By Christie Damayanti
Zebracross, dimana kursi rodaku berhenti disana. Memang masih di tepi pedestrian, tetapi sudah diatas zebracross, sehingga posisiku cukup berbahaya, karena bisa saja tertabrak .....
Jika dibuka halaman youtube diatas, aan terlihat betapa kondisi posisiku saat itu, sangat rawan untuk tertabrak, dengan lalu lintas yang sangat padat dan cepat, serta pejalan kaki yang luar biasa padat! Dan aku berada di atas zebracross .....
***
Shinjuku memang sudah menjadi fenomena, bagi turis yang datang ke Tokyo. Mengapa? Karena salah satu distrik istimewa ini, menyimpan berbagai keunikkan tersendiri. Dengan stasiun keretanya yang mempunyai lebih dari 200 buah pintu keluar, yang sudah tercatat di Guiness Book of Records.
Untukku sendiri, Shinjuku membuat sedikit "trauma". Hahaha ..... bukan trauma yang mungkin dipikirkan banyak orang, tetapi memberikan efek "full harus berhati2" untukku .....
Betapa tidak?
Pernah tersesat di Shinjuku. "Lost in Shinjuku", sedikit banyak membuat trauma, pastinya.
Pernah juga berputar2 di area stasiun Shinjuku untuk mencari terminal bus, padahal terminal bus itu berada di lantai 4F di atas stasiun Shinjuku. Tetapi kami mencarinya, berputar2 tidak jelas.
Dan berikut ini, aku akan bercerita ketika kursi rodaku berhenti di atas zebracross, waktu aku mau menyeberang ke shopping centre "Lumine 2", tepat di depan stasiun kereta Shinjuku .....
***
Suatu hari, di bulan Desember 2017 lalu aku sempat travelling sendirian keliling Tokyo, diatas kursi roda elektrikku. Termasuk ke Shinjuku.
Pagi2 aku keluar dari apartemen anakku di Funabashi Hoten. Berjalan ke Shinjuku naik kereta JR di Line Yamamote. Dan di Shinjuku, aku berputar2 keliling distrik. Memotert dan mengamati, itu bagian dari caraku memanfaatkan waktuku, sambil bersenang2, untuk menulis apa yang aku lihat dan apa yang rasakan.
Jam 10.00 pagi sampai sekitar jqm 14.00 siabg, aku pias berkeliling distrik ini. Dan aku berjalan menuju stasiun Shinjuku, serta menjadi makan siang di shoping center "Lumine 2", tepat di depan stasiun.
Aku tidak memperhatikan apapun, kecuali yang ada di depanku. Melihat2 sekelilingiku dan mrmotret keadaan dan kejadian yang sempat terlihat. Aku bahkan "lupa" makan dan minum jika aku sibuk dengan kesendirianku. Termasuk tidak memperhatikan kursi roda ajaibku, apaiah batere nya masih ada dan cukup untuk pulang, ataukah harus di charge?
Ketika aku mengikuti alur pedestrian yang akan menyeberang, melewati zebracross besar dan panjang, aku pun asik mengamati orang2 itu dari belakang.
Di jam sekian, sekitar jam 14.00 sore, yang banyak adalah anak2 muda atau beberapa turis ading. Sepertinua, anak2 muda itu baru pulang kuliah. Atau eksekutif2 muda, sibuk beriari2 bahkan banyak yang hampir "bertabrakkan" sesama pedestrian, hihihi .....
Mungkin mereka harus mengejar kereta, untuk meeting di suatu tempat. Aku janjian dengan rekan bisnis nya. Atau banyak kemungkinan2 yang lain.
Dan yang turis2 asing seperti aku, mereka sibuk membaca peta, baik dari "Google Map", atau peta yang pasti diberikan oleh petugas stasiun.
Mereka semua sibuk sendiri2. Pejalan kaki lokal itu, adalah "pejalan kaki jaman now", yang fully ber-gadget-ria. Bukan hanya jika mereka menunggu lampu hijau menyala untuk menyeberang saja, bahkan sambil berjalan pun jata nereka tidak lepas dari hp atau tablet mereka!
Ga salah jika mereka sering hampir bertabrakkan dengan sesama pejalan kaki. Bahkan, beberapa orang hampir menabrakku! Dan ujung2 nya mereka kaget, berhenti dan bolak balik mrminta maaf padaku dengan cara membungkukkan badannya dan berusaha untuk berbicara denganku, walau aku sama sekali tidak mengerti apa yang mereka katakana, karena dengan bahasa Jepang nya .....
Begitu lampu hijau menyala bagi pejalan kaki, kamipin bergerak maju. Dan aku mengikuti arus.
Tetapi, tiba2 ......
What ???
Kursi roda ajaibku mendadak berhenti! Stuck dan benar2 tidak bisa bergerak!
Posisiku berada di atas zebracross, tetapi belum terlalu ketengah. Masih agak dekat dengan pedestrian, tetapi bisa saja mobil uang tidak berhati2, menyerempetku atau bahkan menabrakku! Astagaaaa .....
Panik? Tentu .....
Panik karena, aku mungkin tidak bisa "berjalan" dengan kursi rodaku dan bagaimana aku bisa pulang ke apartemen anakku, yang berjarak belasan stasiun sekitar 30 menit naik kereta?
Panik karena aku tidak bisa juga menghubungi anakku lewat hp, karena batere hp ku pun habis. Padahal, mungkin anakku bisa menjem[utku, bukan? Ditambah, posisiku sangat berbahaya, walau bukan di tengah jalan, tetapi resiko posisiku bisa membuat aku tertabrak!
Bingung? Pasti .....
Aku hanya bisa bengong sesaat. Setelah itu, Puji Tuhan aku mampu berpikir cepat,
"Apa yang bisa aku lakukan?"
Aku terus diam di atas kursi roda, karena aku tidak tahu harus bagaimana. Berpikir, berpikir dan berpikir. Mungkin sekitar 30 menit aku diam saja. Mataku jelalatan, dan melihat orang2 disekitarku. Mungkinkah aku meminta bantuan mereka?
Aku yakin, mereka bisa bantu, tetapi aku tahu mereka tidak bisa Bahasa Inggris. Jadi, bagaimana dia akan fully bantu aku? Mataku terus melihat mereka, justru aku tersenyum terus. Karena terlihat, mereka sangat sibuk dengan gadget mereka atau dengan kesibukan mereka!
"Ah ..... tidak! Aku harus bisa sendiri!", itu tekadku.
Lalu, tanganku bergerak. Tuhan menggerakkan tanganku. Aku menyalakan tombol batere kursi roda ajaibkuku. Terlihat lampu merah menyala! Wah, ada kemajuan. Walau masih merah, tetapi setelah aku gerakkan mesinnya, kursi roda ajaibku, bergerak maju!
Puji Tuhan!
Aku menggerakkan kursi rodaku, untuk mundur dari posisiku di atas zebracross, dan mencari tempat yang lebih aman dan nyaman. Aku bisa membawa kursi rodaku, mendekati stasiun Shinjuku. Dan ketika berhenti di titik yang aku anggap nyaman dan aman, baterenya benar2 mati lagi! Wah .....
Tetapi aku belajar, seperti batere hp akan sedikit 'naik' jika hp kuta matikan agak lama sebelum ada tempat untuk charge. Ternyata, begitu juga batere kursi roda ajaibku. Aku hanya menunggu saja. Kalau tadi 30 menit aku menunggu di atas kursi rodaku di zebracross, sekarang berarti aku harus menunggu lebih dari 30 menit. 1 jam cukup, kah?
Akhrnya, aku benar2 menunggu 1 jam. Dengan berbekai beberapa onigiri dan inari, serta 2 botol jus buah yang aku selalu bawa di kursi rodaku untuk cemilan, ternyata itu membuat aku bisa bertahan untuk makan siang. Ya ..... aku makan siang di depan stasiun Shinjuku, di alah satu titik dekat tiang kolom, makan onigiri dan inari, serta 2 botol jus buah, sambil mataku jelalatan mengamati orang2 yang berseliweran disana .......
Banyak dari mereka, tertawa, tersenyum atau kasak kusus, tetapi aku tidak pedyli, karena aku tahu, mereka tidak mau melecehkan aku, koq. Mata mereka mengatakan itu. Mereka hanya heran melihat aku, seorang perempuan asing cacat, duduk di atas kursi roda sambil makan serta matanya yang jelalatan ....
