Juga lihat foto diatas. Jika tangga untuk turun kebawah dengan keterjalan standard seperti ini, ramp sangat membutuhkan ruang lebih banyak untuk turun. Maksimal 5 derata kemiringan untuk kenyamanan kursi roda.
2. Permukaan jalan dengan  material yang rata tetapi 'kesat'.
Rata berarti, jangan berbatu2 karena sebagai pemakai kursi roda, sangat tidak nyaman untuk duduk di atasnya jika permukaan jalan tidak rata. Dan sangat sulit, jika pengguna kursi roda harus mengayuh kursirodanya di jalanan berbatu2. Kesat, adalah permukaan jalan yang tidak licin, jika turun hujan. Membahayakan pengguna jalan, termasuk pengguna kursi roda.
3. Fasilitas zebra-cross yang mumpuni.
Dan di titik tertentu, pejalan kaki harus nyaman dan aman untuk menyeberang. Rambu zebra-cross nya pun jangan terlalu pendek, sehingga pengendara mempunyai kesempatan untuk berhenti di atas zebracross, dan penyandang disabilitas, tidak mempunyai akses untuk menyeberang dengan nyaman dan aman.
4. Bagi kaum disabilitas yang lain, seperti disabilitas netra, tentu harus mempunyai rambu2 khusus.
Seperti, jalur permukaan jalan untuk tongkat putih mereka, yang sudah aku tuliskan di bab sebelumnya. Untuk lift, ada tombol2 dengan huruf Braille, dan pembuatannya harus didampingi oleh yang menguasai huruf Braille. Karena jika 1 titik Braille salah, 'kata' itu tidak mempunyai arti bagi teman2 disabilitas netra.
5. Perlengkapan keamanan khusus untuk bantuan keselamatan jika terjadi force-majeur.Pertolongan pertama bagi disabilitas.
 Ini baru sebagian saja, masih banyak yang lebih detail. Aku hanya memberikan konsep2 standard, yang bisa membuat inspirasi bagi desainer dan pemerintah kota, khususnya Jakarta. Diarapkan, fasilitas2 'ramah disabilitas' dalam perkotaan, tidak tanggung2.
Karena jika tanggung, justru akan menyulitkan bagi kaum disabilitas. Seperti contoh diatas, tentang penyeberangan di stasiun kereta Tebet.