Area Shibuya, Shinjuku dan Harajuku memang berdekatan. Antara ketiga area itu, masih berjarak satu stasiun kereta saja. Jadi, seperti yang aku lakukan, jika mau ke Shibuya mencari Hachiko, kita pasti juka ke Shinjuku dan Harajuku.
Ok lah, aku akan terus menuliskan tentang ini semua bergantian. Setelah dari Shibuya dan bertemu dengan Hachiko, adakah yang tahu tentang Stasiun Shinjuku?
Stasiun Shinjuku (Shinjuku-eki) adalah stasiun kereta api yang terletak di Shinjuku, Tokyo, Jepang. Stasiun ini berfungsi sebagai stasiun penghubung utama lalu lintas kereta api antara kawasan bisnis Tokyo dengan daerah-daerah di sebelah baratnya. Stasiun Shinjuku digunakan kira-kira oleh 3,64 juta orang per hari pada tahun 2007, membuatnya sebagai stasiun tersibuk di dunia berdasarkan banyaknya penumpang (Wikipedia).
Yang terpenting adalah, bahwa Stasiun Shinjuku mempunyai lebih dari 200 pintu keluar dan tercatat di Guinness World Records.
Waaaaaa......
Terpikir tidak, sebuah stasiun mempunyai lebih dari 200 pintu keluar? Betapa besarnya stasiun itu? Yang pasti, Stasiun Shinjuku tidak besar-besar amat. Mungkin lebih besar Stasiun Tokyo, sebuah stasiun terbaik dan tertua di Tokyo. Besar dan mewah! Bukan modern Jepang ......
Tetapi Stasiun Shinjuku terdiri dari banyak lantai, ke ..... bawah! Ya! Semua stasiun di Tokyo khususnya, lapisan lantainya lebih ke bawah tanah, bukan ke atas tanah. Dan yang aku tahu sampai sekarang, dan aku pernah mengalaminya, Stasiun Shinjuku mempunyai 7 lantai atau 7 lapis lantai ke bawah tanah .....
***
Stasiun Shinjuku, ternyata merupakan stasiun terbesar di seluruh Jepang (bukan Stasiun Tokyo), dan tersibuk di dunia. Bangunannya sendiri, stasiun ini saling terhubung dengan bangunan-bangunan lainnya, dan bertumpuk menjadi satu kesatuan dengan stasiun dan jalur-jalur pertokoan dan perkantoran bawah tanah. Dari 7 lapisan antai ke bawah tanah, sangat masuk akal, jika stasiun ini mempunyai lebih dari 200 buah pintu keluar, yang tergabung dengan 53 peron kereta.
Sebagai seorang arsitek, konsep komprehensif seperti ini memang wajib dipelajari. Tetapi dariku sendiri, tidak pernah terpikir untuk mendesain terminal bus di atas stasiun kereta! Ya, aku tahu, Jepng adalah nomor 1 untuk konsep2 teknologi. Jadi, tidak heran jika Jepang mampu mempuyai desainer-desainer keren seperti ini.
Apalagi, Jepang termasuk negaraq "kecil" dan padat penduduknya, serta "negara gempa". Ternyata, teknologi Jepang, mampu menciptakan kreativitas-kreativitas teknologi, untuk desain komprehensif sistem transportasi, yang tidak "melebar". Sistem transportasi yang bertumpu. Terminal bus di atas stasiun kereta terbesar di seluruh Jepang ......
***
Ketika aku melakukan perjalanan ke Gotemba (area terbaik untuk melihat Gunung Fuji), sekitar 1,5 jam jarak dari Tokyo via bus atau kereta biasa, tentunya lewat stasiun Shinjuku. Seperti yang aku sudah tuliskan, Stasiun Shinjuku adalah pusat stasiun di Jepang. Dari Funabashi, tempat tinggalku jika aku ke Jepang karena anakku mmpuyai apartemen disana, kami ke Shinjuku, lalu mencari cara untuk ke Gotemba.
Jika aku mempunyai JR Pass, aku tidak akan pusing-pusing untuk naik bus, karena ketika sampai Shinjuku, aku akan langsung mencari platform untuk naik Shinkansen. Tetapi karena aku tidak membeli tiket JR Pass, aku punya alternatif ke Gotemba dengan 2 cara, dengan kereta biasa atau dengan bus.
Kereta biasa, sebenarnya tidak masalah, tetapi kata petugas stasiun, kereta itu hanya ada 1 jam sekali. Maklum, Gotemba bukan di Tokyo tetapi cukup jauh keluar kota. Mungkin seperti Jakarta ke Bandung. Jika naik bus, bisa cepat karena bus ke Gotemba ada setiap 15 menit. Dan harga tiketnya hampir sama denan tiket kereta biasa, sekitar 1800 Yen.
Dari sinilah, aku memelajari konsep komprehensif antara sistem transportasi kereta dan bus dalam 1 gedung atau bangunan .......
Pengamatanku bukan hanya sekadar konsepnya saja, melainkan di semua stasiun di Jepang, pasti kita bisa menemukan map atau peta. Dan map ini sangat membantu untuk mencari arah. Karena, tidak akan langsung kita bisa mencari jalan keluar ke tempat yang kita tuju, lho!
Jika hanya sekedar keluar ke pintu keluar, bisa saja, tetapi kita mungkin tidak bisa langsung ke tujuan kita. Mungkin, tujuan kita ke A, tetapi kita keluar ke pintu ke B. Alhasil, kita malah kesasar. Dan harus berputar untuk mencapai tujuan kita ke A. Itulah gunanya peta.
Hahaha .....
Tetapi paling tidak, ada niat kita untuk mempelajarinya. Karena jika kita benar-benar tergantung kepada teman atau orang lain dan kita tidak mau mempelajarinya, percaya deh ...... kita akan kesasar dan "hilang" ditengah rimba kerumunan manusia .....
***
Ya ...... Stasiun Shinjuku bisa dikonotasikan sebuah tempat yang sibuk sekali, di mana orang-orangnya tidak peduli satu sama lain karena sibuk dan berlarian mengejar kereta selanjutnya. Mereka juga sibuk dengan gadget di tangan mereka, serta bisa-bisa mereka menabrak kita, yang terbengong-bengonng mencari jalan keluar ......
By Christie Damayanti
Sebelumnya:
- Perbedaan Antara Japan Rail (JR) dengan Tokyo Metro
- Berkeliling Jepang Dalam Satu Harga Murah dengan "Bullet Train"
- Dimana-mana Ada "Hachiko"
- Shibuya Bukan Hanya Ada "Hachiko" dan "Shibuya Crossing" saja
- "Shibuya Crossing" : Menyeberang dalam Lautan Manusia
- Hachiko, Kisah Kesetiaan Seekor Anjing = Refleksi Kesetiaan Diri
- Stasiun Shibuya, Tempat Hachiko Menunggu Tuannya Puluhan Tahun Lalu
- Kinshicho, Area Komersial di Tokyo Berharga "Miring"
- Sensasi Berbeda Melihat Tokyo di Ketinggian dari Solamachi
- Kampus Terbuka Chiba Institute of Technology di Tempat Wisata Solamachi SkyTree
- Ada Disney Store, Hello Kitty, Pokemon Center, Rilakkuma, Moomin, Totoro Bahkan "Caf Dog" di Tokyo SkyTree
- Tokyo SkyTree : Pohon Mengulir ke 'Negeri Raksasa'
- "Tokyo Banana", Souvenir Manis dari Jepang
- Dunia Wisata "Tokyo SkyTree"
- Sumida River di Asakusa, Area Terbesar Wisata di Tokyo
- 'Abu' Ribuan Orang Korban Gempa dan Serangan Perang Dunia II, di Yokoamicho Park
- "Samurai" di Ryogoku Park
- Museum Edo-Tokyo yang Menghormati dan Menggratiskan Tiket untuk Disabilitas
- Sepeda Jengki yang "Kekinian" sebagai Moda Transportasi di Jepang
- "Jalan Tikus" Ryogoku di Sisi Stasiun
- Menikmati Kehidupan di Ryogoku
- "Ryogoku", Dunia Pesumo Sejati Jepang
- Berkeliling Jepang Dalam Satu Harga [Murah] dengan "Bullet Train"
- Travelling di Jepang adalah 70% Kereta
- Dari Kinshicho ke Funahabashi Hoten
Mencoba Berbagai Moda Transportasi Keliling Tokyo - Sendirian, Keliling Tokyo Hanya dengan Kursi Roda 'Ajaibku'
- Funabashi, "Kota Belanja" untuk Turis yang Tidak Siap dengan Harga Mahal Jepang
- Funabashi, Konsep Kota IdealÂ
- Beranjak ke Kota Funabashi
- Bukan Sekedar Berkuda di Funabashi Hoten
- "Aku Ingin Tinggal di Rumah Nobita, yang Ada Doraemon", dan [Hampir] Menjadi Kenyataan
- "Negeri Impian" Funabashi HotenÂ
- Sekali Lagi, Mengapa Funabashi Hoten?
- 'Funabashi-Hoten', Kota Kecil Awal Sebuah Kemandirian
- Denyut Kehidupan di Nishi Funabashi sebagai "Kota Transit"
- Awal Perjuangan untuk Menaklukan Jepang di Nishi Funabashi
- 'Nishi Funabashi', Sebuah Kota Kecil Tempat Hatiku Berlabuh
- Mengapa Chiba?
- Sebuah Negara dari 'Antah Berantah' dengan Bahasa dan Tulisan Cacingnya, Duniaku yang Baru .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H