By Christie Damayanti
Cerita "keanehan" stasiun Tokyo sungguh membuat aku penasaran. Jujur, next aku kesana lagi bulan September 2018 besok, aku akan melakukan riset kecil2an, mengapa hanya sekedar transit dan pidah ereta saja, koq lama sekali? Padahal, aku sering pibdah2 kereta menuju stasiun destinasi, tetapi tidak ada yang selama ini, termasuk stasiun Shinjuku yang lebih besar dari stasiun Tokyo .....
Hmmmmm ..... penasaran ku, membuatku terus mencari tahu ..... tunggu artikelku ini .....
Pengenalantentang Stasiun Tokyo ku, dimulai dari googling. Jika stasiun Shinjuku adalah yang tersibukbdan terbesar diseluruh Jepang, serta tasiun Shinjuku adalah yang tersibuk dalam hal penumpangnya, maka stasiun Tokyo adalah yang tersibuk dalam hal jumlah kereta yang lalu lalang setiap harinya.
Stasiun imi melayani 3 jalur operator, yaitu JR East, JR Central dan Tokyo Metro Subway. Dan kereta Shinkansen sebagian besar dilayani sebgai entry dan endingnya di stasiun ini. Jija stasiun Shinjuku mempunbyai lebih dari 200 pintu keluar dan sudah dicatat di Guiness Record, berbeda dengan stasiun Tokyo.
Stasiun ini mempunyai 6 pintu keluar utama, dan ada beberapa pintu keluar kecil. Panjangnya stasiun ini adalah jalur pemisah antara 2 kawasan.
Ketika aku dipandu oleh petugas stasiun untuk pindah kereta, yang memakan waktu hamper 1 jam, berbelok2, naik turus, berputar2, pada kenyataannya memang stasiun ini sangat cantik dan mempunyai titik2 "point of interest". Jujur, sebebarnya aku justru ingin lebih lama lagi disana.Â
Andaikan kursi rodaku di dorong oleh petugas, aku bisa menikmatinya dengan menjepret interior dan eksteriornya, bahkan artistic dekoratifnya memang sungguh klasik dan cantik! Sayang, aku hanya bias sedikit merekamnya di otakku ......
Sebagai dari stasiun Tokyo, banyak kuliner yummy. Hitel2 terbaik, perkantoran mewah serta sebuah gallery seni.
Dan yang aku baca dari sebuah brosur, ternyata di stasiun ini, ada "3 jalan utama", Character Street, Tokyo Okashi Land (atau Confectionery Land) dan Ramen Street. Hmmmm, menarik sekali! Bener deh, September ini aku akan mengeksplore stasiun ini! Tunggu saja .....hihihi .....
Stasiun ini dipurar dan rirestorasi sesuai dengan keadaan awalnya. Dalam Perang Dunia II, stasiun ini Konsep bangunan lama dan klasik Eropapernah dibom dan atapnya diganti sementara, tetapi Jepang memang luar biasa!
Sebagai salah satu Negara yang sangat peduli tentang sejarah, stasiun Tokyo benar2 direstorasi sesuai dengan kejayaan banguana aslinya di awal tahun 1914.
Nahhh ...... ini yang aku cari tentang stasiun Tokyo : Stasiun Tokyo memang berkonsep "labirin!"
Apa itu labirin?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, labirin/la*bi*rin/n adalah 1 tempat yang penuh dengan jalan dan lorong yang berliku-liku dan simpang siur; 2 sesuatu yang sangat rumit dan berbelit-belit (tentang susunan, aturan, dan sebagainya). (Sumber : https://kbbi.web.id).
Coba lihat, bagaimana rumitnya stasiun ini. Bukan karena pintu keluarnya yang lebih dari 200 seperti di stasiun Shinjuku, tetapi krumitan yang lain. Bagian2 untuk menuju ke p0latform2 itu, terbagi menjadi 2 bagian : utara dan selatan.
Sehingga, jika kita mau berpindah ke bagian utara dari selatan, kita juga harus mengingat2, apakah tadi dari selatan atau dari utara?
Itu yang membuat rumit! Jika stasiun yang lain tidak di desain poros "utara0selatan" seperti ini, kita hanya berpindah seperti biasa, dengan mengikuti jalur2 keretanya ......
***
Dan karena stasiun Tokyo mempunyai struktur yang sangat rumit, maka pengunjung pun sangat mudah untuk tersesat.
Begini :
Konsep arsitektural klasik gaya Eropa, memang mempunyai konsep khusus, dimana stasiun Tokyo mempunyai konsep yang demikian. Tidak seperti stasiun2 di Jepang yang modern, termasuk stasiun Shinjuku. Walau stasiun Shinjuku sangat besar, jauh lebih besar daripada stasiun Tokyo, disana kita juga mudah tersesat kareena lebih dari 200 pintu keluarnya!
Sedangkan, jika di stasiun Tokyo, dengan konsep denal dan penempatan fungsionalnya, yang (mungkin) tidak terlalu baik (karena stasiun ini difungsikan dengan yang sama di jaman dulu, sehingga bpembaharuan konsep stasiunnya agak terabaikan).
