***
Pemerintah memfasilitasinya dengan fasiiitas2 cantik. Railing2 dari batang kayu, lampu2 kecil temaram, dan ada beberapa titik ini, terdapat pondok kecil. Seperti untuk informasi turis. Atau sekedar seperti pondok kecil untuk beristirahat.
Jalan setapak itu cukup sempit. Mungkin hanya 60 cm, tidak sampai 1 meter, hanya selebar 1 orang berhalan sendirian. Di setiap titik jalan setapak itu, selalu ada papan penunjuk arah dan peta hutan. Dan rambu2 hutan, yang semuanya dalam bahasa serta tulisan dan aksara Jepang.
Hahaha ..... aku hanya berpikir, jika pun aku sehat dan bisa masuk kedalam hutan itu, tetap saja aku tidak akan mengerti jika aku tersesat karena mataku ,asih hanya bisa tulisan latin dan bahasa Inggris (dan pastinya Bahasa Indonesia) .....
 Yang masuk ke dalam hutan lewat jalan2 setapak habya 1 atau 2 irang saja. Turis asing, laki2 dan sendirian dengan ransel di punggungnya. Selebihnya, eforia untuk sampai ke kuil Meiji Jingu lah, yang tampak. Termasuk aku!
***
Dari pintu masuk hutan sampai kuil Meiji Jingu, cukup jauh. Dengan jalan di atas kursi roda ajaibku memakai speed 3 dan sering berhenti untuk foto dan mengamati, memakan waktu sekitar 1 jam. Jadi, jika berjalan biasa lurus kedepan, mungkin hanya 20 sampai 30 menit saja.
Semakin keujung, hutan semakin rimbun dan "terbuka" lagi ketika semakin dekat dengan kuil. Semakin banyak turis berkumpul dan semakin "terang" karena kerimbunan hutan di pngkas sedikit untuk Meiji Jingu, walau tetap dirawat. Karena kuil Meiji Jingu memang sebuah "oase" di tebgah hutan kota, dan hutan kota adalah juga "oase" diantara kepadatan Harajuku ......
***