Hahahahaha ......
Bukan salah mereka, kan? Salah ku, dengan kondisi yang memang sebenarnya cukup membuat orang2 akan tersenyum .....
***
Dan 1 jam kemudian, setelah aku menghabiskan cemilanku yang menjadi makan siangku, aku memencet tombol batere, Puji Tuhan ...... bukan hanya tombol merah saja, tetapi ada 1 strip isi batereku, yang akhirnya bisa membawaku pulang ke Funabashi Hoten ......
Â
Sebelumnya :Â
"Pedestrian Bertingkat", Masa Depan Kota Metropolitan [Kasus di Tokyo]Â
Shinjuku : "Gedung Kembar", Kota dan Pejalan KakinyaÂ
Terminal Bus [Terbesar]Basuta Shinjuku, ada di Lantai 4F Stasiun Kereta Shinjuku! Canggih!Â
[Bagian 2] Ada Apa di Stasiun Tokyo? Ada yang "Aneh" .....Â
[Bagian 1] Ada Apa di Stasiun Tokyo?Â
Stasiun Shinjuku Mempunyai Lebih dari 200 Â Pintu Keluar!Â
Perbedaan Antara Japan Rail (JR) dengan Tokyo MetroÂ
Berkeliling Jepang Dalam Satu Harga Murah dengan "Bullet Train"Â
Shibuya Bukan Hanya Ada "Hachiko" dan "Shibuya Crossing" sajaÂ
"Shibuya Crossing" : Menyeberang dalam Lautan ManusiaÂ
Hachiko, Kisah Kesetiaan Seekor Anjing = Refleksi Kesetiaan DiriÂ
Stasiun Shibuya, Tempat Hachiko Menunggu Tuannya Puluhan Tahun LaluÂ
Kinshicho, Area Komersial di Tokyo Berharga "Miring"Â
Sensasi Berbeda Melihat Tokyo di Ketinggian dari SolamachiÂ
Kampus Terbuka Chiba Institute of Technology di Tempat Wisata Solamachi SkyTreeÂ
Tokyo SkyTree : Pohon Mengulir ke 'Negeri Raksasa'Â
"Tokyo Banana", Souvenir Manis dari JepangÂ
Sumida River di Asakusa, Â Area Terbesar Wisata di TokyoÂ
'Abu' Ribuan Orang Korban Gempa dan Serangan Perang Dunia II, di Yokoamicho ParkÂ
Museum Edo-Tokyo yang Menghormati dan Menggratiskan Tiket untuk DisabilitasÂ
Sepeda Jengki yang "Kekinian" sebagai Moda Transportasi di JepangÂ
"Jalan Tikus" Ryogoku di Sisi StasiunÂ
Menikmati Kehidupan di RyogokuÂ
"Ryogoku", Dunia Pesumo Sejati JepangÂ
Berkeliling Jepang Dalam Satu Harga [Murah] dengan "Bullet Train"Â
Travelling di Jepang adalah 70% KeretaÂ
Dari Kinshicho ke Funahabashi HotenÂ
Mencoba Berbagai Moda Transportasi Keliling TokyoÂ
Sendirian, Keliling Tokyo Hanya dengan Kursi Roda 'Ajaibku'Â
Funabashi, "Kota Belanja" untuk Turis yang Tidak Siap dengan Harga Mahal JepangÂ
Funabashi, Konsep Kota Ideal Â
Bukan Sekedar Berkuda di Funabashi HotenÂ
"Aku Ingin Tinggal di Rumah Nobita, yang Ada Doraemon", dan [Hampir] Menjadi KenyataanÂ
"Negeri Impian" Funabashi Hoten Â
Sekali Lagi, Mengapa Funabashi Hoten?Â
'Funabashi-Hoten', Kota Kecil Awal Sebuah KemandirianÂ
Denyut Kehidupan di Nishi Funabashi sebagai "Kota Transit"Â
Awal Perjuangan untuk Menaklukan Jepang di Nishi FunabashiÂ
'Nishi Funabashi', Sebuah Kota Kecil Tempat Hatiku BerlabuhÂ
Mengapa Chiba? Sebuah Negara dari 'Antah Berantah' dengan Bahasa dan Tulisan Cacingnya, Duniaku yang Baru .....Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H