Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aksesibilitas bagi Disabilitas di Ruang Publik Luar Bangunan

14 September 2017   12:13 Diperbarui: 14 September 2017   22:03 3161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah pedestrian menjadi'ramah disabilitas', sebenarnya apa lagi yang harus diperhatikan?

Pedestrian perkotaan 'ramah disabilitas', merupakan hal yang seharusnya menjadi perhatian kota. Itu yang standard, sesuai yang aku tuliskan pada bab sebelumnya. Tetapi jika kota kita semakin bertumbuh dan semakin luas jangkauannya, pedestrian ramah disabilitas pun harus semakin banyak fasilitasnya.

Seperti misalnya. Jika sebuah kota kecamatan yang hanya kecil, tidak mempunyai akses luas untuk transportasi massal. Tetapi suatu saat kota kecamatan itu berkembang menjadi kota kabupaten, atau bahkan sampai menjadi kota metropolitan, tentulah fasilitas2 kota pun bertmbah.

Dengan pertambahan fasilitas2 perkotaan itu, misalnya ada terminal bus atau stasiun kereta, tentu aksesibilitas bagi kaumdisabled juga semakin bertambah.

Bagaimana kaum disabilitas mampu memasuki ruang public baru, di sebuah terminal bus atau stasiun kereta?  

Adakah ramp, pedestrian, bahkan lift jika memang ada beberapa lantai untuk menyeberang atau masuk ke kereta bawah tanah?

Seperti foto dibawah ini, dari tmanku yang waktu itu sedang berada di sana (Stasiun Kereta Tebet).

Dokumentasi dari mba Mia Warsito -- 14.9.2017
Dokumentasi dari mba Mia Warsito -- 14.9.2017
Foto diatas adalah lorong untuk menyeberang, lewat bawah tanah. Cukup terjal. Jika aku mengira2 kedalamannya sekitar 2 atau 3 lantai (dari perbandingan orang2 yang ada disana). Atau setidaknya sekitar 7,5 meter sampai 9 meter tingginya.

Pertanyaannya :

Jika seorang disabled pengguna kursi roda ingin / atau HARUS menyeberang, bagaimana dia mampu melakukannya? Sedangkan jika dia bisa masuk ke kereta dari sebuah stasiun, tetapi dia tidak bisa keluar dari sisi ini, apa yang terjadi?

Mungkin dia harus keluar stasiun lewat pintu yang lain tanpa harus naik turun tangga, tetapi dia harus menggerakkan kursi rodanya berputar, karena memang harus kea rah sana .....

***

Kepedulian2 yang mungkin tidak terpikirkan bagi banyak orang, pemerintah atau setidaknya, designer, harus jeli untuk mengadaptasikannya. Lewat konsep2 dan desain2 perkotaan. Contoh di Singapore :

Singapore memang adalah sebuah negara dan kota yang sangat kecil, dibandingkan dengan Jakarta. Mereka mendesain kota atau negaranya benar2 full 'ramah disabilitas'. MRT berupa lajur2 kereta bawah tanah dan di atas tanah pun saling silang untuk mengantar warga dan wisatawannya bepergian.

Jika kita mencari stasiun kereta di sebuah daerah, dengan gampangnya ada pintu masuk ke bawah tanah, denan menggunakan tangga2. Dan bagaimana dengan kaum disablitisanya?

Aku merasakannya sendiri. Ketika kita melihat tanda untuk sebuah stasiun kereta MRT, tidak jauh dari situ, ada lift untuk aku, penyandang disabilitas pemakai kursi roda. Memang tempatnya agak teersembunyi, karena ini di jalan raya. Tetapi pemerintah Singapore benar2 memberikan aksesibilitas seluas2nya bagi kami, kaum disabilitas.

Bukan hanya di Singapore. Hampir semua negara maju, yang mempunyai wawasan luas untuk semua warganya, bahwa kaum disabilitas pun mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Tetapi karena kaum disabilitas itu memang membutuhkan bantuan (karena mereka memang 'berbeda), untuk sebuah fasilitas, maka pemerintah negara2 tersebut jeli dan sangat peduli dengan kaum disabilitas.

Ketika Jakarta mulai belajar untuk menjadi kota metropolitan yang ramah bagi semua warganya, haruslah Jakarta pun semakin banyak belajar lewat manapun. Kaum disabilitas sekarang ini mulai 'bergerak'. Kami tidak malu2 dan tidak diam saja, karena kami sadar bahwa hak kami belum bisa dipenuhi oleh kota tempat tinggal kami.

Jadi, apa saja kah hak2 kaum disabilitas di ruang public luar bangunan, selain pedestrian yang ramah disabilitas?

1. Fasilitas ramp dan lift untuk aksesibilitas, jika memang daerah itu lebih rendah atau lebih tinggi dari 'peil' atau ketinggian 0.00 jalan.

Pada ramp, harus mempunyai railing untuk bisa meredam kemungkinan2 yang terjelek, seperti jika kursi roda meleset dan jatuh karena tidak bisa mengendalikannya. Juga, lift pun harus mempunyai tombol2 yang pendek, bagi penyandang kursi roda, yang duduk diatasnya. Aku merasakan sendiri, betapa sulitnya untuk memencet tombol2 yang ada, jika tidak ada orang lain di dalam lift tersebut ....

Amramp.com
Amramp.com
Ramp selalu harus ada, untuk menjaga hal2 yang tidak diinginkan. Ingaat, kaun disabilitas memang 'berbeda', bisa saja tiba2 collaps. 

Juga lihat foto diatas. Jika tangga untuk turun kebawah dengan keterjalan standard seperti ini, ramp sangat membutuhkan ruang lebih banyak untuk turun. Maksimal 5 derata kemiringan untuk kenyamanan kursi roda.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
 Keberadaan lift di pedestrian, untuk naik turun ke level 0.00 atas permukaan jalan dan ke Jembatan Marina Bay. Lift tersebut "tersamar", tetapi ada tanda2/rambu2 untuk ini.

2. Permukaan jalan dengan  material yang rata tetapi 'kesat'.

Rata berarti, jangan berbatu2 karena sebagai pemakai kursi roda, sangat tidak nyaman untuk duduk di atasnya jika permukaan jalan tidak rata. Dan sangat sulit, jika pengguna kursi roda harus mengayuh kursirodanya di jalanan berbatu2. Kesat, adalah permukaan jalan yang tidak licin, jika turun hujan. Membahayakan pengguna jalan, termasuk pengguna kursi roda.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
  Di Chiba, Jepang ini, pedestrian memakai keramik rata tetapi tetap 'kesat' dan tidak licin jika ada air. Dan material vinyl kuning, untuk tanda bagi disabilitas netra.

3. Fasilitas zebra-cross yang mumpuni.

Dan di titik tertentu, pejalan kaki harus nyaman dan aman untuk menyeberang. Rambu zebra-cross nya pun jangan terlalu pendek, sehingga pengendara mempunyai kesempatan untuk berhenti di atas zebracross, dan penyandang disabilitas, tidak mempunyai akses untuk menyeberang dengan nyaman dan aman.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
 Zebra-cross dibelakang ku (di foto diatas), sangat besar, dan tidak member kesempatan untuk pengendara berhenti diatasnya. Kkami menyeberang dengan nyaman dan aman .....

4. Bagi kaum disabilitas yang lain, seperti disabilitas netra, tentu harus mempunyai rambu2 khusus.

Seperti, jalur permukaan jalan untuk tongkat putih mereka, yang sudah aku tuliskan di bab sebelumnya. Untuk lift, ada tombol2 dengan huruf Braille, dan pembuatannya harus didampingi oleh yang menguasai huruf Braille. Karena jika 1 titik Braille salah, 'kata' itu tidak mempunyai arti bagi teman2 disabilitas netra.

