Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

'Analisa Pekerjaan' bagi Pekerja Disabilitas, Perlukah?

29 Mei 2017   14:37 Diperbarui: 29 Mei 2017   15:30 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

www.IntellectualDisabilities.com

Seorang disabilitas intelektual (terlhat dari raut wajah sebagai disabilitas intelektual dengan ‘mongoloid face), tetap mampu untuk bekerja di sebuah pabrik. Karena terbentuk saling pengertian, juga saling membutuhkan, sehingga walau sepertinya tidak mungkin, tetapi sangat dimungkinkan …..

***

Sebenarnya, jenis2 pekerjaan apa saja yang bisa dilakukan oleh penyandang disabilitas? Karena keterbatasan mereka, aku pun mengerti jika pekerjaan yang menguras fisik terlalu besar, akan tidak dianjurkan sebagai pekerja disabilitas, walaupun justru yang aku tahu, mereka (penyandang disabilitas) memilih pekerjaan fisik karena sebagia besar dari mereka, mereka masih belum masuk di pendidikan tinggi, karena akses pendidikan tinggi di indonesia bagi kaum disabilitas, masih merupakan ‘impian’ …..

Untuk menjamin efisiensi dan efektifitas serta produktivitas bagi semua pekerja disabilitas, tentu saja bagi pekerja itu sendiri dan bagi perusahaan yang menampung pekerja disabilitas, harus melakukan analisa pekerjaan.

Dimana analisa pekerjaan ini akan bisa memberikan pandangan2, informasi2 ataupun saling kebutuhan2 antara pekerja dan perusaaan, untuk mereka masing2 memutuskan dan memastikan bahwa tugas itulah yang terbaik bagi semuanya.

Bagi perusahaan itu sendiri pun,analisa ekerjaan akan sangat membantu untuk menjelaskan syarat2 yang ada bagi posisi tersebut. Jelaslah, TUJUAN UTAMAitu yang merupakan titik awal bagi masing2 dalam memberikan dan berbagi …..

Sebagai Christie, sebagai seorang pekerja dan karyawan disebuah perusahaan besar, dan perusahaan ini benar2 peduli deengan karyawan2nya, mungkin berbeda dengan seorang disabilitas yang belum punya pekerjaan, serta ingin bekerja.

Konsepnya juga mungkin berbeda. Tujuannya pasti adalah sama, yaitu untuk hidup. Mencari uang. Tetapi ada unsur2 yang berbeda, karena ternyata untukku sendiri bukan hanya untuk mencari uang saja, tetapi lebih kepada mencari identitas dan eksistensi diri.

Lebay? Tentu tidak!

Tujuan utama bagi manusia dalam bekerja pastilah untuk penghidupan. Mencari uang, dimana uang memang penting untuk hidup. Tetapi ketika semakin berumur, uang tidak lah terlalu penting. Justru, tentang identitas dan eksistensi diri lah lebih penting.

Bagi pekerja disabilitas seperti aku, selama 25 tahun ini aku bekerja mencari ang untuk hidupku dan anak2ku. Ketika aku sudah mampu untuk menabung dan anak2ku pun semakin lama sudah mampu sedikit menghasilkan uang untuk hidupnya, tentunya motivasiku bekerja sedikit bergeser.

Bahwa,sebagai pekerja disabilitas, aku ingin bersaksi dan membuktikan pada dunia, bahwa aku pun bisa bekerja dan berkarya! Itu sangat penting bagi perkembangan mentaitas seorang dari bagian kaum disabilitas ……

Jika tujuan masing2 pihak sush jelas, pastilah harus mencari tahu, sebenarnya apa yang menjadi TUGAS sebagai pekerja disabilitas dan sebagai perusahaan. Sejauh mana kesulitannya? Bagaimana keterkaitan antara si pekerja disabilitas dengan pekerja2 non-disabilitas serta berhubungan dengan perusahaan?

Lalu, bagaimana juga hubungan antara tugas sebagai pekerja disabilitas dengan perusahaan lain? Misalnya, jika pekerja disabilitas bekerja sebagai penerima telpon atau operator atau sebagai tele-marketing, haruslah dipahami tentang tugas2 nya, karena benar2 bisa membawa image perusahaan tempat si pekerja bekerja.

Image ini, bisa membuat perusahaan itu semakin “terkenal” secara positif, karena mempekerjakan pekerja disabilitas, apalagi pekerja ini mamp membawa nama baik perusahaan dengan prestasinya.Atau imege itu justru menjadi sebuah boomerang bagi perusahaan. Karena disitulah tugas seorang pekerja sebagai ujung tombak perusahaan …..

Bagaimana LINGKUNGANperusahaan tempat pekera disabilitas itu berada? Apakah jauh dari titik ‘ramah disabilitas?’ Apakah perusahaan justru mau untuk meng-upgrade lingkungan perusahaan itu menjadi ‘ramah disabilitas? Dan ini juga menjadi sebuah analisa, untuk mendapatkan tempat yang strategis bagi masing2, baik sebagai pekerja disabilitas, atau sebagai perusahaan yang mempekerjakan pekerja disabilitas.

Lingkungan strategi bagi pekerja disabilitas, tentu tidak jauh dengan kenyamanannya. Karena jika lingkngannya tidak nyaman, mungkin bukan hanya sebagai pekerja disabilitas nya saja yang tidak nyaman, tetapi juga bagi perusahaan tidak mungkin nyaman jika berada di tempat yang bermasala.

