Aksesibilitas itu bukan hanya sekedar "bagaimana kita bisa mencapai tempat tersebut" dan berada dalam koridor "perhubungan atau lalu lintas" saja, tetapi juga termasuk bagaimana penyandang disabilitas "bergerak" menuju kesana.
Pergerakan masing2 manusia itu berbeda, terutama bagi penyandang disabilitas. Apalagi penyandang disabilitas pemakai kursi roda atau disabilitas daksa. Ada jarak2 tertentu, secara internasional bisa dibuktikan bahwa pergerakan manusia memang harus di riset.
Misalnya, berapa centimeter kita melangkah? Berapa  centimeter jika tangan kita mengakat kesamping? Atau bagaimana atau berapa jauh tongkat putih disabilitas netra menjadi pedoman bagi penggunanya?
Esensinya adalah, ukuran dasar ruang 3 dimensi (panjang, lebar, tinggi) mengacu epada ukuran tubuh manusia dewasa, peralatan yang dibunakan (misalnya, menggunakan tongkat, stroller, atau kursi roda) dan ruang yang dibutuhkan untuh mewadahi pergerakkan penggunanya.
Artinya juga, bahwa ukuran dasar ruang, diterapkan dengan mempertimbangkan fungsi bangunannya. Jika di rumah peibadi, ukuran daras ruang nya sebebas2 nya, tergantung berapa luar / besar rumahnya.
Tetapi jika berada di ruang publik yang dipakai oleh semua masyarakat umum, maka harus menggunakan ukuran dasar minimum. Dimana dengan ukuran dasar minimum ini, diharapkan pergerakkan manusia standard, bisa dilakukan dengan cukup nyaman.
Untuk manusia normal dengan dingin sekitar 170an, akan akan mempunyai postur tubuh dengan lebar tubuh (dari bahu ke bahu) sekitar 60 cm -- 70 cm. Dan jika kita menhadap samping, kita akan melihat ukuran tubuh kita  (dari depan ke belakang) sekitar 20 cm -- 25 cm.
Nah, dari dasar tubuh kita, untuk disabilitas netra pemakai tongkat putih misalnya, akan mempunyai postur tubuh + beserta tongkat putihnya adalah 90 cm dan dari samping + dengagn tongkat puithnya 100 cm.
Ini bisa menjadi patokan untuk standardisasi. Tetapi jika kia mempunyai keluarga dengan postur tubuh lebih besar dari yang tertulis diatas, tentu akan berbeda, dan kita bisa memprediksinya lewat riset2 kecil.
Tetapi jika pemakai kursi roda manual, pergerakan dan manuvernya cukup besar. Sehingga benar2 membutuhkan ruang yang cukup luas untuk kursi roda belok kanan dan belok kiri, atau memutar balik.
Itu pun jika si penyandang disabilitas masih bisa memakai kedua tangannya untuk mengayuh kursi rodanya! Sekarang, coba bayangkan jika aku sebagai penyandang disabilitas pemakai kursi roda, dan tangan kanan dan kaki kanan ku lumpuh, apakah aku bisa mengayuh kursi rodaku?
TIDAK! Mengapa?
Jika aku mengayuh dengan tangan kiri saja, kursi rodaku tidak akan berjalan karena tidak ada kekuatan untuk mengayuh. Jadi, kursi rodaku bisa bergerak jika aku ikut sertakan kaki kiriku saja karena kaki kananku juga lumpuh.
Apakah kursi rodaku bisa bergerak? Ya, bisa. Tetapi tidak seperti yang aku butuhkan karena kursi rodaku akan berjalan sekehendaknya saja karena hanya sisi kiri saja yang bisa menggerakkan kuresi roda, yang pastinya akan terus miring ke kanan ......
Juga sekali lgi coba dibayangkan ..... ketika penyandang disabilitas itu benar2 "tidak mampu", dan harus mengayuh kursi rodanya, "sudah cacat malah tertimpa tangga juga", apakah tega???
***
Belum lagi tentang berbarengan lebih dari 1 kursi roda dan berpapasan. Lalu kursi roda masuk ke dalam sebuah pintu standard. Atau kursi roda di jalur yang sempit. Itu semuanya butuh pemahaman yang luas bahwa sebuah kursi roda adalah bisa sebagai alat bantu bagi penyandang disabilitas.
Tetapi sebuah kursi roda juga mempunyai keterbatasan2 sendiri. Jika kursi roda elektrik dianggap lebih gampang untuk berjalan, tetapi harus disadari bahwa kursi roda elektrik aan berharga sangat mahal, diatas 15 juta yang termurah. Dimana untuk kursi roda manual standard bisa hanya 700 ribu saja (untuk bekas pakai).
Ini adalah dilema. Tetapi ketika Tuhan memberikan hidup kita tidak sesempurna orang lain, Tuhan pasti juga memberikan talenta yang berbeda dengan orang lain. Bahwa Tuha adalah Maha Adil, asalkan kita mampu "melihat" rencananya lewat mata batin kita.
Bahwa, penyandang disabilitas seperti aku ini, tetap mampu untuk melihat pancaran Kasih NYA lewat kehidupan kita sebagai umat NYA ......
Sumber :
Keputusan Menteri Perhubungan No.71 Tahun 1999
Keputusan Meteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006
Sebelumnya :
 Seperti Apa, Pedoman 'Ruang Publik' Aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas?
'Parkir Disabled' malah Untuk Parkir Valet!Â
Taman [Bermain] 'Ramah Disabilitas?' Lebay, ah .....
Sebenarnya, Bagaimana Standardisasi [Minimal] untuk 'Toilet Disabled?'
Ruang Publik yang Harus Aksesibel bagi Disabilitas
"Rute Aksesibel" pada Jembatan Penyeberangan [Juga Bagi Disablitas]
Aksesibilitas Bagi Disabilitas di Ruang Publik Luar Bangunan
Pedestrian untuk Disabilitas tanpa Diskriminasi
'Pedestrian Baru' Jakarta, Hasilnya Apa?
Konsep 'Universal Design' Secara Internasional bagi Disabilitas
Dasar untuk Membangun "Kota Ramah Disabilitas"
Kami Belajar dengan Cara "Berbeda", Tidak Lebih Baik, Tidak Juga Lebih Buruk .....
Menyesuaikan Tempat Kerja, Bukan Berarti Perombakan Besar-Besaran
'Pergumulan' Penyandang Disabilitas
'Tampilan Bahasa' di Dunia Inklusi
Tersenyum dan Tertawalah Kepada Kami, untuk BerinteraksiÂ
Pekerja Disabilitas : Hak Mereka Sama, Mimpi Mereka pun Sama .....
'Analisa Pekerjaan' bagi Pekerja Disabilitas, Perlukah?
Bagaimana Cara Mempekerjakan Penyandang Disabilitas?
Akses Kaum Disabilitas untuk Bekerja
"Beban Negara"kah, Kaum Disabilitas?
Kisah Seorang Gadis Tuna RunguÂ
"Zona Nyaman" Bagi Disabilitas di Lingkungan Pribadi
"Dibalik Kelemahan Kami, Adalah Kekuatan Kami" [Dunia Disabilitas]
Penyakit 'Multiple Sclerosis' yang Meremukkan Seorang Sahabatku, Semakin Memburuk .....
Keterbatasan Mereka Justru adalah Kekuatan Mereka
Sekali Lagi, "Mereka Ada" : Catatan dari Rawinala
'Mereka' adalah Inspirasi yang Terpendam .....
Penyandang 'Pasca Stroke' Diminta Pensiun Dini? Sedih .....
Kaum Disabled Jangan Manja, Karena Kepedulian Itu Masih Lama!
Oda itu Adalah Sahabatku
'Hidup di Jakarta itu Serasa Dalam Hutan, Siapa yang Kuat Dialah yang Menang!'
Terpuruk? Apalagi Sebagai Insan Pasca Stroke, Sangatlah Manusiawi!
Untukmu Indonesiaku, dari Aku 'Ordinary Disabled Woman coz of Stroke' .....
Â
Cacat? Disabilitas? Mimpi Kita Semua Sama, koq!
Tolong Pedulikan Kami: Adakah yang Tahu dan Peduli dengan 'Toilet Disabled?'
'Peduli Disabilitas' : Dunia Berharga Penuh Makna
Sebuah Catatan dari Kaum Disabled
Di Sebuah Kota yang Ramah bagi Warga 'Disabled', seperti Aku .....
Sudahkah Kita Menjamin Aksesibilitas bagi Warga 'Disabled' di Indonesia ?
Warga 'Disabled' Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa : Sebuah Perenungan Diri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H