Sooooo .....
Terjawab sudah rasa penasaranku!
 Tips agar tidak mudah tersesat :
Stasiun Tokyo memang rumit, karena terbagi dari 2 bagian sepanjang bangunan, yaitu utara selatan. Kita harus ingat tentang nama2 pintu keluarga. Jangan lupa, bahwa semua pintu keluar dibagi menjadi utara dan selatan. Dan yang lebih pas lagi, jangan malu untuk bertanya, walau mungkin mereka tidak bias atau susah untuk berbahasa Inggris.
***
Semula tadi siang, ketika aku menuliskan tentang Stasiun Tokyo ini, dan berdasarkan pengalamanku 2x harus berputar2, naik turun dan berbelok2 untuk pindah kereta di stasiun ini, ada hal yang sedikit "mistis". Hahaha ..... sebenarnya, aku sebagai orang teknik, tidak percaya hal2 demikian.
Tetapi stasiun ini memang sebuah stasiun kuno dengagn keklasikkannya. Dan ada cerita2 "mistis" disitu, pasti! Apalagi, ketika jaman Perang Dunia II, stasiun ini pernah di bom yang mengakibatkan paastinya ada kematian disana.
Konsep yang sedemikian rumit ala labirin dari bangunan2 kuno Eropa, ternyata menjadikan stasiun ini sangat "ditakuti", disbanding dengan stasiun Shijuku dengan lebih dari 200 pintu keluarnya. Karena ternyata, penduduk lokalpun yang jarang melewati stasiun2 ini, mereka menghindarinya, dengan jalan mencari alternative perjalanannya.
Tetapi, tidak untukku!
Aku justru tertantang untuk "memecahkan" penasaranku, untuk bias aku tidak tersesat dan mengeksplor stasiun ini, dengan menikmati fasilitas2 cantik yang disediakan oleh pemerintahuntuk warga dan wisatawannya .....
Ah ..... senangnya .....
Sebelumnya :
[Bagian 1] Ada Apa di Stasiun Tokyo?
Stasiun Shinjuku Mempunyai Lebih dari 200 Â Pintu Keluar!
Perbedaan Antara Japan Rail (JR) dengan Tokyo Metro
Berkeliling Jepang Dalam Satu Harga Murah dengan "Bullet Train"
Shibuya Bukan Hanya Ada "Hachiko" dan "Shibuya Crossing" saja
"Shibuya Crossing" : Menyeberang dalam Lautan Manusia
Hachiko, Kisah Kesetiaan Seekor Anjing = Refleksi Kesetiaan Diri
Stasiun Shibuya, Tempat Hachiko Menunggu Tuannya Puluhan Tahun Lalu
Kinshicho, Area Komersial di Tokyo Berharga "Miring"
Sensasi Berbeda Melihat Tokyo di Ketinggian dari Solamachi
Kampus Terbuka Chiba Institute of Technology di Tempat Wisata Solamachi SkyTree
Tokyo SkyTree : Pohon Mengulir ke 'Negeri Raksasa'
"Tokyo Banana", Souvenir Manis dari Jepang
Sumida River di Asakusa, Â Area Terbesar Wisata di Tokyo
'Abu' Ribuan Orang Korban Gempa dan Serangan Perang Dunia II, di Yokoamicho Park
Museum Edo-Tokyo yang Menghormati dan Menggratiskan Tiket untuk Disabilitas
Sepeda Jengki yang "Kekinian" sebagai Moda Transportasi di Jepang
"Jalan Tikus" Ryogoku di Sisi Stasiun
Menikmati Kehidupan di Ryogoku
"Ryogoku", Dunia Pesumo Sejati Jepang
Berkeliling Jepang Dalam Satu Harga [Murah] dengan "Bullet Train"
Travelling di Jepang adalah 70% Kereta
Dari Kinshicho ke Funahabashi Hoten
Mencoba Berbagai Moda Transportasi Keliling Tokyo
Sendirian, Keliling Tokyo Hanya dengan Kursi Roda 'Ajaibku'
Funabashi, "Kota Belanja" untuk Turis yang Tidak Siap dengan Harga Mahal Jepang
Bukan Sekedar Berkuda di Funabashi Hoten
"Aku Ingin Tinggal di Rumah Nobita, yang Ada Doraemon", dan [Hampir] Menjadi Kenyataan
"Negeri Impian" Funabashi HotenÂ
Sekali Lagi, Mengapa Funabashi Hoten?
'Funabashi-Hoten', Kota Kecil Awal Sebuah Kemandirian
Denyut Kehidupan di Nishi Funabashi sebagai "Kota Transit"
Awal Perjuangan untuk Menaklukan Jepang di Nishi Funabashi
'Nishi Funabashi', Sebuah Kota Kecil Tempat Hatiku Berlabuh
Sebuah Negara dari 'Antah Berantah' dengan Bahasa dan Tulisan Cacingnya, Duniaku yang Baru .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H