Misalnya,

Perusahaan berada di tanah sengketa, atau perusahaan mempunyai bangunan yang tidak layak huni, seperti 4 lantai tetapi tidak memakai lift (standard kenyamanan dan keamanan adalah untuk bangunan 4 lantai minimal harus memakai lift). Pastilah perusahaan itu sendiri akan tidak nyaman, terutama bagi pekerja disabilitas.

Setelah itu, bagaimana dengan KONDISI KERJA? Karena sebagai bagian dari kaum disabilitas bekerja, aku sebegai IPS (insane pasca stroke), akan sangat bermasalah jika komdisi kerja sangat berisik. Underpressure. Atau deadline yang terlalu padat.

Bagiku sendiri sebagai seorang IPS, kondisi pekerjaan itu harus membuat aku nyaman dan relax. Bukan untuk bersantai2, tetapi seorang pasca stroke, mempunyai keterbatasan sekali dengan syaraf2 otak. Sehingga, ketidak-seimbangan serta tingkat stress tinggi harus dijauhkan.

Tetapi karena posisi atau konsp bekerja adalah “bersaing” dengan hidup, aku harus ampu menciptakan kondisi kerja ku sendiri.

Misalnya,

Aku harus mampu membagi pemikiranku jika lingkungan teman2ku mempunyai tingkat stress yang tinggi. Aku mungkin harus banyak melakukan relaksasi untuk menghalau suasana kerja yang kurang konduksif. Untukku, menulis adalah salah satu solusinya, atau sedikit berbicara dengan teman bahkan kepada atasan, dengan diskusi, membuat pikiranku terbebas dengan stress.

Dan jangan lupa, masing2 individu berbeda, termasuk solusi2nya yang berbeda ……

Yang paling akhir tetapi tidak kalah penting adalah KUALIFIKASI PEKERJA. Semua perusahaan mempunyai tingkat kualifiasi untuk mencari pekerjanya, berbeda2. Mungkin juga akan ada juga perbedakan kualifikasi di masing2 divisi.

Untuk kualifikasi pekerja disabilitas dengan pekerja non-disabilitas, bisa saja dibedakan, tergantung bagaimana cara pandang perusahaan. Karena sangat menusiawi, jika perusahaan memandang berbeda antara pekekerja disabilitas dan pekerja non-disabilitas, lewat keterbatasan fisiknya. Atau juga ada yang membedakan kualitas pemikirannya. Dan itu sah-sah saja.

Tetapi juga, perusahaan harus adil jila di waktu2 selanjutnya, dari penilaian karyawan, akan mulai terlihat, apakan pekerja disabilitas dan pekerja non-disabilitas, berbeda ataukah sama. Atau yang disabled lebih rendah, atau sebaiknya. Dan perusahaan itu bisa menilai dengan jujur. Sehingga, terciptalah sebuah persaingan yang sangat sehat antara pekerja disabilitas dan pekerja non-disabilitas.

Bahwa, memang ada bedanya antara pekerja disabilitas dan pekerja non-disabilitas. Pastinya dalam segi fisik. Tetapi perbedaan tersebut bukan sebuah penilaian mutlak, karena ternyata kualifiasi pemikiran antara mereka itu lah yang menjadi ‘pegangan’ perusahaan, sebagai media dari sebuah karya nyata antara peerja disabilitas serta masyarakat pekerja secara umum …..

***

Sebelumnya :

Bagaimana Cara Mempekerjakan Penyandang Disabilitas?

Akses Kaum Disabilitas untuk Bekerja

“Beban Negara”kah, Kaum Disabilitas?

Kisah Seorang Gadis Tuna Rungu

“Zona Nyaman” Bagi Disabilitas di Lingkungan Pribadi

“Dibalik Kelemahan Kami, Adalah Kekuatan Kami” [Dunia Disabilitas]

Penyakit ‘Multiple Sclerosis’ yang Meremukkan Seorang Sahabatku, Semakin Memburuk …..

Keterbatasan Mereka Justru adalah Kekuatan Mereka

Sekali Lagi, “Mereka Ada” : Catatan dari Rawinala

‘Mereka’ adalah Inspirasi yang Terpendam …..

“Mereka Ada ……”

Penyandang ‘Pasca Stroke’ Diminta Pensiun Dini? Sedih …..

Kaum Disabled Jangan Manja, Karena Kepedulian Itu Masih Lama!

Oda itu Adalah Sahabatku

‘Hidup di Jakarta itu Serasa Dalam Hutan, Siapa yang Kuat Dialah yang Menang!’

Terpuruk? Apalagi Sebagai Insan Pasca Stroke, Sangatlah Manusiawi!

Bersaksi untuk Indonesia, dari Aku ‘Ordinary Disabled Woman coz of Stroke’

Untukmu Indonesiaku, dari Aku ‘Ordinary Disabled Woman coz of Stroke’ …..

Cacat? Disabilitas? Mimpi Kita Semua Sama, koq!

Tolong Pedulikan Kami: Adakah yang Tahu dan Peduli dengan ‘Toilet Disabled?’

‘Peduli Disabilitas’ : Dunia Berharga Penuh Makna

Sebuah Catatan dari Kaum Disabled

Di Sebuah Kota yang Ramah bagi Warga 'Disabled', seperti Aku .....

Sudahkah Kita Menjamin Aksesibilitas bagi Warga 'Disabled' di Indonesia ?

Warga 'Disabled' Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa : Sebuah Perenungan Diri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun