***
Kepedulian2 yang mungkin tidak terpikirkan bagi banyak orang, pemerintah atau setidaknya, designer, harus jeli untuk mengadaptasikannya. Lewat konsep2 dan desain2 perkotaan. Contoh di Singapore :
Singapore memang adalah sebuah negara dan kota yang sangat kecil, dibandingkan dengan Jakarta. Mereka mendesain kota atau negaranya benar2 full 'ramah disabilitas'. MRT berupa lajur2 kereta bawah tanah dan di atas tanah pun saling silang untuk mengantar warga dan wisatawannya bepergian.
Jika kita mencari stasiun kereta di sebuah daerah, dengan gampangnya ada pintu masuk ke bawah tanah, denan menggunakan tangga2. Dan bagaimana dengan kaum disablitisanya?
Aku merasakannya sendiri. Ketika kita melihat tanda untuk sebuah stasiun kereta MRT, tidak jauh dari situ, ada lift untuk aku, penyandang disabilitas pemakai kursi roda. Memang tempatnya agak teersembunyi, karena ini di jalan raya. Tetapi pemerintah Singapore benar2 memberikan aksesibilitas seluas2nya bagi kami, kaum disabilitas.
Bukan hanya di Singapore. Hampir semua negara maju, yang mempunyai wawasan luas untuk semua warganya, bahwa kaum disabilitas pun mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Tetapi karena kaum disabilitas itu memang membutuhkan bantuan (karena mereka memang 'berbeda), untuk sebuah fasilitas, maka pemerintah negara2 tersebut jeli dan sangat peduli dengan kaum disabilitas.
Ketika Jakarta mulai belajar untuk menjadi kota metropolitan yang ramah bagi semua warganya, haruslah Jakarta pun semakin banyak belajar lewat manapun. Kaum disabilitas sekarang ini mulai 'bergerak'. Kami tidak malu2 dan tidak diam saja, karena kami sadar bahwa hak kami belum bisa dipenuhi oleh kota tempat tinggal kami.
Jadi, apa saja kah hak2 kaum disabilitas di ruang public luar bangunan, selain pedestrian yang ramah disabilitas?
1. Fasilitas ramp dan lift untuk aksesibilitas, jika memang daerah itu lebih rendah atau lebih tinggi dari 'peil' atau ketinggian 0.00 jalan.
Pada ramp, harus mempunyai railing untuk bisa meredam kemungkinan2 yang terjelek, seperti jika kursi roda meleset dan jatuh karena tidak bisa mengendalikannya. Juga, lift pun harus mempunyai tombol2 yang pendek, bagi penyandang kursi roda, yang duduk diatasnya. Aku merasakan sendiri, betapa sulitnya untuk memencet tombol2 yang ada, jika tidak ada orang lain di dalam lift tersebut ....