "baca" krena itu kanji tua).
Jadi, beruntunglah aku pernah kesana dari peta yang tidak terekam ......
Gerbang teman City Hall (sebelah kiri taman), dan papan2 keterangan dengan fully bahasa Jepang dengan huruf kanji. Pintu gerbang ini dibuka dari jam 6.00 pagi sampai jam 6.00 sore.
***
Konsep Jepang adalah bahwa Negara ini memang kecil, dengan penduduk padat. Sehingga, Jepang harus berusaha untuk memfasilitasi warganya dengan sedemikian, dengan fasilitas2 yang mumpuni.Â
Jepang terkenal dengan Negara maju dan juga Negara yang mempunyai fasilitas2 perkotaan yang apik. Dan Jepang berusaha untuk membangun fasilitas2 itu , dengan kahan yang sempit, teatpi ssuai denagn yang diharapkan.
Shimosa Nakayama adalah daerah kecil bagian dari Ichikawa, prefecture Chiba, sebelah timur Tokyo Metropolitan. Dan daerah ini merupakan daeran yang diperuntukkan untuk permukiman.
Di artikelku sebelumnya, aku menulis tentang kehidupan di Shimosa Nakayama, dngan perumahan serta apartemen mungil yang padat, tetapi tidak melupakan fasilitas2 warganya, termasuk fasilitas2 disablednya, seperti aku yang berada di atas kursi roda.
Jika pedestriannya saja dibangun secara "ramah disabled", berarti tata kota GREEN nya pasti juga dibangun secara mumpuni. Seperti yang terbesar disana adalah beberapa taman kota, dan tata penghijauan di Kuil Nakayama Hekokyo-ji nya.
City Hall di Shimosa Nakayama ini, berada tepat dengan sebuah taman mungil, tetapi memancarkan kepedulian penuh Jepang bagi warganya, bahkan bagi dunia! Taman ini memang bukan taman Jepang, yang di desain dengan cantik, tetapi waktu kami kesana, Tenzin (teman Michelle anakku) sedikit mengobrol dengan penjaga taman itu. Seorang kakek tua, yang sedang menyapu taman.
Dari cerita mereka, taman ini di bangun dengan swadaya masyarakat sekitarnya dan diurus oleh yang ditunjuk masyarakat disana. Dan sepertinya mereka dengan senang hati untuk mengurusnya, bergantian.
Dengan desain taman yang 'seadanya', justru mampu memberikan ruang public warga disana. Ada 2 tempat untuk duduk2 sambil makan atau mengobrol, di taman ini. Ada sebuah gazebo dengan atap, sehingga jika ada yang kehujanan, gazebo itu dapat melindunginya, Mungkin bisa untuk 8 atau 10 orang bercengkerama disana .....
Selain taman ini berfungsi sebagai paru-paru lingkungan, penghijauan serta penyerapan dan untuk ruang public bagi warganya, taman ini pula sebagai jalan pintas dari Stasiun Shimosa Nakayama ke rumah2 warga di belakang City Hall. Dari pada mereka memutar untuk sampai ke rumahnya, mereka akan melewati taman tersebut.
***
Selama aku disana sektar 30 menit duduk santai jam 2 siang waktu itu, ada beberapa warga membawa anjingnya, bukan untuk sebagai jalan pintas, tetapi justru membawa anjing2nya untuk berjalan2. Atau juga ada seorang warga, mungkin fotografer, dia datang ketaman itu, memotret2, entah apa makdudnya, dan bolak balik duduk santai di gazebo.
Sebuah titik di taman ini, terdapat tempayan batu berisi air, untuk persiapan bagi kucing2 liar dan anjing2 yang dibawa berjalan2 oleh tuannya, untuk minum ....
***
Aku juga sudah mampu untuk langsung mengenali beberapa titik yang "aneh" menurutku sebagai wisatawan asing. Di beberapa titik ruang public diluar bangunan, baik di taman, pedestrian atau dekat dengan fasilitas2 warga seperti stasiun atau pertokoan, selalu terdapat botol2 minum berisi air, atau tempayan berisi air seperti di taman ini.
P:ertama kali aku hern dan bertanya pada Michelle atau teman2nya. Ternyata, botol atau tempayan berisi air itu untuk minum kucing2 liar, serta anjing2 yang dibawa tuannya.
Kucing2 liar dan anjing2 itu terus belajar, dimana mereka bisa mendapatkan air minum. Dan karena mereka hidup di lingkungan itu, mereka bisa langsung mengenali, dimana mereka bisa minum.Â
Catatan :
Banyak di negara2, tidak ada anjing liar. Jika ada anjing yang sendirian dan tidak mempunyai kalung, anjing2 itu akan di bawa ke badan social untuk dicarikan "orang tua". Juga kucing. Sehingga, banyak negara2 sangat rapid an tidak ada tempat2 sampah yang diacak2 oleh mereka.
Tetapi sepertinya, di Jepang membolehkan kucing2 berkeliaran disana, tanpa kalung (yang berarti tidak mempunyai majikan), tetapi difasilitasi oleh warga lingkungan (mungkin juga atas dukungan Negara) dengan titik2 untuk memberi minum kucing2 liar di seluruh Jepang ......
Ada juga anak2 sekolah, berlari2 melintasi taman tersebut, lalu duduk di tempat duduk batu, dan mengeluarkan bekal rotinya, sambil berceloteh riang dengagn teman2nya. Dalam diam, selama 30 menit itu, aku mengamati dan merekam suasana disana, serta terus berpikir, "apa yang bisa aku bawa pulang untuk hidupku" .....
Pintu kecil untuk keluar dari taman, lewat belakang, yang langsung disambut oleh permukiman pada rumah2 mungil atau apartemen 2 lantai
***
Mungkin hanya sebuah taman kecil, bukan Taman Jepang ( Seukeien) yang tidak indah.
Mungkin hanya sekedar 'saweran warga' untuk mereka sekedar bercanda ria sebagai ruang public.
Tetapi untukku sendiri, kepedulian warga Jepang terpancar dari sini. 30 menit aku mengamati dan merekam kehidupan warga disana. Mereka terlihat nyaman. Mereka terlihat bahagia. Bahkan anak2 pun merasa nyaman dan aman berada disana .....
Jepang memang Negara teraman di dunia. Termasuk ibukota Tokyo nya. Jadi, ketika anak2 berlari2an di taman ini, sebuah taman yang "agak" terpencil (karena tertutup dengan pagar tinggi dan dengan pintu gebang), warga tidak takut dengan preman2 yang biasanya "menyusup" di tempat2 rawan .....
Dan taman seperti ini, yang mungki tidak terekam di peta pun, tetap menjadi solusi tentang kepedulian serta pengadakan ruang public untuk sosialisasi warga sekitar di Jepang, sebagai Negara kecil yang padat penduduknya .....Â
Sebelumnya :Â
Kehidupan di Shimosa Nakayama, Ichikawa
800 Tahun Perjalanan Kuil Nakayama Hokekyo-ji Sekte Budha Nichiren
Perjalanan 'Magis' Menuju Kuil Nakayama Hokekyo-ji
Apakah "Ninja" Hanya Sebuah Mitos?
"Gerbang Nio-Mon" Menuju Nakayama Hokekyo-ji Temple
"Roh Shitamachi", Memenuhi Kehidupan Shibamata
Dan "Bonsai Raksasa" itu Akan Terus Bertumbuh dan Berkembang Selama Dia Mau ....
Wisata Religi "Shibamata Taishakuten Temple", yang TersembunyiÂ
Permata Wisata Kota Tua Jepang Era Taisho di Shibamata
"Mizumoto Koen" Kanamachi, Taman Terbesar di 23 Distrik  Tokyo
"Kanamachi", Wisata Perumahan Mungil di Utara TokyoÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H