5. Perlengkapan keamanan khusus untuk bantuan keselamatan jika terjadi force-majeur.Pertolongan pertama bagi disabilitas.

 Ini baru sebagian saja, masih banyak yang lebih detail. Aku hanya memberikan konsep2 standard, yang bisa membuat inspirasi bagi desainer dan pemerintah kota, khususnya Jakarta. Diarapkan, fasilitas2 'ramah disabilitas' dalam perkotaan, tidak tanggung2.

Karena jika tanggung, justru akan menyulitkan bagi kaum disabilitas. Seperti contoh diatas, tentang penyeberangan di stasiun kereta Tebet.

Jika disabled sudah mampu naik commuter di Jakarta, berarti juga mampu untuk keluar stasiun dengan fasilitas2 yang ada. Tetapi jika tanggung2 seperti contoh diatas, kasihan mereka. Dan mereka sungguh, membutuhkan  KEPEDULIAN yang super tinggi, lewat detail2 arsitektur dan perkotaan, sehingga kota Jakarta benar2 bisa menjadi tempat tinggal yang nyaman bai semua warganya, termasuk kaum disabiitas ......

Sebelumnya :

Pedestrian untuk Disabilitas tanpa Diskriminasi

'Pedestrian Baru' Jakarta, Hasilnya Apa?

Dunia Ramah Disabilitas

Konsep 'Universal Design' Secara Internasional bagi Disabilitas

Dasar untuk Membangun "Kota Ramah Disabilitas"

Kami Belajar dengan Cara "Berbeda", Tidak Lebih Baik, Tidak Juga Lebih Buruk .....

Menyesuaikan Tempat Kerja, Bukan Berarti Perombakan Besar-Besaran

'Pergumulan' Penyandang Disabilitas

'Tampilan Bahasa' di Dunia Inklusi

Tersenyum dan Tertawalah Kepada Kami, untuk Berinteraksi 

Pekerja Disabilitas : Hak Mereka Sama, Mimpi Mereka pun Sama .....

'Analisa Pekerjaan' bagi Pekerja Disabilitas, Perlukah?

Bagaimana Cara Mempekerjakan Penyandang Disabilitas?

Akses Kaum Disabilitas untuk Bekerja

"Beban Negara"kah, Kaum Disabilitas?

Kisah Seorang Gadis Tuna Rungu 

"Zona Nyaman" Bagi Disabilitas di Lingkungan Pribadi

"Dibalik Kelemahan Kami, Adalah Kekuatan Kami" [Dunia Disabilitas]

Penyakit 'Multiple Sclerosis' yang Meremukkan Seorang Sahabatku, Semakin Memburuk .....

Keterbatasan Mereka Justru adalah Kekuatan Mereka

Sekali Lagi, "Mereka Ada" : Catatan dari Rawinala

'Mereka' adalah Inspirasi yang Terpendam .....

"Mereka Ada ......"

Penyandang 'Pasca Stroke' Diminta Pensiun Dini? Sedih .....

Kaum Disabled Jangan Manja, Karena Kepedulian Itu Masih Lama!

Oda itu Adalah Sahabatku

'Hidup di Jakarta itu Serasa Dalam Hutan, Siapa yang Kuat Dialah yang Menang!'

Terpuruk? Apalagi Sebagai Insan Pasca Stroke, Sangatlah Manusiawi!

Untukmu Indonesiaku, dari Aku 'Ordinary Disabled Woman coz of Stroke' .....

 

Cacat? Disabilitas? Mimpi Kita Semua Sama, koq!

Tolong Pedulikan Kami: Adakah yang Tahu dan Peduli dengan 'Toilet Disabled?'

'Peduli Disabilitas' : Dunia Berharga Penuh Makna

Sebuah Catatan dari Kaum Disabled

Di Sebuah Kota yang Ramah bagi Warga 'Disabled', seperti Aku .....

Sudahkah Kita Menjamin Aksesibilitas bagi Warga 'Disabled' di Indonesia ?

Warga 'Disabled' Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa : Sebuah Perenungan Diri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun